Istirahat

2.3K 196 3
                                    

Aku berdiri di pintu keluar para penumpang pesawat.
"Oh, itu dia." Aku mengangkat tangan dan dia melihatku. Hmmm seperti biasa, ada memar di wajahnya meskipun sedikit. (Lihat saja nanti di badan seperti apa.)

Aku merentangkan tangan mengisyaratkan Nanami untuk datang memelukku. "Hmmmm...." Gumamnya.

"Langsung cari makan? Atau mau duduk-duduk dulu?" Tanyaku.

"Ayo cari makan." Tangan Nanami melingkar di pinggangku. "Ijichi, saya duluan ya."

"Baik, hati-hati dijalan." Dia membungkukkan badan.

Kami menuju parkir lalu meninggalkan bandara dan mencari makanan.

Kami berhenti di kedai yakiniku yang paling populer disini, "Beli lima bungkus cukup?" Tanya Nanami.

"Kebanyakan sih... Ini isi 6, hmm..."

"Tiga bungkus?"

Aku mengangguk, meski merasa masih terlalu banyak sih...
Setelah membeli yakiniku kami membeli alkohol lalu langsung menuju rumah.

.
.
.
Sesampai dirumah.

"Hahh akhirnya." Nanami langsung masuk kamar mandi dan membersihkan diri.

Aku mempersiapkan satu paket yakiniku yang kami beli. Menyiapkan kompor portable di tengah meja makan. Meletakkan tiga botol alkohol di lemari pendingin.

Sekitar 10 menit Nanami tidak keluar dari kamar mandi. "Ada yang salah." buru-buru aku berlari masuk kamar dan mengetuk pintu kamar mandi, "Kento?"

"Sayang, tolong." uh-oh, aku langsung membuka pintu kamar mandi, dan terlihat bath-tub terdapat bercak darah yang banyak. "Boleh bantu aku untuk memberhentikan darah nya? Pakai kemeja ku itu." Aku langsung mengambil kemeja itu dan menekan luka nya dibagian dada.

"Aku panggil Ieiri saja ya?" 

"Ya, tolong."
.
.
.
.
.

Ieiri sudah pulang, Nanami merebahkan diri di kamar. Pesan dari Ieiri "Jangan terlalu banyak bergerak selama hmm.... lima hari. Maksudku, jangan melibatkan aktivitas fisik yang sangat berat."

"Ayo makan yakiniku sayang." Nanami bangun ingin beranjak dari kasur.

"Eits... Aku masakin saja, nanti aku antar kesini." Buru-buru aku kabur dari kamar menuju meja makan.

Aku kembali ke kamar membawa nampan dua piring yang berisi yakiniku dan nasi yang kuberi saus dan segelas teh. Aku duduk di kasur, lalu "Aa~" aku menjulurkan sendok ke arah Nanami. Dia menerima suapanku, aku tersenyum. "Enak?"

Dia mengangguk, "enak."

"Lain kali, kita makan yakiniku di luar. Hmmm, beli makanan manis untuk penutup juga." Aku menjelaskan dengan senang.

"Iya."

Aku menjulurkan sendok lagi dan Nanami menerimanya. "Sayang, berapa hari kamu lembur?" Tanyanya.

Uh-oh. "Errr.... Lima.." ucapku dengan nada kecil.

"Dan pasti selama lima hari itu kamu mengonsumsi kafein."

Aku hanya mengangguk. Nanami mengusap pipiku, "tapi terimakasih sudah bekerja keras (name). Aku tau, kamu memilih lembur untuk bisa lebih lama bermain denganku.... Tapi, aku keadaannya seperti ini."

"Segini juga sudah cukup. Yang penting bisa berduaan sama Kento." Aku tersenyum.

Selesai makan, Nanami meminum obat yang diberi Ieiri. Aku kembali ke dapur makan yakiniku sendiri.

"Kenyang nya... Oke beres-beres." Aku membersihkan meja makan, menyuci piring lalu menuju kamar. Aku melihat Nanami sudah tertidur. 'Hmm obat nya buat tidur ya?' aku mengusap rambut nya. "Terimakasih untuk kerja kerasnya sayang." Lalu mengecup dahi nya.

Pukul 06.15

Aku bangun, melihat Nanami masih terlelap. Aku beranjak turun menuju kamar mandi, menggosok gigi.
'masak apa?'
'atau beli aja?'
'beli sarapan apa?'
Aku memutar otak menu sarapan yang cocok untuk Nanami.
'miso?'
'udon?'
'hmmm roti. -_- '
Oke, aku memutuskan ke toko roti.

Sekitar 5 menit dari rumah dengan berjalan, aku mencari sandwich. Dan pulang.

Aku masuk dan melihat Nanami berdiri. "Sayang? Mau ngapain? Biar aku aja."

"Aku cari kamu." Ucapnya datar.

"Ahh, aku habis beli sandwich buat sarapan.
Ayo duduk di sofa." Aku memegang lengan Nanami.

"Sudah, cuci wajah? Gosok gigi??" Tanyaku.

"Sudah, sayang."

"Baiklah, perban nya diganti ya." Ucapku.

Huuufftt, membuka perban membuatku merinding. 'Bagaimana kalau nanti luka nya terbuka? Bagaimana nanti perban nya menempel di luka nya?'

Perban sudah terbuka semua. Terlihat jahitan yang masih segar di dada Nanami. Aku menuang alkohol di kapas dan menepuk-nepuk dipinggir jahitan. Nanami menggeram kesakitan dan otomatis aku meringis seperti bisa merasakan perih yang luar biasa itu, aku berhenti sebentar melihat wajah nya.

Nanami tersenyum, "lanjutkan sayang." Sambil mengeluarkan nafas berat.

Aku mengangguk.
.
.
Oke selesai.
Aku memasukan ke kantong plastik perban bekas dan membuangnya, tidak lupa cuci tangan.

"Mau aku suapin?" Tanyaku.

Nanami mengangguk, aku membukakan sandwich nya lalu menyodorkan ke arah Nanami.
Selama memakan sandwich, Nanami melihat ke arahku. Hmm lebih tepatnya ke bibir ku.

Aku mengulurkan tangan, memegang rahang menuntun maju. *Kiss
"Kemarin belum ada ciuman kan." Aku tersenyum.

"Hmm istriku pintar ya buat suami nya salah tingkah." Telinga nya sangat merah. "Lagi," pintanya.

Aku terkekeh, lalu mencium bibirnya lagi.

Seminggu kemudian.

Hari senin-selasa aku lumayan longgar bisa pulang awal untuk merawat Nanami, tapi rabu-jumat? Astagaaa, kerjaan selalu berdatangan.  Paling pulang jam tujuh malam.

Badanku benar-benar pegal. Mulai siang tadi aku merasa pusing, faktor lihat ke komputer pikirku.

Pukul 16.30

Aku benar-benar tidak bisa menahan pusing ditambah punggungku yang luar biasa pegal. 'pulang duluan deh.'

Nanami's wifeWhere stories live. Discover now