New Life

137 32 0
                                    

Musim dingin tiba membawa aura dingin yang menusuk hingga tulang, biasanya selalu ada sesuatu yang mampu menghangatkan tubuh. Bersentuhan kulit yang menyebabkan sentuhan panas, deru nafas panas yang menggelitik bagian sensitif serta sentuhan jemari berurat yang mampu membuat gelenyar aneh di seluruh permukaan kulit. Tak ada yang bisa menandingi kehangatan di atas ranjang meskipun angin dingin sekalipun.

Vivian mengerdipkan kedua mata, melihat ke arah luar jendela ketika salju mulai menutupi sebagian jalanan kota. Wajahnya berpaling ke arah sebuah box bayi berwarna navy, terdapat sesosok malaikat kecil yang baru saja ia bawa ke dunia ini beberapa minggu yang lalu. Vivian tersenyum sekilas.

Dulu, sempat terlintas di kepalanya untuk menyerahkan bayi mungil itu kepada Ayahnya yang menginginkan seorang anak, namun saat melihat sosok itu lahir ke dunia. Hati Vivian tersentuh dan selalu berusaha menghindari seseorang agar pria itu tak mengambil anaknya, entahlah. Melihatnya mengerjapkan mata beberapa kali membuat hati Vivian tersentuh ingin melindunginya, bahkan jika Vivian harus rela kehilangan apapun.

Ia mengambil bayi berjenis kelamin laki-laki tersebut untuk dititipkan kepada seseorang di sebelah apartemennya.
"Lihatlah, dia tersenyum." Ujar Liz yang menjadi pengasuh bayi ketika Vivian pergi bekerja, menerima bayi itu ke dalam gendongannya ketika Vivian mengetuk pintu apartemennya.

"Kau yakin akan bekerja? Di luar sangat dingin." Tanya wanita berambut putih yang sudah Vivian anggap seperti keluarga.

"Ya, kantor tidak akan pernah tutup kecuali mereka menghentikan kegiatan produksi." Ujar Vivian membuat keduanya tersenyum. Setelah itu Vivian meninggalkan anaknya bersama Liz, setiap hari Vivian terpaksa meninggalkan putranya hanya untuk bekerja dan memenuhi semua kebutuhan hidup mereka berdua. Beruntung Vivian telah menyelesaikan studinya sebelum Nando lahir.

Nando..
Malaikat mungil itu ia beri nama Nando dengan embel-embel Skinner di belakangnya, dengan tujuan jika kelak Nando dewasa ia bisa mengetahui Ayah kandungnya. Tanpa Vivian berniat untuk meminta hak atas Nando kepada keluarga besar Skinner, Vivian menyematkan nama itu hanya agar Nando tahu siapa Ayahnya.

"Vey!"

Vivian mendengar sebuah suara yang begitu familiar memanggil nama kecilnya, tidak ada yang biasa memanggilnya demikian kecuali orang-orang terdekatnya dulu. Vivian berbalik badan, mengikuti sumber suara yang ternyata tengah berdiri tak jauh darinya. Dada Vivian terasa sesak, pria terakhir yang ingin ia temui di dunia ini ada di hadapannya.

Berharap hanya mimpi, namun garis rahang kokoh dan tangan berurat milik pria itu berhasil meyakinkan Vivian bahwa dia nyata. Tak ada senyuman hangat atau pelukan kerinduan, ia telah berusaha keras untuk menghindari pria itu. Tapi dengan mudahnya Mr. Skinner menemukan dirinya di tempat ini, dan kini pasti pria itu akan menuntut sesuatu dari Vivian.

Jalanan sepi itu seolah menjadi saksi bisu pertemuan antara kedua anak manusia tersebut, ketika angin dingin menyeruak masuk melalui jaket tebal Vivian mengeratkan pelukan ke tubuhnya sendiri.

"Bagaimana kabarmu?" Tanya pria itu menghampiri Vivian dengan langkah besarnya, sekilas melirik ke arah perut gadis itu yang kini telah rata. Menyebabkan pertanyaan besar di dalam kepalanya apakah gadis itu telah melahirkan anaknya atau menggugurkannya seperti yang dulu sempat diucapkan Vivian.

"Baik." Balas Vivian singkat, tak berniat bertanya kembali akan kabar pria itu hanya untuk berbasa-basi membuka obrolan. Lagi pula, Vivian sudah dapat melihat bahwa pria itu dalam keadaan baik-baik saja.

"Cukup sulit untuk menemukanmu, tapi sekertarisku berhasil menemukan nama Viviane Anderson terdaftar sebagi karyawan di sebuah perkantoran." Kata Mr. Skinner, Vivian tidak terkejut. Cepat atau lambat Mr. Skinner pasti akan menemukannya, mengingat pria itu bisa melakukan apapun.

My BossWhere stories live. Discover now