#8

656 65 20
                                    

Jika sekarang bukan waktu yang tepat, lalu kapan?-


©©©

"Hah? Jadi Ariel itu saudara angkat lo?" Tanya Dilla menatap Sela kaget.

"Yee biasa aja mbaknya." Kekeh Sela saat melihat reaksi Dilla.

Dilla menabok pelan bahu Sela. "Ya gimana ga kaget? Lo aja tadinya gak kenal dia, terus tiba-tiba?"

Sela menggaruk belakang lehernya yang tak gatal bersamaan dengan keduanya yang sudah memasuki kelas. Tadi memang keduanya tidak sengaja bersamaan datang saat memasuki gerbang sekolah. Di pagi hari saat menuju ke kelas bersama, Sela menceritakan soal kejadian semalam serta siapa Ariel.

Sela duduk di bangkunya, diikuti dengan Dilla yang masih ingin mendengar cerita selanjutnya dari Sela. Hari masih pagi membuat isi kelas hanya ada beberapa siswa saja yang sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Sela menghela nafas sejenak, lalu menatap kearah Dilla. "Gue juga sama kagetnya sih, dan satu yang buat gue merasa bodoh. Kenapa gue sampai gak kenal Ariel? Mungkin karena 10 tahun gak pernah ketemu kali ya? Tapi masa iya gue sampai benar-benar lupa gitu sama dia."

"Wajar sih, 10 tahun itu udah kek perubahan yang lama. Jadi dari bentuk wajah, badan, dan suara pun udah berbeda. So, menurut gue wajar lo sempet gak kenalin dia." Ucap Dilla, yang hanya di balas tatapan oleh Sela.

"Jadi habis lo bilang gitu ke kak Rava, reaksi dia gimana?" Dilla berbicara lagi dengan suara yang mengecil.

"Reaksi dia?" Dilla mengangguk.

"Saudara angkat lo?" Tanya Rava dengan dengan sebelah alis yang terangkat. Sela mengangguk, menatap lelaki itu.

Rava menghela nafas sejenak sebelum kembali berbicara. "Dia saudara angkat, bukan kandung. Jadi gak ada kata mustahil buat dia bisa suka sama lo." Setelah mengatakan itu, Rava melenggang pergi bersama motornya dengan meninggalkan Sela yang terdiam bingung menatap kepergiannya.

***

Bugh

"Emosi dah gue! Kenapa itu anak pengecut banget hah?!"

Plakkk

"Gila ya lo anjir! Bego!"

"Kok lo nabok pantat gue si anjir? Panas!"

"Emang lo doang? Pantat gue juga panas! Sembarangan lempar bola basket ke pantat gue!"

Terlihat Hito dan Gilang yang kini tengah ribut di tengah lapangan. Bukan ribut adu jotos, melainkan karena Gilang yang tiba-tiba melemparkan bola basket tepat ke pantat Hito saat mereka berempat tengah fokus bermain basket. Siapa yang tak kesal? Membuat Hito tak segan-segan membalas lelaki itu dengan menampar cukup keras pantat Gilang.

"Ye maap, habisnya gue emosi."

"Ya gak ke gue juga!"

"Udah-udah kalian apaan dah, diliatin banyak orang noh." Ucap Fadhil menengahi.

"Lebay lo berdua, gue aja gak papa." Celetuk Rava, mengambil bola basket yang terlempar tadi.

"Tapi dia curang Rav, gak bisa kita biarin terus. Lama-lama kita bisa tertindas." Ucap Gilang yang langsung mendapat lemparan bola dari Rava, untung secepat mungkin bisa ia tangkap.

Are You My Boyfriend?Donde viven las historias. Descúbrelo ahora