Enam Belas.

6.7K 795 46
                                    

Bisakan vote sama komen? Makaciw💃.

.
.
.

Agatha melirik singkat pada cowok yang duduk disebelahnya, bagaimana bisa cowok itu datang dan memperkenalkan diri sebagai murid baru.

Bahkan mengaku sebagai kembaran Asyfa. "Tata, gue tau gue ganteng. Jangan diliatin terus." cetusnya lembut seraya menoleh kearah Agatha dan betopanh dagu.

Agatha mendecih. "Apaan sih lo Fa." ucapnya malas, Agatha sudah berbaikan dengan Asyfa atau nama aslinya adalah Azfa.

Tak ada lagi yang namanya Asyfa, karena dia membuat skenario bahwa Asyfa pergi keluar negeri, dan dia datang dengan identitas baru.

Cowok dan kembaran Asyfa.

Memang sih, wajahnya jadi kelihatan tampan, wajah yang putih mulus, bibir sewarna cherri, mata indah yang tajam. 2 tahi lalat dibawah mata, pipi yang sedikit chubby.

Serta bulu mata lentik, rambut hitam dengan poni ikal itu membuat tampilannnya semakin mempesona.

"Tata, ntar istirahat bareng yak." pintanya manja.

Berbeda sekali dengan imagenya saat menjadi Asyfa. Agatha mengangguk tak acuh, dia kembali fokus pada pembelajaran didepan.

Azfa masih saja memandang Agatha, tangannya mengelus helaian rambut Agatha. "Lo cantik banget Ta." pujinya tulus.

Agatha terkekeh pelan, mau bagaimana pun Agatha tak bisa menjauhi Asyfa. Karena sedari awal hanya Asyfa sajalah teman dekatnya.

Agatha berusaha melupakan tentang hati dan perasaan sekarang. Perasaan Gerald, perasaan Azfa, perasaan Ade, Agatha mencoba mengabaikannya.

"Nanti, gue traktir novel ya." ujarnya.

Agatha menggeleng. "Gak ah, ntar gue dikira matre lagi." selorohnya santai.

Alis rapi Azfa menukik "Lo gak matre, kan gue yang tawarin." ketusnya tak suka.

"Yayaya, terserah lo aja Fa."

Azfa tertawa senang, dia bersenangdung pelan karena hatinya yang sedang berbunga-bunga.

"Sekalian ke Carefour ya."

"Hem."

"Gue mau beli hodie couple."

"Hem, belilah."

"Buat lo satu."

"Hem, nanti gue terima."

"Yeeaaayy, sayang Tataaa."

"Hem, berisik lo ah. Gue lagi nyalin ini."

Tawa manis dari sela bibir Azfa terdengar, dia melipat tangannya dan meletakan dagunya kemeja, memandang penuh wajah Agatha.

Senyum simpul tercetak jelas diwajahnya. "Cantik banget Tata, jantung Azfa jadinya dugun-dugun." cicitnya malu.

Agatha hanya menggeleng pelan, dia tau kalau dirinya itu cantik. Tapi nampaknya cukup bagi Azfa untuk mengatakannya.

Agatha bisa mati karena malu.
.
.
.
"Tata!"

Agatha menoleh, Ade baru saja masuk ke dalam kelas dengan raut teduhnya, dia membawa tas bekal milik Agatha tadi pagi.

Dibelakangnya ada teman-temannya dan termasuk Gerald. Senyum miring terlihat diwajah Agatha, saatnya balas dendam.

"Ini udah gue cuci, makasih Tata. Bekalnya enak banget." puji Ade antusias.

Agatha tertawa pelan, dia menerima tas bekalnya lalu memasukannya ke laci. "Besok mau gue bawa lagi?" tawar Agatha.

Ade langsung mengangguk semangat, tapi Azfa tak mau kalah. "Tata! Fa juga mauuu." rengeknya.

Agatha mengangguk. "Iya Fa, ntar lo gue bawain juga. Kalian gamau? Cep? Dek? Joe?" ke 3nya mengangguk cepat.

"Mau! Tadi Ade gak bagi-bagi, mentang nasi goreng buatan lo enak jadinya dia makan sendiri." gerutu Joe sebal.

Dedek mengangguk setuju. "Heem, bener banget." sahutnya.

"Tapi Ta, Gerald gak lo tawari?" tanya Ecep segan, tapi walau bagaimanapun Agatha dan Gerald seakan melengkapi.

Ecep bahagia saat melihat Gerald beberapa hari yang lalu, selalu semangat, terus tersenyum, dan itu semua karena Agatha.

Tapi sekarang, Gerald kembali ke dirinya yang lama. Yang dingin, kaku dan antisosial.

Tapi bedanya, saat ini terlihat jelas tatapan terluka dikedua mata Gerald, apalagi saat Agatha mengabaikannya dan dekat dengan Ade.

Agatha menggeleng santai. "Enggak, buat apa? Buat dilempar lagi ke tong sampah?" celetuknya sinis.

Gerald diam, tak ada yang sadar dengan kedua mata sembabnya. Dia menangis dirooftop setelah kejadian tadi pagi.

Badannya lemas, suhu tubuhnya juga menghangat. Dadanya sesak melihat Agatha baik-baik saja, bahkan membalas perbuatannya dengan cara membiarkan cowok-cowok mendekatinya.

Gerald memalingkan wajahnya, agar mereka tak sadar bahwa bibirnya bergetar pelan. Dia berbalik dan pergi keluar dari kelas.

Sepertinya, dia mau nangis lagi.

Seperginya Gerald, Joe mendekati Agatha. "Ta, lo sama Gerald kenapa?" tanya nya penasaran.

Agatha mengedik. "Gue juga gatau, tiba-tiba dia jauhin gue." ujar Agatha sedih.

Joe mengangguk pelan. "Ta, ada yang harus lo tau soal keluarga Gerald. Gue rasa ini ada hubungannya sama Mama Gerald." terangnya.

Agatha penasaran jadinya.

"Ceritain." titahnya tak terbantahkan, Joe mengangguk patuh.

Dia duduk dipinggir meja Agatha, Ecep dan Dedek duduk dikursi depan meja Agatha. Sedangkan Ade duduk dipaha kiri Agatha.

Ringan banget nih cowok.

"Jadi gini Ta, Mama Gerald itu overprotective sama Gerald, dia melarang keras Gerald agar tak dekat dengan lawan jenisnya. Makannya sifatnya dingin banget sama semua orang, kecuali lo."

"Cuma lo yang bisa deketin dan luluhin hati Gerald, pasti ini berat sama dia Ta, buat milih antara lo atau perintah Mamanya."

Agatha terhenyak, dia tak tau hal itu.































Tbc.

Syalalalla.

My Double Gender Boy. [END]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt