V : Lunch

2.2K 413 12
                                    

"Injunie, ayo kita ke kantin!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Injunie, ayo kita ke kantin!"

Suara cempreng itu merusak suasana kelas yang tenang, kedamaian Renjun terguncang lagi dengan kehadiran anak ini.

Lagi-lagi tatapan orang-orang itu tertuju padanya. Dia yang masih di bangkunya melanjutkan kegiatannya tanpa menghiraukan temannya itu.

Tak lama Haechan menghampiri teman kecilnya dan menarik lengannya untuk ikut bersamanya.

"Ah, sebentar, aku masih belum selesai," Ucap Renjun masih menempel di meja, semester ini dia tertinggal banyak materi, itu sebabnya sekarang dia sedang berusaha menyalin materi dari catatan orang lain.

"Kau bisa pinjam milikku, punyaku lengkap kok, sekarang kau pergi denganku, kantin akan segera penuh." Ujar Haechan masih dengan paksaan. Di jam yang seharusnya mengisi perut dengan makanan, malah pria ini masih duduk menyalin buku.

"Eh, tunggu, ini kukembalikan, terima kasih ya." Akhirnya Renjun pasrah mengikuti Haechan, tapi sebelum itu dia tidak lupa mengembalikan catatan yang dia pinjam.

Selama menelusuri lorong, Renjun benar-benar tertekan dengan tatapan tajam dari orang-orang, tapi untungnya mereka segera tiba di kantin.

"Kau mau makan apa?"

"Aku sama denganmu."

"Baiklah, kalau begitu tolong jagakan tempat." Haechan pergi memesan makanan, sedangkan Renjun duduk sendirian menjaga tempat mereka.

Tapi tiba-tiba seseorang datang dengan nampannya dan berkata, "Permisi, aku boleh duduk di sini 'kan? Yang lain sudah penuh, kau tidak keberatan 'kan?" Walau bokongnya dari awal sudah mendarat di sana.

Renjun yang tidak enak untuk mengusirnya, membiarkan pria asing itu duduk dengannya. Lagi pula di meja ini masih tersedia beberapa tempat kosong.

Tapi dia dibuat bingung dengan satu hal, kenapa tidak ada yang ingin duduk di sini?

"Iya, tidak apa-apa."

"Terima kasih."

Keadaan menjadi canggung, tapi tidak untuk pria di hadapannya, sang empu sedang menikmati makan siang dengan lahap sampai-sampai tidak memperhatikan ada yang sedang kelaparan.

Dan dia pun menyadari hal itu, karena hanya dia yang makan di meja itu. "Di mana makananmu? Kau tidak makan?"

"Temanku yang-" Ucapan Renjun menggantung saat melihat sosok sahabatnya datang dari kejauhan.

"Renjun-!" Itu Haechan, dia sedikit berlari menghampiri pria Huang.

"Cepat sekali ...?" Padahal antreannya cukup panjang, tapi Haechan sudah kembali saja.

"Bukankah bagus? Aku barusan menerobos antrean!" Ucap sang empu dengan sombongnya. Renjun hanya bisa menggeleng kepalanya.

"Heh, siapa ini?" Dia menyadari ada satu teman tidak diundang duduk di tempatnya.

"Ini baru beberapa minggu kita tidak bertemu, Haechan."

"Oh? Aku tidak ingat tuh?"

Akhirnya Haechan memilih duduk di samping Renjun, tapi tak lama Renjun memperhatikannya dan menyenggol sikutnya beberapa kali minta diperkenalkan karena sepertinya Haechan mengenalnya.

"Hanya kakak tingkat yang menyebalkan, kau tidak perlu tau." Ucap Haechan pada akhirnya.

Yang lebih tua meletakkan sumpitnya, "Ah, aku belum memperkenalkan diri, salam kenal, namaku Mark."

Renjun terdiam sejenak, menimang-nimang kembali ucapan kakak kelasnya itu.

"Kakak orang luar?" Ini baru pertama kali dia mendengar orang Korea dengan nama itu.

"Dari lahir dia tinggal di Kanada, yah begitulah." Kali ini Haechan yang menjawab. Renjun hanya ber-oh-ria, dia mengangguk paham.

"Oh ya, ini punyamu, ayo makan." Haechan memberikan nampan yang berisikan lauk dan nasi. Oh, kenapa dagingnya banyak sekali?

Renjun hanya tersenyum tipis menerima makan siangnya, ketiganya sibuk mengisi perut dengan beberapa obrolan ringan.

Tak lama di tengah perbincangan mata Mark tertuju pada pria kecil yang sedari tadi paling sedikit ikut dalam obrolan.
"Ada nasi di ujung bibirmu." Tunjuk Mark memberi isyarat menggunakan telunjuknya.

"Di mana?" Tapi sepertinya Renjun kesulitan menemukannya, dia malah membersihkan bagian yang bersih. Ah, andai saja dia membawa cermin.

"Di sini,"

Mark hampir saja membersihkan bibir Renjun dengan tangannya, tapi tindakan itu terhentikan dengan Haechan yang duluan mengambil hal yang mengganggu dengan ibu jarinya.

"Nah, sudah bersih." Ucap Haechan kembali duduk menikmati makanannya, Mark pun melanjutkan hal penting yang tertunda sebelum kelas akan dimulai.

Selesai menghabiskan makan siang, tiga orang itu masih duduk di tempat yang sama, memberikan waktu untuk perut mereka yang kekenyangan, apa lagi Renjun yang dipaksa menghabiskan porsi yang tidak biasanya dia makan.

Sesekali Haechan bersendawa, sedangkan Mark meneguk air mineralnya.

Bukan hal yang aneh, tapi Renjun salah fokus dibuatnya. Cara minum kakak tingkat ini tidak biasa, menjulurkan lidahnya terlebih dahulu, unik -pikirnya.

"Kenapa ...?" Mark tersadar dirinya ditatap seperti itu, refleks Renjun segera menurunkan pandangannya, merasa malu karena tertangkap basah memperhatikan orang lain seperti tadi. "Tidak,"

"Jangan heran, dia memang selalu begitu." Tiba-tiba Haechan bersuara, dia menopang dagunya, menatap Renjun yang kebingungan dengan perkataannya barusan.

Kemudian pandangannya beralih pada teman yang lebih tua.

"Kak, kau mau kukenalkan pada para gadis untuk kencan butamu? Aku jadi kasian melihatmu melumat botol air minummu sendiri." Ledek Haechan dengan kekehan yang keluar dari mulutnya.

Tidak ada yang tahu, kenapa saat itu Mark tiba-tiba menatap Renjun lekat seperti penuh arti.

"Aku tidak tertarik dengan mereka."

Ya, Renjun tidak mengerti.

"Jangan terlalu cepat menolak, kau bahkan belum melihatnya."

to be continued

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

to be continued.

Mr. Naim [ jaemren ]Where stories live. Discover now