Nando Skinner

116 18 2
                                    

Pagi hari suasana begitu tenang, secangkir kopi dan pemandangan kota New York yang indah. Mr. Skinner menyeruput kopi pagi yang dibuatkan oleh Rii untuknya, hari-hari menyenangkan seolah ia tak memiliki masalah hidup ditambah istri dan anaknya yang selalu menunggunya pulang di rumah. Mr. Skinner hanya harus menghindari Mia yang selalu menggodanya.

Pada awalnya Mr. Skinner berniat untuk memecatnya, namun ia tidak setega itu untuk mendepak seseorang dengan loyalitas tinggi dan pekerja keras. Bagi Mr. Skinner itu adalah persoalan pribadi, untuk urusan pekerjaan ia bisa memaklumi hal itu. Karena setelah bertemu dengan Vivian, pria itu sekarang paham bagaimana sulitnya menjadi seorang karyawan Mr. Skinner yang ketus dan tempramen.

"Rii, apa aku terlalu cerewet?" Tanya Mr. Skinner tiba-tiba saat ia meminta beberapa berkas, Rii gadis keturunan cina itu hanya tersenyum sekilas. Bosnya itu sekarang telah banyak berubah setelah skandalnya dengan Vivian, berubah ke arah yang lebih baik.

"Tentu tidak, Sir! Kau berhak atas hal itu." Ujar Rii menyemangati, sebagai sekertaris sudah tugasnya untuk memberi semangat kepada bosnya itu. "Ingatkan jika aku terlalu keras, Rii!" Tukas Mr. Skinner yang diangguki oleh sekertarisnya.

"Baik, Sir!" Wanita itu meninggalkan ruangan Mr. Skinner dan melanjutkan pekerjaannya, namun derap langkah besar berhasil mengejutkan Rii dan semua karyawan yang ada di sana.

Stephan dan beberapa kolega menerobos masuk ke ruangan Mr. Skinner, tidak ada yang berani selancang itu kecuali tentu saja pemilik tertinggi perusahaan di bidang fashion dan minuman itu.
"Para Dewa datang!" Bisik Nicholas kepada salah satu teman kerja wanitanya.

"Hust!" Balas seorang wanita yang membuat Nic terkekeh geli.

"Axton!" Seru Stephan yang memasuki ruangan kerja Mr. Skinner, merentangkan kedua tangannya kepada satu-satunya ahli waris seluruh kekayaannya.

"Dad, kenapa tidak mengabariku jika ingin berkunjung?" Tanya Mr. Skinner, ia menyalami seluruh kolega Ayahnya yang tak lain adalah beberapa investor. Mempersilakan semua orang duduk di sofa yang berada di sudut ruangan Mr. Skinner.

"Rii, buatkan minuman!" Ujar Mr. Skinner keluar dari ruangannya hanya untuk memberi perintah yang segera diangguki oleh Rii.

"Yes Sir!" Rii segera menuju pantry untuk membuat minuman.

"Dad, kau hanya berkunjung atau ada sesuatu yang ingin dibicarakan?" Tanya Mr. Skinner melihat gelagat Ayahnya yang tak biasa, lagi pula pria tua itu mengunjunginya dengan membawa serta kolega. Adalah hal yang tak biasa terjadi.

"Axton, aku ingin mengunjungimu di rumah. Membicarakan suatu hal yang penting demi masa depan kita semua, tapi sepertinya istrimu selalu berada di rumah dan aku merasa ragu untuk mengunjungi rumahmu." Jelas Stephan yang menyinggung tentang Vivian, membuat Mr. Skinner mengepalkan kedua tangannya saat Stephan menyindir perihal istrinya. Ia paham akan maksud dari pria tua itu, Mr. Skinner juga paham jika semua keluarga Skinner tidak ada yang menyukai Vivian, termasuk Lucy sekalipun.

"Lalu?" Tanya Mr. Skinner menunggu penjelasan selanjutnya.

"Seperti yang kau tahu, usiaku semakin bertambah dan semua kolega cukup khawatir akan hal itu. Aku ingin seseorang mewarisi semua aset perusahaan dan bisnis keluarga Skinner agar usaha tetap berjalan tanpa menunggu persetujuan apapun dariku." Kata pria tua itu lagi, Mr. Skinner mengangguk mengerti.

"Ya, Dad. Dan aku masih ada di sini." Balas Mr. Skinner yang berhasil membuat Stephan menggeleng.

"Maafkan aku, Axton. Tapi pewaris tunggal seluruh kekayaan dan usaha keluarga Skinner akan ku berikan kepada anakmu, Nando Skinner!" Stephan berujar, cukup membuat Mr. Skinner bingung meski ia cukup bangga akan hal itu. Tapi, masalahnya di sini adalah, bocah itu belum mengerti apapun.

My BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang