Stalking

243 35 0
                                    

Mr. Skinner tersenyum saat berada di ruangan kerjanya, jemarinya begitu lincah mencari sesuatu yang menarik perhatiannya beberapa hari ini. Beberapa gambar dari gadis berambut pirang itu berhasil membuat kedua matanya tak berkedip melihat layar laptop, seolah gadis itu memiliki daya tarik yang luar biasa. Berawal dari sebuah akun yang ia dapat dari sebuah grup chat.

Hingga pagi ini, Mr. Skinner tak henti-hentinya memandangi foto dengan senyum manis itu. Mencari tahu asal-usul gadis itu dari sosial media yang ternyata ia baru saja memulai studinya di kota ini, pantas saja ia bekerja dengan keras. Gadis itu adalah pendatang, Mr. Skinner berbicara dalam hati.

Tok.. tok..

"Sir?"

"Damn it, Rii.. seharusnya kau mengetuk pintu terlebih dahulu!" Ujar Mr. Skinner buru-buru menutup laptopnya sebelum sekertarisnya itu mendatangi meja kerjanya.

"Maafkan aku, tapi istrimu tak mau menunggu." Ujar sekertarisnya, tak lama seorang wanita langsung menerobos masuk ke ruangan kerja Mr. Skinner.

"Kau boleh pergi, Rii."

"Ya, Sir."

Ava berkacak pinggang, memerlihatkan wajah ketusnya kepada Mr. Skinner yang telah melanggar janji untuk menghadiri sebuah acara ulang tahun teman sosialitanya.

"Kau tahu aku sedang bekerja." Kata Mr. Skinner.

"Aku tidak perduli!" Jerit wanita itu.

Seketika mengejutkan Vivian yang sedang sibuk berkutat dengan komputernya, ia berbalik badan memastikan pendengarannya tidak tuli.

Baru saja ia mendengar jeritan wanita yang ternyata juga didengar oleh rekan-rekan kerjanya, dari dalam ruangan Mr. Skinner ia mendengar dengan jelas segala cercaan dan teriakan. Tak lama pintu terbuka dengan keras, ternyata istri dari pria itu yang berhasil membuat gaduh seisi kantor. Membuat semua karyawan yang ada di sana berbisik satu sama lain.

"Itu sudah biasa terjadi.." ujar seseorang yang ternyata adalah Nicholas.

"Benarkah?" Nic mengangguk.

"Aku pikir mereka cukup bahagia." Kata Vivian terkejut mendengar hal itu.

"Di berita atau sosial media mereka, ya. Tapi realitanya, mereka kerap bertengkar dan berteriak satu sama lain. Dan yang kau lihat belum tentu terjadi, begitulah hidup seorang wanita yang terkenal." Jelas Nic, sedikit demi sedikit Vivian mengetahui kehidupan pribadi bosnya itu. Di samping sifat tempramen yang dimiliki Mr. Skinner, ternyata ia memiliki kehidupan yang tidak bahagia. Mungkin itu sebabnya pria itu tidak pernah berlaku ramah.

"Jadi-"

Perkataan Vivian terhenti ketika mendengar suara pintu ruangan Mr. Skinner terbuka, begitupun dengan karyawan lain yang tengah bergosip ria. Vivian berpura-pura melanjutkan pekerjaannya dan tak ingin terlibat masalah seperti tempo hari. Menyadari Mr. Skinner melewati meja kerjanya, Vivian sedikit mendongak memastikan pria itu tak berhenti di hadapannya.

Namun lagi-lagi pandangan mereka bertemu, Mr. Skinner mengalihkan kedua netranya begitu menyadari gadis itu juga melihat ke arahnya. Yang Vivian lihat wajah pria itu tidak seperti biasanya, mungkin karena pertengkarannya barusan dengan istrinya. Yang kini Vivian sadari bahwa kehidupan rumah tangga mereka tidak seharmonis atau seromantis yang terlihat.

Well, mungkin aku bisa menyenangkanmu Mr. Skinner.

Racau Vivian dalam hati seraya tersenyum seorang diri layaknya orang gila, berpapasan dengan Mr. Skinner saja sudah membuat kedua kakinya hampir lemas. Apalagi menyenangkan pria itu, Vivian bahkan tidak tahu bagaimana cara mendekati pria yang bermulut pedas itu.

My BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang