Maaf.

3.9K 392 23
                                    

"Sayang, makanan siap." Ucap Nanami yang berdiri di pintu kamar.

"Hm.." Aku turun dari kasur lalu menuju ruang makan.

Terlihat dua piring yang berisi pasta, 'hmmm itu pasta yg aku beli.'
Dan dua gelas es coklat.
Aku memakannya dalam diam. Aku tau suamiku pulang, tapi kemarin tiba-tiba dia memberi kabar tidak bisa pulang masih membuatku kecewa. Aisshh kekanak-kanakkan sekali aku.

Nanami melihat kearahku, 'tidak biasa (name) diam saat aku pulang.'
"Sayang? Kamu sakit?"

"Tidak.."

"Ada masalah?"

"Tidak..."

"Hmmm.... Nanti kita jalan-jalan ya? Pergi ke....pusat perbelanjaan, lalu ke toko kue makan di sana, lalu-"

"Kamu pasti lelah habis kerja, istirahat saja."

"Aku masih fresh, sebaiknya kita jalan-jalan."

"Kamu kerja tiga hari. Terakhir aja kamu bilang mau pulang tapi ternyata ada kerjaan lagi kan? Sebaiknya istirahat."

"Kalau aku istirahat kamu ngapain?"

"Bisa lihat TV, main ponsel? Sudah biasa aku sendirian." Aku beranjak dari meja makan menuju tempat cuci piring.

Nanami menghampiri, "Sayang..."

"Kamu istirahat oke...." Aku ingin melenggang pergi, tapi Nanami menarikku lalu aku berada di dekapannya.

"Maaf."

"Untuk apa? Kamu tidak salah apa-apa." Tanyaku pura-pura tidak tau.

"Semua. Aku menyebalkan, jarang memperhatikanmu, meninggalkanmu sendiri di rumah....

Semua hal yang membuatmu kecewa...." Nanami memelukku dengan erat.

"Kento.." Kulihat wajah khawatir Nanami, alis mengkerut ke belakang, aku berhalusinasi ada nya telinga anjing di kepala Nanami. Bagaikan anjing merindukan Tuannya. Aku menangkup kedua pipi nya, menuntun maju untuk bertemu buah bibir kami.
"That's fine." Aku tersenyum menutupi rasa kecewa dan mencoba membebaskan diri.

"Sayanggg...
Kita ganti pakaian lalu pergi oke." Nanami mencium keningku lalu pergi untuk mencuci piring, sedangkan aku pergi masuk ke dalam kamar.

Perjalanan hanya ditemani dengan playlist lagu yang aku kumpulkan dan Nanami menggenggam tanganku. Hanya diam seperti hari lalu. Playlist yang aku mainkan ini bermusik energik tapi liriknya seperti mengajak pendengar untuk suicide.

"Ihh jangan menggelitik tanganku..." Aku berusaha membebaskan jari ku, sedari tadi Nanami menggelitik telapak tanganku.

Dia terkekeh, "Jangan diam saja, cerita apa yang kamu lakukan saat aku kerja kemarin."

Aku diam dan kembali melihat kaca mobil di samping.

Uh-oh, tangan Nanami yang menggenggam ku berpindah ke pahaku, ibu jari nya mengusap pahaku. Astagaaa, daerah berhargaku meminta adik kecil untuk memasukinya. "Kentoooo..." Aku menarik tangannya menjauh.

"Apa??" Nanami kembali meletakkan tangan nya.

"Ihhh..." Aku mencoba menjauhkan tangannya lagi.

"Kamu bisa memegang tanganku disitu." Kedua tanganku memegang lengan Nanami, berjaga-jaga supaya dia tidak melakukan itu di dalam mobil. 'lebih baik di kamar.'

Sesampai di pusat perbelanjaan, ada barang yang mencuri perhatianku. Outwear hitam legam dengan kantung kanan kiri sejajar dengan tangan, tidak ada hiasan yang heboh dan mencolok.

"Kamu mau itu?" Tanya Nanami.

"Enggak.." harga diri nomor satu, aku belum bisa memaafkan nya.

"Kita masuk ke toko nya dulu, lihat-lihat." Dia menarikku untuk masuk ke toko.

Aku melihat pakaian-pakaian yang di pajang, cantik, menawan, elegan. 'oh, aku terpisah dengan Kento.' Aku memanjangkan leher untuk mencarinya.

"(Name)!" Nanami menuju ke arahku dengan membawa tas belanja dari toko ini.

"Oh, kamu membeli sesuatu?"

"Iya, ini lihat."

Aku melihat dan.... Outwear yang aku inginkan. "Untukmu," ucapnya.

"Ahh.."

"Wajahmu tidak bisa ditipu tadi. Nah ayo pergi ke toko lain." Nanami menarik tanganku lalu menggandengnya.

"Terima kasih..."

Dia tersenyum, "Aku sudah biasa membelikan mu apa saja sayang. Simpan ucapanmu untuk nanti. Oh sini aku bawakan saja."

Berapa jam kami menghabiskan waktu? Hmmm enam jam? Entahlah, tapi hari ini aku bersenang-senang dengan suami. Kami benar-benar terlena di toko furnitur tadi, hampir kami akan membeli kasur baru yang tidak mudah berdecit, tapi... Nanti kasur lama mau dikemanakan??? Masih bagus, masih bisa menahan kekuatan dan kecepatan Nanami.

"Ini aku cuci langsung saja ya?" Tanya Nanami sambil menunjukkan pakaian yang kami beli.

"Iya, lihat dulu bahannya."

"Iya. Kamu mandi sana, nanti pesan makanan saja."

Aku mengangguk dan menuju kamar mandi. Setelah melepas pakaian dan ada yang terlupa. Pakaian ganti, aku belum menyiapkannya sama sekali. "Nanti aja deh...."

Sehabis mandi, mengeringkan badan lalu keluar kamar mandi dengan handuk membalut badanku. Membuka lemari mencari pakaian. Pintu kamar terbuka, muncul Nanami disana.

"Sudah selesai nyuci nya?" Tanyaku.

"Sudah." Nanami langsung buru-buru masuk kamar mandi. Gubrak, gubrak, gubrak.

"Kento??? Maaf, licin ya???" Aku berteriak.

"Tidakk,"

"Ada yang terluka?? Aku masuk ya."

"Tidak perlu!! Tidak, aku tidak apa. Gantilah pakaian nanti kamu kedinginan."

'yakin tidak apa? Keras gitu jatuhnya.' Lalu aku memakai pakaian lalu merangkak ke atas kasur. Tiduran sambil memainkan ponsel.
.
.
.
.
.
.
.

Nanami keluar dari kamar mandi dengan handuk melingkar di pinggangnya, dia berniat mengejutkanmu tapi gagal. Karena kamu sudah tertidur di kasur.

Nanami mendekatkan diri, mengusap lembut rambutmu. "Harusnya kamu tanggung jawab sayang..." Ucapnya lembut, lalu mencium kening mu.


Nanami's wifeWhere stories live. Discover now