Sudah biasa

2.2K 192 8
                                    

3 hari berlalu

Hanya keseharian biasa tanpa ada nya Nanami dirumah. Aku memilih lembur daripada pulang awal, yahhh hitung-hitung untuk akhir pekan saat dia pulang aku bisa berlama-lama dengannya.

Jadi ingat dulu, aku pernah lembur karena kantor mendapat customer besar-besaran dan karyawan lain juga lembur. Aku selalu pulang malam dan selalu berpapasan dengan Nanami. Dia selalu memberiku tumpangan untuk pulang. Dan dari situ rasa suka ku dengan Nanami muncul.

Ahh ada kejadian. Nanami melawan kutukan sampai kewalahan, kondisi fisik nya juga saat itu sudah tidak memungkinkan. Ada dua rekan nya yang datang, aku curi-curi keluar gedung perusahaan ku memanggil Nanami untuk masuk. Aku membantu mengobati bagian yang sulit dijangkau nya.

"Nanami."

"Ya?"

"Anda sudah resign dari perusahaan X ya?" Aku selalu menganalisa, tumben sekali dia sering pulang, biasanya dia memilih tinggal di kantor.

"..."

"Kalau anda sudah resign, jangan memaksakan diri untuk mondar-mandir di kantor saya. Saya bisa pulang sendiri. Tapi, terimakasih untuk sebelumnya."

"Bagaimana kalau saya mau mengantar anda pulang?"

"Kenapa begitu?"

".....
Karena saya menyukai anda."

Hah.. aku melebarkan mata, bibirku sedikit terbuka. Jantungku.... berdetak cepat. 'Apa ini? Rasa suka ku terbalas?'

"Maaf membuat suasana canggung."

"Ti-tidak.......
.....
Saya, juga menyukai anda." Suaraku mengecil.

Giliran Nanami yang melebarkan mata.
Hening.
Aku buru-buru memasukkan obat-obat medis kedalam kotak.

"Sudah, saya obati semua luka-lukanya."

"Apa pekerjaan anda sudah selesai? Saya mau mengantar anda."

"Anda masih terluka. Saya pulang sendiri."

Nanami hanya memandangku tanpa menjawab. Aku meninggalkan nya untuk kembali masuk ruang kerjaku dan melanjutkan pekerjaan.

Mataku sudah tidak kuat membuka lagi. Jam berapa sekarang?
22.45
Dan aku melihat sekeliling,
Hanya aku di ruangan ini.

"Hooaamm.... Oke, pulang-pulang." Gumamku.

Membereskan meja lalu turun ke lantai satu. Aku benar-benar mengantuk, sesekali mataku menutup tidak kuat. Sampai aku membuka pintu.

"(Name)" dua tangan berada di pundakku, aku menengok.

"Nanami?"

"Saya antar." Tanpa menunggu jawaban, tangannya melingkar di punggungku lalu menuntunku jalan menuju mobil nya.

Di perjalanan aku benar² tidak bisa membuka mataku lebih lama dan aku tertidur.

"(Name),........ (Name) kita sudah sampai." Tepukan lembut dibahuku membangunkan ku.

"Oh..." Saat aku terbangun ada sedikit suara geraman. Dan itu membuat aku cepat sadar. "Nanami! Lengan anda masih terasa sakit? Masuk dulu ke apartemen saya oke. Biar saya yang menyetir masuk parkir."

Aku keluar lalu memutar menuju kursi kemudi dan membantu Nanami untuk duduk dibelakang. Lalu aku menyetir dan memarkirkan mobil.

Aku turun dari mobil lalu membantu Nanami sampai masuk apartemen. Setelah sampai, aku cepat-cepat membuka kancing Nanami, lalu menarik kemeja nya. Aku lari mengambil air hangat dan kain. Aku mengompres nya.

"Maaf (name) membuat anda jadi mengurus saya."

"Tidak apa-apa."

Beberapa menit aku mengompres nya dan aku merasa lapar. "Nanami, mau makan malam? Kalau jam segini, tempat makan yang buka hanya makanan cepat saji."

"Ya, silahkan. Apa saja yang anda pesan, saya akan memakannya."

Aku mengangguk, mengambil ponsel lalu memesan makanan.

"Apa sudah membaik?"

"Sudah. Terimakasih (name).'

Aku tersenyum, lalu membawa air dan serbet itu ke tempat cuci. Aku membuatkan teh hangat, dan makanan juga sudah sampai.

"Maaf soal tadi. Saya mengungkapkan perasaan saya"

"Kenapa harus minta maaf? Itu perasaan anda kepada saya, dan saya..... juga merasakan hal yang sama." Jawabku.

"Saya tidak menduga jika anda juga menyukai saya. Itu... Entah, saya masih terkejut."

"Tidak menduga kalau aku menyukaimu?"

Nanami melihat kearahku, terkejut karena aku menggunakan 'aku-kamu.'

Aku terkekeh, "kalau sudah mengetahui perasaan satu sama lain, lebih baik panggilan nya berubah, supaya tidak terlalu kaku."

"Baiklah."

"Hmmm, aku mau ambil kasur lipat."

"Ya." Nanami melanjutkan makan, aku memasuki ruang penyimpanan dan mengambil kasur lipat.

"Mana aja yang harus aku pindahkan?" Nanami berdiri.

"Yakin dengan keadaanmu?" Aku juga membutuh bantuan sih untuk memindah barang berat.

"Iya."

"Tolong sofa, digeser."

Dia mengangguk, kita mengangkat dan memindahkan bersama. Lalu aku meletakkan kasur lipat di sana, tidak lupa aku juga mengambilkan bantal dan selimut.

"Silahkan istirahat Nanami."

"Terimakasih."

Aku menuju kamar, menutup pintu dan berguling-guling di atas kasur. 'ohhh ya ampun, apa kita pacaran? Eh tapi Nanami tidak menanyakan untuk pacaran. Hmmm, tak masalah, yang penting kami sudah mengetahui perasaan satu sama lain.'
Aku memejamkan mata dan terlelap.
.
.
.
.
.
Ohh ya ampun aku terhanyut dengan kenangan lamaku, ayo lanjut kerjaaa...

"(Name), mau beli jajan sebentar? Atau titip?" Tanya Lin.

"Titip deh, gorengan 5000 aja. Ini uangnya."

"Oke... Buatin aku kopi dong, ehehehe."

"Iya-iya... Nanti saat kamu sudah ke sini, kopi udah di meja mu."

"Nah sip. Aku pergi dulu."

Aku mengangguk lalu pergi menuju dapur. Mengambil dua saset kopi dan menyeduhnya.

Nanami's wifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang