XIII.i Pertempuran Roh i

66 6 117
                                    

Pertempuran telah memasuki babak akhir, penentu bagi ke dua belah pihak. Membawa prinsip masing-masing yang diyakini benar, tak peduli pihak mana telah diikuti. Tiada yang tahu siapa yang benar, atau salah.

Sebuah kejahatan bisa terjadi karena kesalahan kecil, kebaikan pun tak luput dari kesalahan. Semua itu tergantung pada pilihan yang engkau tentukan, hanya takdir yang mampu memberi tahu, kemana arah yang kau tuju sebenarnya.

***

"Edi, kamu baik-baik saja?"

Liyonna begitu cemas melihat kondisi Edi yang tidak bertenaga.

Dia merebahkan Edi pada tumpukan karung di dalam sebuah bangunan, beruntung mereka berdua berhasil sembunyi.

Saat ini, kedua-nya berada di sebuah gudang penyimpanan tidak jauh dari pelabuhan. Tempat ini menjadi lokasi pertama barang ekspor-impor dari maupun ke luar pulau.

"Aku tidak apa-apa, Liyonna." balas Edi.

Ia tidak ingin membuat Liyonna semakin cemas, meski matanya sudah berkunang-kunang dan bisa tumbang kapan saja.

Hati bocah itu berseru lantang tuk 'jangan menyerah!', sebelum semua ini berakhir.

Namun, apa boleh buat jika tubuhnya telah mencapai batas. Bukannya membantu malah bisa semakin merepotkan, meski berniat untuk tidak merepotkan.

"Sebaiknya kamu istirahat, Edi." Hits berseru di dalam pikiran Edi, hluk itu begitu mencemaskan sang Shikai.

"Maaf, Hits. Aku belum bisa istirahat, belum saatnya." balasnya dalam pikiran, setidaknya hingga situasi benar-benar terkendali.

Liyonna harap-harap cemas, gadis itu berjalan mondar-mandir melihat luar ruangan melalui celah yang ada. Bunyi ledakan terus bergema bergantian, belum lagi teriakan seorang wanita yang berputar-putar di sekitar.

"Kemana perginya mereka!"

"Dimana kalian bersembunyi, bocah! Kan ku temukan kalian berdua."

....

Roar....

Raungan keras menggema ke seluruh penjuru kota, Liyonna mengintip dari celah lubang untuk mencari tahu apa yang terjadi di luar sana. Ia segera menyumpal mulutnya berusaha menahan teriakan. Nyaris mereka ketahuan hanya karena histeri Liyonna.

Sosok makhluk yang membawa trauma bagi gadis itu, tak luput seisi kota pun mengalami hal serupa. Makhluk yang pernah muncul lima tahun silam, kini meraum dengan keras di tengah kota. Pusaran kegelapan menutupi seisi pulau, tak ada lagi cahaya malam dari luar yang mampu menerobos.

"I-ini, ti-tidak Mungkin!"

Liyonna tersungkur di lantai, harapan yang belum lama tumbuh kini telah pupus setelah melihat kemunculan Abysal Reactor. Pulau ini sudah tidak memiliki harapan lagi, tinggal menunggu waktu hingga makhluk itu bergerak sebelum seisi kota musnah.

"Liyonna, apa yang terjadi?" Edi panik setelah melihat gadis itu terduduk pasrah.

Bukan jawaban yang ia dengar, melainkan tangisan histeris dari gadis itu. Liyonna terisak meski tertahan, ia tidak ingin ketahuan oleh Ty.

Di lain sisi, trauma mendalam kejdaian itu teringat kembali, waktu dimana ia kehilangan ibunda tercinta. Kedamaian kota ini terenggut, lalu mereka terpaksa bersembunyi di kedalaman hingga sekarang.

Edi berusaha bangkit dengan menggunakan tongkat sebagai penopang tubuh, perlahan ia berjalan mendekati Liyonna.

"Edi, biar aku yang jelaskan suasananya." Kin berseru segera.

Dimensi O'clock -Adventure In Pararel World- (Re-upload)Where stories live. Discover now