Lima Belas.

7.2K 830 73
                                    

Aku suka kalau kalian ramaikan kolom komen, terus juga rajin vote. Jadinya kan aku juga rajin update terus, kurang apa gituloh, update tiap hari, bahkan kadang double sampai triple up. Tapi mah, kalian buat kasih VOTE aja berat.

Deuh, dahlah. Terkadang berkoar dengan orang batu ya gak ada gunanya, susah untuk sekedar menghargai karya orang.
.
.
.

Agatha sudah duduk dengan tenang di kursi penumpang sebelah kursi kemudi.

Abangnya sendiri masih sibuk memasangkan seatbelt untuknya, dan memperhatikan semua keperluannya.

"Sarapan udah dibawa dek? Bekal? Minum?" tanya nya lagi untuk yang ke 10 kalinya dalam pagi ini. Agatha tertawa pelan, dia menyubit singkat pipi Ian.

"Udah Abang, berangkat aja yuk sekarang, yang ada nanti Tata terlambat." ujarnya lembut.

Ian mengangguk, dia mengecup singkat pipi Agatha, kemudian melajukan mobilnya. "Nanti, jangan deketin cowok manapun. Kamu kan gaboleh pacaran sebelum lulus SMA." ingat Ian.

Agatha mengangguk. "Iya Bang, Tata tau." balasnya.

"Pintar."

Agatha menyandarkan tubuhnya kepintu mobil, dia bertopang dagu dengan wajah yang menghadap ke jendela mobil.

Memandang jalanan dan bangunan yang mereka lewati. "Bahkan, Ge gak jemput gue pagi ini." lirihnya teramat lirih.

Bahkan Ian tak mendengar lirihannya. Helaan napas lesu terdengar, Agatha berfikir apa dia membuat keputusan yang salah saat ini?.

Yaitu memberikan hatinya pada Gerald.

✨✨✨

Mobil sport hitam milik Ian baru saja terparkir dihalaman sekolah, Ian mengantar Agatha sampai masuk ke halaman, bahkan rencananya dia akan mengantar Agatha sampai ke kelas.

"Bentar, biar abang bukain." dengan sigap Ian membuka seatbelt ditubuh Agatha. Dia keluar dari dalam mobil, berlari pelan kepintu yang satunya.

Dengan tenangnya dia membuka pintu mobil, menjulurkan satu tangannya ke dalam. "Abang nih, lebay banget deh." kekeh Agatha seraya menyambut tangan Ian.

"Yah, namanya juga sekali-kali dek. Abang kan juga mau treat you like a princess." ujarnya lembut.

Agatha tersenyum manis, jika saja Ian bukan saudara kandungnya. Sudah dipastikan Agatha akan menyukai bahkan mencintai Abangnya itu.

"Makasih abang, nah sekarang abang harus ke Kantor Papi, semalam Mami chat Tata kalau kantor Papi harus abang jaga." oceh Agatha.

Nampaknya juga dia sudah sehat, sudah bisa mengoceh gitu. "Ih, padahal abang pengen tungguin kamu sampai pulang sekolah." murungnya.

Ian kan kepengen duduk dimeja paling belakang, menunggu Agatha selesai belajar. Sama seperti yang dia lakukan saat Agatha TK.

"Idih Abang, Tata kan bukan anak kecil lagi!"

"Kamu masih kicik! Adek kesayangan abang."

Abang beradik itu berpelukan sebentar, lalu menarik diri.

Setelah cipika dan cipiki, akhirnya Ian pergi dari Halaman sekolah Agatha. "Ge mana ya." dan saat ini Agatha harus mencari Gerald.

Langkah kakinya dibawa masuk ke dalam gedung sekolah, dia membawa jamu temulawak serta sarapan untuk Gerald.

"Eh, Joeee. Lo liat Gerald gak?" kebetulan yang indah, Agatha melihat Joe baru saja keluar dari kantin yang letaknya tepat didekat ruang Guru.

Joe terdiam, kemudian tak lama Ecep keluar, lalu Dedek dan terakhir Ade serta Gerald. "Itu orangnya Ta." sahut Joe ramah.

Agatha melebarkan senyumnya saat bertemu pandang dengan Gerald, dia berjalan mendekat. "Gerald, gue bawain lo sarapan." ujarnya riang.

Reaksi Gerald hanyalah diam, sorot mata nya sangat dingin dan sarat akan kebencian. Dia mendecih dengan tangan yang terlipat didada.

"Gue gamau." jawabnya singkat.

Agatha terheran, kenapa Gerald menjadi dingin padanya, seperti sebelum dia dekat dengan Gerald. "Tapi Ge, biasanya lo mau-"

"Kali ini, gue gak mau. Gak sudi."

Semua yang mendengar lantas terdiam, ada apa dengan Gerald, kenapa dia berkata buruk pada Agatha.

"Heh, lo gaboleh gitu Ge." tegur Ecep, mau bagaimanapun yang diajak bicara adalah perempuan. Sepatutnya Gerald tak sekasar itu.

Gerald tertawa remeh, dia mengambil tas tupperware yang biasa Agatha bawa, lalu melemparnya ke tong sampah. "See? Gue gak butuh makanan dari lo. Oh dan satu lagi,"

Dia morogoh saku celananya, mengambil 10 lembar uang 100 ribu dan melemparnya ke wajah Agatha.

"Itu untuk perjanjian kita, lo cuma mau uang gue doang kan? Cewek matre." hina nya santai.

Banyak yang tak percaya dengan tingkah jahat Gerald. Terlebih Agatha, gadis itu hanya diam memandang tepat dikedua mata Gerald.

"Ge, lo udah jan-"

"Gue gamau turutin janji aneh itu, emangnya lo siapa? Pacar juga bukan, buat apa gue janjiin hal kayak gitu." cemohnya.

Ade yang mendengar ucapan Gerald tak tahan, dia berjalan kearah tong sampah lalu mengambil tas bekal Agatha.

Dia kembali lagi, berjongkok mengutip uang yang tadi Gerald buang. Lalu Ade berdiri ditengah Gerald dan Agatha.

Berdiri tenang di depan Agatha. "Tata, maaf ya. Ini bekalnya biar gue aja yang makan. Nanti gue anter ke kelas lo, dan uang ini. Nanti gue sumbangin aja ke Musholla. Jangan nangis Ta, gue gak suka lo nangis." bisiknya lembut.

Ade menyentuh pipi Agatha pelan, mengelusnya agar menenangkan hati seorang Agatha.

Senyum miris tercetak diwajah Agatha.

"Makasih De, besok-besok gue bawain bekal lagi buat lo. Dan untuk lo Gerald, mari lupakan kalau kita pernah dekat, gue bakal lupain apa yang selama ini kita bicarakan. Makasih." setelah berkata seperti itu, Agatha memberikan senyum manisnya.

Lalu berjalan melewati Joe dan Gerald, dia sengaja menabrak bahu Gerald dan berbisik. "Lo tunggu pembalasan gue, brengsek."

Deg!

Gerald sudah memancing sisi buruk Agatha bangkit. Diam menunduk sejenak, kemudian berjalan meninggalkan teman-temannya.

Hatinya sakit, dan saat ini yang dia mau hanyalah menangis mengeluarkan semua rasa didadanya.







































Tbc

Konfliknya ringan kan? Gak seberat cerita aku yang lain hahahaha.

My Double Gender Boy. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang