VI.i Pertemuan Tak Terduga I

34 7 17
                                    

Edi tersenyum untuk sejenak, dia hampir meloncat untuk memeluk sahabatnya itu sambil meneriakkan namanya 'Dwi'. Namun, semua itu hilang dan lenyap begitu saja setelah dia melihat seutas perbedaan, wajahnya kembali memburuk saat melihat tahi lalat tidak jauh dari bibir lesung bocah itu.

'Dia bukan Dwi!' Umpatnya dalam hati.

Edi langsung memalingkan wajahnya darinya, dia kembali membenamkan kepala di atas meja dan mengabaikan bocah yang menyerupai sahabatnya itu.

....

"Mmmm ... B-bolehkah aku duduk di sini?"

Seorang gadis dengan rambut sebahu membawa sebuah kotak bekal bercorak karakter Hello kitty. Edi hanya mengangguk, tatapannya masih fokus menatap ke bawah, tempat anak-anak lain yang sedang bermain.

Sarah duduk tepat di sebelah Edi, dia langsung membuka bekal 'bento' khas daerahnya, lengkap dengan 4 sehat (ubi, sayur, daging, dan buah). Keluarganya jarang memakan nasi, meski begitu makanan utamanya masih mengandung karbohidrat seperti jagung, sagu, ubi, dan sejenisnya.

Sarah yang tengah asik menikmati bekalnya, diam-diam mengamati bocah di sampingnya. Sejak tadi Edi hanya melihat ke bawah, mengamati anak-anak lain dari atas sini.

Untuk diketahui keduanya saat ini berada di rooftop (atap sekolah), Edi kerap pergi ke tempat ini ketika sedang merasa jenuh atau pun sedang tidak ingin diganggu. Meskipun begitu, sahabatnya Dwi pasti selalu menemani, tidak jarang terkadang Sarah turut serta. Jauh dalam lubuk hatinya, sebenarnya ia menyimpan rasa kepada Edi.

"Edi, kamu mau coba?"

Sarah menyodorkan bekal bento-nya, dia melihat Edi hanya memakan sepotong roti --diperhatikan dari sisa kemasan di dekatnya. Walaupun Sarah mengetahui keadaan Edi yang sedang tidak ingin diganggu, setidaknya dia ingin berbagi dengan. Dia tidak ingin pujaan hatinya sakit hanya karena hal sepele seperti kurang makan atau lainnya.

Edi menoleh dan menatap Sarah sejenak, gadis itu tersenyum lembut padanya. Perlahan Edi mengambil sepotong daging asap dari bekal itu dan memakannya.

"Mm... Terima kasih." Gumamnya pelan.

"Bagaimana, Enak?"

Hnn.... Edi mengangguk perlahan dan berkata pelan "E-enak."

Sarah tersenyum lebar mendengarnya, dia menyodorkan bekalnya yang tersisa setengah untuk ditawarkan lagi,

"Mau lagi?"

Edi hanya melirik menatap bekal itu, dalam hatinya dia ingin mengambilnya. Namun sisi lain dirinya berkata lain, mana mungkin seorang lelaki menerima pemberian dari gadis? Sungguh bertentangan dengan dirinya. Sayangnya kenyataan berkata lain, organ tubuhnya meronta-ronta untuk diisi.

Kruuukk.... Suara perutnya terdengar nyaring hingga membuat Sarah tertawa simpul. Terpaksa Edi harus menerimanya, ia tidak bisa menolak karenanya.

Dia tersenyum kecut sambil menggaruk pipinya dengan jari, "Dasar! Tidak bisa diajak kerjasama." gerutunya dalam hati.

Sarah tersenyum-senyum sendiri dengan rona pipi berwarna merah, aneka bunga bermekaran dalam benak asmara melihat pujaan hatinya menikmati bento buatannya dengan lahap.

Edi sesekali meliriknya, "Sarah kenapa? Dia kesambet setan darimana sampai bertingkah seperti itu?" pikirnya melihat tingkah aneh gadis itu.

Dimensi O'clock -Adventure In Pararel World- (Re-upload)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon