#9

29 1 0
                                    

Berkat wejangan dari teman-temannya tadi, mau tidak mau Rava menghampiri Sela yang kini masih berada di UKS. Meski harus melihat kondisi sekitar, takutnya banyak pasang mata yang melihatnya disini.

Ketika memasuki UKS mata Rava menyipit heran, ini UKS kenapa sepi sekali? Hanya ada Sela di ujung sana yang tidur dengan posisi membelakanginya.

Perlahan kakinya membawa Rava mendekat ke bangkar Sela, melihat wajah gadis itu yang tertidur lelap. Rava menghela napasnya lega, ia pikir jika gadis itu masih bangun akan sulit baginya untuk sekedar menatap gadisnya itu.

"Em ... udah puas lihatnya?"

Lelaki itu tersentak kaget kala Sela memergokinya tengah fokus menatap wajah gadis itu. Setelahnya Rava mengalihkan pandangannya ke arah lain, berusaha mencari alasan atas apa yang dia lakukan.

"Gue ngga lihat lo, ngga usah gr," ketusnya.

"Terus lihat apa?" tanya Sela.

Rava sempat terdiam, melihat kembali wajah gadisnya yang kini juga menatapnya penasaran. "Lo ngga luka parah 'kan? Setelah ini balik ke kelas, jangan bolos."

Dugaan Sela melenceng jauh, ia pikir ... Rava akan menyemburkan semburat rasa khawatirnya. Namun, lagi dan lagi ekpektasinya soal Rava hanyalah sebuah angan. Yang bisa Sela lakukan hanya mengangguk dengan senyum tipisnya.

"Gue duluan."

Belum sempat Rava membalikkan badannya, Sela menahan tangannya. Membuat lelaki itu mengurungkan niat, menatap Sela dengan bingung seolah bertanya.

"Kamu ... masih marah?" tanya Sela hati-hati.

"Soal?"

"Soal semalam."

Lelaki itu melepas genggaman tangan Sela yang masih menahan tangannya. Menatap gadis itu dengan datar. "Udah gue bilang, gue ngga papa. Itu urusan lo, bukan gue." Setelahnya Rava benar-benar keluar UKS meninggalkan Sela yang hanya terdiam.

Rav, punya ekspektasi ke kamu itu ternyata buat sakit, ya?

***

Ting

Sebuah notifikasi dari ponselnya membuat perhatian Rava teralihkan. Lelaki itu melihat layar ponselnya yang menyala, memperlihatkan sebuah nama di sana.

Fadhil : Lo dimana?

Koridor, kenapa?

Ke tempat biasa sekarang, ada informasi penting.

Dahi Rava sempat mengernyit bingung, namun dengan segera lelaki itu mempercepat langkahnya menuju belakang sekolah.

Saat sampai, di sana sudah terdapat ketiga sahabatnya. Rava makin bingung ketika melihat mereka yang seperti menahan amarah. Sebenarnya, informasi apa yang mereka dapat?

"Ada apa?" tanyanya langsung.

"Duduk, Rav."

Lelaki itu pun menurut saja, ia duduk tepat di hadapan Hito yang memang kursi di sediakan berhadapan. Dengan tatapan bingungnya, Rava kembali bertanya. "Informasi apa yang kalian dapat?"

"Soal Sela," ucap Fadhil.

"Kenapa?"

"Gue rasa ini waktunya lo tunjukkin diri lo ke dia."

"Maksud lo?"

Fadhil mengarahkan ponselnya yang menyala ke arah Rava. Di sana, memperlihatkan sebuah foto yang semakin membuat Rava bingung.

Are You My Boyfriend?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang