6. Pretty Boyfriend Too

183 26 0
                                    

"Why didn't you tell me, hm?" Tanya Jay setelah ia tidak melihat kehadiran Jungwon di kafetaria sekolah.

Setelah Jay bertanya kepada teman sekelas Jungwon, barulah Jay tau apa yang sebenarnya terjadi.

Jungwon menggeleng, 'Siapa yang kasih tau kalau aku di sini?' Ketiknya dari aplikasi catatan di ponsel.

"Nggak kenal." Dalih Jay, "Kamu pusing? You are tired, aren't you? I told you, hari ini gak usah masuk. Kamu kemarin sampai jam berapa dibawa papi kamu makan sama teman-temannya?" Tanya Jay bertubi-tubi.

Jungwon hanya menggeleng. Membiarkan tangan Jay mengelus pipi dan rambutnya, sambil sesekali menyuapinya. Ia juga menikmati waktu luang tanpa belajar ini bersama Jay. Meski rasanya besok ia akan malu untuk bertemu teman-temannya, apalagi Hanni.


Seusai konferensi kemarin, Jungwon ditemani ayahnya, bertemu sembari makan malam dengan para petinggi yang merasa takjub dengan Jungwon.

Sayangnya makan malam itu tidak kunjung berakhir, bahkan ketika sudah nyaris tengah malam. Padahal topiknya sudah melenceng jauh dari Jungwon, yang sudah beberapa kali menguap karena tidak mengerti apa yang dibicarakan. Bukannya Jungwon bodoh, hanya saja ia tidak pernah mengerti dengan urusan bisnis ayahnya. Akhirnya Jungwon pulang lebih dulu dan baru sampai di rumah dini hari.

"Kamu nggak mau pulang aja?" Tanya Jay.

"Mami's home."

"Oh... poor little thing..." Ucap Jay kemudian mengelus rambut kekasihnya dan memeluknya.

Seharusnya Jungwon bisa beristirahat dengan lebih leluasa di rumah. Jelas kasur di rumah Jungwon lebih lebar dan empuk dibanding kasur UKS. Juga temperatur kamarnya lebih dingin dibanding di sini.

Namun, tidak semua orang menganggap rumah sebagai rumahnya. Termasuk Jungwon. Ia mendapat semuanya kecuali kebebasan. Jungwon lebih memilih tidur di UKS dibanding harus menjawab 1001 pertanyaan dari ibunya, belum lagi dengan kemungkinan suasana hati ibunya sedang buruk. Jungwon sedang tidak mau dimarahi hari ini.

Jay tidak kehilangan akal. Ia ingin segala yang terbaik untuk Jungwon. Jay meminta asisten pribadinya untuk menjemput Jungwon dan memberinya perawatan di rumah sakit keluarga mereka. Jay juga berjanji pada Jungwon akan mengurus segala absennya, sehingga Jungwon tidak terlihat seperti pulang lebih awal hari ini.
























Dokter sekolah meminta Hanni untuk mengecek Jungwon sekali lagi saat jam istirahat.

Bukannya Jungwon, Hanni malah mendapati Jay di sana.

"Lho... ka-kak Jay, Jungwonnya mana?" Tanya Hanni mencoba berbicara sekecil mungkin karena Jay sedang memejamkan matanya di kasur yang tadi Jungwon tempati.

Jay membuka mata dan menarik salah satu bibirnya ke atas, menyunggingkan senyum khasnya untuk Hanni, "Oh, hai, Hanni. Jungwonnya gue bawa ke rumah sakit. Ngapain di sini?"

"Aku anak kesehatan yang bawa Jungwon ke sini, kak..."

"Ah, I guess, I need to go right now?"

Hanni menggeleng, ia tidak ada niat sedikit pun untuk mengusir Jay, "Enggak, kok, kak! Kalau kakak mau tiduran di sini juga nggak apa-apa... ehm, tadi bu dokter suruh aku ke sini buat ngecek Jungwon, syukurlah kalau udah kakak bawa ke rumah sakit..."

Jealousy, JealousyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang