8. And I Don't Even Know You

166 31 14
                                    

Hanni rasa ia menemukan mozaik jawaban dari pertanyaannya tentang kehidupan Jungwon.

Orang tuanya meminta bila Hanni mengambil libur panjang satu minggu sebelum dan sesudah ujian akhir semester, dan permintaan itu dikabulkan oleh ibu Minji.

Di hari terakhirnya boleh bekerja, Hanni diminta membantu seorang office girl untuk mengambil air mineral di seorang distributor. Sepanjang perjalanan, wanita yang bercerita kalau anak tertuanya baru saja tamat sekolah menengah akhir itu, menjelaskan kepada Hanni bahwa air mineral ini sangat baik untuk kulit. Hanni mendengarkannya dengan seksama.

Siapa sangka distributor itu tinggal di rumah mewah? Lebih besar dari rumah Minji.

Kebetulannya lagi, di seberang sana, Hanni melihat Jungwon bersama Jay. Mungkin rumah dengan pagar putih tinggi di belakang mereka adalah rumah Jungwon. Bahu Jungwon terlihat bergetar. 


"Eh, bu, itu, lihatin, deh." Ucap Hanni menunjuk Jungwon ketika mereka berdua diminta menunggu stok air mineral selagi disiapkan, "Itu dia nangis, gak, sih?" Tanya Hanni.

Perempuan itu mengangguk, "Ih, iya, nangis tuh bocah. Buset, keknya emang, ya, neng, hidup jadi orkay tuh sulit! Liat aja, noh, eh tapi kenapa bisa nangis, yak?"

"Kayaknya gara-gara kemarin nilainya gak seratus..." Jawab Hanni mengingat kemarin Jungwon mendapat nilai delapan puluh di pelajaran matematika.

"Tau amat, neng? Neng Minji juga gitu, ya? Nangis gara-gara nilai?"

"Minji sih enggak, bu. Kalau anak itu, iya."

"Lah? Kenal lu?"

Hanni mengerjapkan matanya, "I-iya... dia itu teman sekelas saya."

"Buset... pantesan lu dianterin sama maknya Minji langsung! Elu temennya Minji? Keren amat sekolah lu, neng. Kenapa kerja dimari?"

"Butuh uang, bu..."

Wanita itu tertawa puas bukan main setelah mendengar jawaban Hanni, lalu keduanya musti mengangkat kardus berisi air masuk ke mobil operasional.


Hanni jadi berpikir, mungkin Jungwon tidak sebahagia itu. Menangis itu tanda ia sedang bersedih, bukan? Didukung oleh ekspresi Jay yang muram dan terlihat berusaha kuat.























Jungwon keluar dari rumahnya beberapa saat yang lalu dan sudah menumpahkan segala keluh kesahnya dengan Jay, perihal menurunnya nilai Jungwon selama ulangan dan sesi quiz terakhir.


"It's been so hard for me lately..." Keluh Jungwon, "I don't even know why I can't keep up with my old pace." Lanjutnya setelah berhenti untuk menarik ingus yang hendak jatuh.

Jay merengkuh Jungwon, mengelus kepalanya dan menciuminya sesekali, "It's going to be just okay, Jungwon. Cuman ulangan harian dan aku rasa kamu memang capek akhir-akhir ini."

"But what if I'm not the best student this year?" Tanya Jungwon mengangkat kepalanya yang masih dalam pelukan Jay.

Jay mengecup kening Jungwon singkat, "Then it's okay, you will always be the best for me."

Jungwon melanjutkan tangisannya namun kali ini dengan senyum. Jungwon mengangkat kepalanya dan melihat CCTV rumahnya dengan sedih, "I need to go, CCTV-nya cuman aku reset dan mereka bakal balik nyala lagi sekitar semenit."

Jealousy, JealousyWhere stories live. Discover now