Part 14

54 39 3
                                    

-Author POV-

"Siang, Irene-ssi..."

Irene berhenti melangkah, Suho berdiri dengan kedua tangan di saku celana jinsnya, sambil tersenyum canggung dan sopan. "Siang, Suho-ssi."

"Tugas kampus, ya? Banyak pasti. Sini kubawakan." Tanpa menunggu jawaban Irene, Suho mengambil alih kardus berisi alat-alat untuk membuat model biologi, setumpuk makalah, plus kantong plastik minimarket berisi snack dari tangannya.

Irene mengangguk sambil tersenyum penuh terima kasih. Suho memang selalu begitu. dia selalu menyapa dengan ramah dan membantu kalau Irene kerepotan. "Thanks ya, Kalau tidak ada kau, tanganku sepertinya bisa bengkak harus jalan dari sini sampai rumah bawah barang sebanyak itu."

"Aku selalu senang bisa menolongmu." Suho berjalan di belakang Irene yang sepanjang jalan sibuk dengan bercerita dengan Solar sahabatnya lewat ponselnya.

Suho tersenyum menatap punggung Irene yang berjalan lincah sambil cekikikan di telepon. Suho sama sekali tidak menganggap Irene tidak sopan karena membiarkan dia membawa barang-barangnya sementara Irene asyik mengobrol sama Solar, yang Suho tahu adalah sahabat Irene. Gadis berambut lurus itu tidak pernah sekali pun bersikap tidak sopan. Dia selalu ramah, ceria dan menganggap Suho seperti teman-temannya yang lain.

***

Kim Seokjin

Aku sudah di Korea

Bisa kita bertemu minggu depan?

Dekat rumah kamu ada kafe kan?

Irene tersenyum senang. Akhirnya bisa bertemu langsung sama Seokjin. Sudah hampir 3 tahun mereka tidak bertemu dan berhubungan.

Irene Bae

Ada. Di dekat sini ada kafe

Jadi beneran mau ketemuan?

Tidak takut, kalau ternyata wajahku sudah berubah mirip kingkong?

Kim Seokjin

Mana mungkin.

Aku percaya sama kamu

***

"Kesiangan, Irene-ssi?"

Irene mengelap dahinya yang muali berkeringat dengan punggung tangan lalu mengangguk lesu. "Iya, Tadi malam aku tidur terlalu malam, jadi bangunnya kesiangan. Mana subwaynya masih lama lewatnya." Dengan cemas Irene celingukan kalau-kalau ada subway yang lewat.

Suho mengangguk. Dahinya berkerut-kerut berpikir sesuatu. "Sepertinya akan susah naik subwaynya. Aku antar saja, mau?"

"Mengantarku?" Irene menatap Suho tidak yakin. Memang sih lelaki ini sekarang naik mobil. Tapi kan dia .... "Tapi kau kan juga harus pergi ke kampusmu."

"Nanti saja setelah mengantarmu. Aku mengantarmu dulu, setelah itu aku baru ke kampus. Tidak apa-apa, kajja. Nanti telat. Nanti dipulangkan lagi seperti waktu itu."

Suho ingat? Irene meringis. Tidak menyangka Suho masih ingat waktu dulu dia berangkat jam tujuh ke kampus dan pulang lagi jam setengah sepuluh karena tidak boleh masuk sama dosen alias diusir pulang. Akhinya Irene mengangguk. "Oke, kajja."

***

"Irene-ah!" Solar menepuk punggung Irene yang masih berdiri diam menatap Suho menjauh dengan mobilnya.

"Kau itu! muncul dari mana? Hah?!"

Alis Solar terangkat dengan wajah polosnya. "Ya, dari arah biasanya aku datang, kau saja yang kebanyakan melamun. Diantar Suho ya?"

Irene mengangguk. "Hei, Solar-ah, aku mau ketemuan sama Seokjin..."

Seperti berusaha mengingat-ingat siapa Seokjin, wajah Solar langsung berkerut. "Seokjin...," gumam Solar tidak jelas. "Seokjin... tunanganmu?"

Irene mengangguk mantap. "Yess! Bingo! Minggu depan dia mau ketemu, Solar-ah. Kita akan bertemu. Sabtu malam, deg-degan. Sepertinya sekarang dia lebih keren dari sebelum dia pergi ke US."

Wajah Solar yang tadi berkerut sekarang berubah serius. "Ketemuan pertama apa tidak sebaiknya siang-siang aja,? Masa baru pertama ketemu langsung malam minggu? Nanti dia mikir macam-macam."

"Solar-ah, please grow up. Ketemuannya juga di kafe. Lagi pula dia lelaki baik-baik. Tidak mungkin tidak manner begitu. Solar-ah."

"Mau aku temani?"

"Tidak perlu."

***

"Minggu depan kita ketemuan lagi, ya?" Seokjin tersenyum manis.

Irene mengangguk sambil balas senyum. Ternyata Seokjin memang keren . Dua jam sebelumnya Seokjin menunggu Irene di kafe sesuai janji. Lelaki itu terlihat cool dengan T-shirt pas badan dan celana jins warna abu-abu tua.

"Oke, aku jalan pulang dulu ya? Kamu hati-hati pulangnya," pamit Irene. Seokjin belum berani mampir ke rumah Irene. Tapi dia janji lain kali dia pasti akan mengantar-jemput Irene di rumah. Irene tersenyum lebar. Sama sekali tidak sadar, sepasang mata mengamati mereka dengan tajam dan penasaran. "Yasudah, aku jalan du..."

"Malam, Irene-ah..."

Irene refleks menoleh ke arah suara yang sudah dia kenali. "Hai, Suho-ssi!" sapa Irene riang kepada Suho yang sekarang berdiri di dekatnya. "Dari supermarket, ya?"

Suho mengangguk. Sekilas matanya melirik Seokjin. "Iya." Suho melirik Seokjin lagi. "Kau..."

"Oh iya! Ini Seokjin. Seokjin, ini Suho. Temanku."

Dengan kaku Suho mengulurkan tangan. Seokjin membalas dengan canggung.

"Kamu mau pulang, kan?" tanya Suho, langsung mengalihkan tatapannya kembali ke Irene.

Irene mengangguk.

"Ya sudah, aku antar kamu, sudah malam."

"Oke, Seokjin-ah, aku pulang sama Suho ya? Take care." Irene melambai kepada Seokjin yang dengan gusar naik ke mobilnya lalu pergi.

Suho melirik Irene. "Tadi itu... tunanganmu?"

"Iya," Dengan riang Irene menceritakan soal Seokjin kepada Suho. Tidak sadar kalau waktu dia sedang bercerita, diam-diam Suho menatap tajam dan tidak suka kearah jalanan yang tadi dilewati Seokjin. Seolah-olah Seokjin masih di situ.

TBC

CAST:

Kim Seokjin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kim Seokjin

Jamais Vu✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang