III : Dinner

3.1K 502 19
                                    

Langit sudah gelap sepenuhnya, menandakan siang telah berganti, tapi pemuda Huang ini masih berkeliaran di luar apartemen

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

Langit sudah gelap sepenuhnya, menandakan siang telah berganti, tapi pemuda Huang ini masih berkeliaran di luar apartemen. Bukan tanpa alasan, dia hanya ingin membeli sesuatu di toserba untuk makan malamnya. Jangan tanya kenapa dengan masakan Haechan, Renjun sudah ragu dari awal. Itu tidak bisa dimakan sama sekali.

Udara malam ini sangat dingin, untung saja dia memakai mantel yang tebal, tentu saja ini milik Haechan, dia meminjamnya.

Selama perjalanan dengan berjalan kaki, pikirannya kosong, itu membuatnya teringat lagi dengan insiden buruk hari itu. Bohong jika dia tidak sedih, dia merasa bersalah, walau itu bukan kesalahannya, tapi bisa saja jika Renjun dan dia yang pergi ke gudang saat itu, mungkin saja Renjun tidak akan seterpuruk ini. Tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa, semua sudah terlambat.

Bahkan para korban tidak ada yang dimakamkan, semua tubuh mereka dikabarkan hancur dan tidak berbentuk lagi. Ah, sudah cukup, jangan membayangkannya lagi, bisa-bisa selera makannya hilang, kalau begitu percuma dia jauh-jauh ke sini.

Akhirnya cahaya terang muncul, semakin dekat dengan toserba, tapi tangan besar menghalanginya.

"Oh, silahkan ...." Renjun memberikan jalan untuk orang itu, dengan kasar pria itu tanpa sengaja mendorongnya.

Tanpa ingin mempedulikan pria asing itu, Renjun mulai memilih bagian rak mi instan tanpa membawa troli atau keranjang karena dia tidak membeli banyak.

Segera dia dapatkan apa yang dia mau, beberapa bungkus ramyeon dan sekaleng soda dingin. Dia akan membayar di kasir, tapi sepertinya dia harus mengantre.

"Tuan, bisa tunjukan kartu identitas Anda?"

"Total semuanya 5.500 Won. Terima kasih."

Tidak butuh waktu lama karena pelanggan di depannya hanya membeli sebungkus rokok dan satu botol soju. Oh, itu pria tadi.

Ah, Renjun masih belum memiliki kartu identitas, umurnya belum legal untuk memilikinya.

Sekarang waktunya dia membayar.

-

Harga ramyeon di toserba itu sedikit lebih mahal, dia harus membuang 1.000 Wonnya dengan percuma. Lain kali dia akan membeli di toko lain dengan harga yang lebih terjangkau.

Begitu keluar dari toserba, dia melihat pria tadi duduk di salah satu kursi dan meminum sojunya di sana. Masker hitam dan topi yang menutupi hampir seluruh wajahnya, orang yang aneh.

Karena belum ingin pulang, Renjun duduk di kursi sebelahnya, menyegarkan dahaganya dengan soda yang baru saja dia beli, dia hanya ingin menikmati udara malam beberapa saat lagi, lagi pula dia masih punya dua kaleng.

Saat asik mengamati rembulan malam, hidung sensitifnya mencium aroma yang menyengat. Asap rokok.

Karena mereka bersebelahan, asap kotor itu semakin menyumbat pernapasannya, dia tidak pernah terbiasa menghirup gumpalan asap ini.

Tiba-tiba sebatang rokok jatuh ke tanah, rokok yang bahkan belum setengahnya habis sudah dibuang olehnya. Ya, dia berterima kasih untuk itu.

-

Begitu tiba di apartemen, Renjun disambut secara tidak hangat oleh pemilik apartemennya.

"Dari mana saja kau?" Tanya Haechan dengan tatapan mengintimidasi. Dia tidak pernah seperti ini sebelumnya, sorot mata itu membuat Renjun takut.

"Aku membeli ramyeon ...." Ragu-ragu Renjun menunjukkan sekantong plastik belanjaannya.

Setelah itu, entah bagaimana Haechan mengubah ekspresi wajahnya begitu cepat.

"Oh, kenapa tidak makan masakanku?"

Ah, Renjun ingin berkata jujur, tapi dia sungkan karena Haechan yang membuatnya sendiri.

"Kenapa ya ...." Sang empu sengaja mengalihkan pandangannya.

"Kalau tidak enak harusnya kau order saja."

"Aku sedang ingin makan ramyeon, kau mau?" Renjun merapikan sendalnya, menawarkan temannya untuk makan malam bersama.

Senyuman itu muncul lagi, deretan gigi tertampang. "Yang pedas, ya."

-

"Apa kau sudah mendaftar?" Pertanyaan Haechan muncul di tengah-tengah sesi makan ramyeon bersama.

Renjun yang menyumpit mi panas beralih menatap Haechan kebingungan.

"Apa?"

"Sekolah lamamu 'kan sudah hangus, kau tidak berpikir untuk mendaftar di sekolah lain?"

Renjun tertunduk, menatap bayangan dirinya di kuah kaldu yang bercampur minyak dan wijen.
"Oh, belum, aku masih mencari."

"Kalau kau belum memutuskan, aku punya satu masukan."

To be continued

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

To be continued.

Mr. Naim [ jaemren ]Where stories live. Discover now