Sejuta Rasa.

45 15 5
                                    

Alana POV

Dikarenakan hari senin ini sekolah ku meliburkan para siswa dan siswinya, aku memutuskan untuk membantu Ibu ku untuk membersihkan rumah selama dua jam penuh. "Nana! Ada yang call kamu tuh!" Teriak Ibu. "Siapa, Uma?" Tanya ku. Ibu mengangkat kedua bahunya tak tahu, aku pun melangkahkan kaki ku menuju kamar ku dan meraih ponsel ku.

"Halo?"

"Na? Hari ini kamu luang gak?"

"Luang sih.. Kenapa, Kak?"

"Sekarang saya mau ke rumah kamu, saya lagi mampir dulu beli sesuatu. Gih kamu siap-siap,"

"Hah? Tapi aku belum mand-"

Panggilan ku tiba-tiba dimatikan olehnya. Ah sial.. Dia semalam tidak memberiku kabar bahwa ia akan pergi ke rumah ku.. Namun apa yang ada di pikirannya? Mengapa ia sangat tiba-tiba? Sepertinya sekarang lebih baik aku mandi terlebih dahulu sebelum ia datang ke rumah ku. "Umaaa! Abi! Nana mandi dulu yaa! Nanti ada Kakak kelas Nana mau kesini, ajak ngobrol dulu aja!" Pekik ku.

* * *

"Nana? Uma boleh masuk?" Aku menoleh ke arah pintu dan kemudian membukakannya. "Masuk aja, Uma. Ada apa?" Tanya ku. Aku kembali duduk di hadapan meja rias ku seraya fokus memoles make up di wajah ku, sementara itu Ibu ku duduk di tepian kasur sambil memandang ku yang sedang merias diri. "Itu Eita siapanya kamu?" Tanya Ibu. "Dia Kakak kelas Nana, Uma. Kenapa emangnya?" Jawab ku.

Ibu sempat terdiam beberapa sesaat sebelum menjawab ku. "Uma sama Abi suka sama Eita itu. Dia sopan, baik, diajak ngobrol juga wawasannya luas padahal masih SMA. Uma tau kok.. Dia beda sama kita," Seketika tangan ku terhenti saat memoleskan blush on. "Uma gak larang kamu pacaran, kamu berhak nikmatin masa muda kamu. Tapi suatu saat jika kamu dihadapkan oleh suatu pilihan, tolong kamu pikirin baik-baik ya sayang.." Lanjut Uma.

"Cinta beda agama itu berat, sayang. Dilanjutkan mustahil, berhenti pun sakit. Uma tau, kamu anak yang baik. Jangan biarin dia berkhianat dari Tuhan nya ya?" Kini mulut ku benar-benar terbungkam, bahkan otak ku kini ikut kosong. "Uma keluar dulu ya, jangan lama-lama dandannya. Kasian itu Eita nungguin," Ucap Ibu. Aku hanya mengangguk dan kemudian menyelesaikan riasan ku.

Setelah selesai merias diri ku, aku pun segera memakai sneakers putih ku dan kemudian turun dari kamar ku. Terlihat Kak Eita sedang asyik mengobrol dengan Ayah ku, mereka berdua nampak terlihat akrab. Aku pun menghampiri mereka dengan ragu-ragu. "Udah dandan nya, princess?" Tanya Kak Eita. Aku mengangguk kecil dan kemudian tersenyum ke arahnya.

"Uma, Abi.. Nana izin pergi sama Kak Eita dulu ya? Nana gak akan pulang kemaleman kok," Ucap ku seraya mencium tangan Ibu dan Ayah ku. "Hati-hati ya, sayang. Nak Eita, tolong jaga anak saya ya.." Kak Eita hanya mengangguk mengerti dengan ucapan Ayah. Ia pun ikut mencium tangan Ibu dan Ayah ku dan kemudian berpamitan.

Aku memasang helmet yang dipinjamkan oleh Kak Eita dengan benar dan kemudian menaiki motornya. "Hari ini temenin saya hunting foto-foto mau?" Tanya Kak Eita. "Mau dong hehe, kan Kakak yang ngajakin." Jawab ku. Kak Eita nampak tersenyum melihat kaca spionnya. Ia pun menyalakan mesin motornya dan melaju menuju keluar dari area kompleks perumahan ku.

Author POV

Alana kini memeluk erat Eita dari belakang, tentu saja ini atas permintaan Eita yang mengeluh karena ia merasa punggungnya dingin. Tidak.. Sebenarnya Eita memakai alasan itu karena ia memang menyukai pelukan Alana. "Na, kita berhenti dulu ya di Antapani? Ada beberapa spot yang mau saya foto," Ucap Eita. "Iya gapapa kok, kan lagian kita emang mau hunting foto hihi" Jawab Alana. Eita pun memakirkan motornya di tempat yang aman, mereka berdua pun turun.

[✓] Eita, dan Semesta ¦¦ Semi Eita.Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt