34

653 122 2
                                    

Soonyoung tau

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Soonyoung tau. Pilihan terakhir nya adalah bicara dimeja dengan anggota keluarga keduanya. Jihoon sungguhan soal menyerah dan tidak mau mendengar lebih darinya.

Soonyoung ga bisa lagi lakukan apa-apa. Malam nanti adalah pilihan terakhir nya mengajak Jihoon bicara, semoga Jihoon bisa berubah pikiran soal hubungan keduanya.

Soonyoung ga berani akui dengan lantang kalau dia memang sudah cinta tapi Soonyoung tau pasti dia ga mungkin takut begini kalau cuma sekedar mengasihani. Soonyoung sungguhan ga rela kehilangan Jihoon dari sisinya.

Soonyoung kesepian, Soonyoung mau lakukan kencan dengan Jihoon. Kencannya masih ada dua kesempatan kan ya? Bisa lebih dari ini kan ya? Semoga.

"Oke, mending jelasin ke gue Lo sebenarnya sama Jihoon sekarang udah gimana?" Wonwoo sudah lelah menunggu Soonyoung cerita. Dia menyerah soal Soonyoung yang seperti manusia ga ada arwah. Sekarang temannya ini harus jelaskan atau Wonwoo turun tangan untuk paksakan.

"Ga ada kemajuan" singkat, Wonwoo tau pasti mereka ga ada kemajuan. Dari pertama kali punya hubungan juga Wonwoo ga merasa mereka berjalan maju. Mereka disana, diam ditempat dengan rasa mencoba biasa tapi ga pakai rasa. Atau lebih tepatnya belum sadar saja?

"Lebih jelas lagi" Soonyoung diam, bukan ga mau cerita kepalanya lagi memikirkan cara membujuk Jihoon nanti malam di acara makan malam keluarga. Dia takut, dia ga bisa. Dia ga punya cara dan kesempatan.

"Jihoon batalin pertunangan" Jun yang diam saja sambil main ponselnya tersedak makanannya tiba-tiba. Gimana? Bisa coba katakan sekali lagi Soonyoung?

"Hah?"

"Udah dari bulan lalu, Jihoon ajuin pembatalan..gua yang ga terima..udah cari cara, Minggu lalu datangin dia yang jalan sama Jimin..ga ada kemajuan" Wonwoo diam. Dia ga bisa menanggapi kalau sudah sampai begini. Maksudnya, dia ga mengerti sebenarnya dua manusia yang terikat dihadapannya ini pola pikirnya seperti apa.

Kenapa, Jihoon yang harusnya memilih dekat dengan Soonyoung setelah kejadian itu justru merasa bahwa dia harus menjauh? Kenapa malah berpisah? Bukankah itu memperburuk keadaan satu sama lain?

"Jadi?"

"Malam nanti, mau diskusi keluarga"

"Young..boleh tanya?" Jun ajukan pertanyaan, dia mau tau apa Soonyoung yang sekarang kelihatan pusing karena sebenarnya sudah jatuh cinta dari lama? Atau dia cuma ga mau mengemban perasaan bersalah?

"Lo suka Jihoon?" Jun, harusnya kau ga tanyakan itu. Teman mu sedang kebingungan juga, dia ga bisa saja menjelaskan perasaannya. Ga tau bagaimana menyebut saat ini.

"Suka.."

"..mungkin?" Wonwoo darat kan satu pukulan, Soonyoung otaknya terlalu campur aduk dan banyak pikiran. Pasti dia cari perasaan ga pakai hati, tapi pakai otaknya yang sedang banyak isi itu.

"Kata gue..Lo harus bisa ajak Jihoon buat perbaiki semuanya hari ini, ajak bicara soal perasaan.." maunya Soonyoung juga begitu tapi kalau nanti Jihoon bahkan ga mau dengar apapun. Soonyoung harus apa? Harus bagaimana?

"Ya, semoga bisa" jawaban Soonyoung terlalu lemah, Wonwoo pasrah. Soonyoung sepertinya benar-benar putus asa. Dia cuma bisa berharap aja, malam nanti Soonyoung dan Jihoon selesaikan masalah nya.


































































Soonyoung pov

Jihoon disana, duduk didekat orang tuanya. Ah, Dejavu. Aku rasa ini pernah terjadi diawal pertama kali bertemu. Haha, sekarang konteks nya beda ya?

Jihoon disana, duduk didekat orang tuanya. Kelihatan manis seperti biasanya dan juga dingin sebagai mana mestinya Jihoon yang biasanya. Haha, Jihoon aku harus apa sekarang?

Makan malam, Jihoon disana didekat keluarga nya. Mereka bicara, aku memperhatikan Jihoon dengan seksama. Aku suka, aku juga merasa sakit ga bernama. Bagaimana jelaskan nya? Memperhatikan Jihoon itu nyaman tapi kalau ingat tujuan makan malam.

"Jadi, masalah pertunangan... Soonyoung bagaimana?" Sadar dari lamunan, aku mengerjap beberapa kali sambil pandangi Jihoon yang bahkan ga menoleh.

Haha, sama saat pertama kali bertemu. Dia ga tertarik sama hal selain tentang dirinya sendiri. Apa masih begitu hatimu Jihoon?

"Soonyoung?" Ayah Jihoon memanggil ku. Aku bimbang, ga tau harus bagaimana. Kalau aku jawab tidak Jihoon akan buat keputusan memaksa pastinya.

Aku perhatikan mama, dia lihat aku pakai senyum paling tenang. Ma? Anakmu boleh buat keputusan agak memaksa meski buat salah? Aku perbaiki. Bolehkan ya? Semoga.

"Aku..ga mau batalin om"

Jihoon pov

Soonyoung. Kwon Soonyoung. Aku kira kita sudah sepakat dengan semuanya? Aku kira kita sudah paham bahwa aku ga mau melanjutkan perjalanan ga bertujuan denganmu.

Lalu ini apa? Soonyoung kamu keras kepala dan pemaksa. Ga bisa mengalah sekali untuk ku? Iya, Ga bisa?

Bunda menatap ku, memberikan elusan ditangan. Dia tau aku marah, dia tau aku ga suka dengan ucapan Soonyoung.

Aku tau Soonyoung memperhatikan ku, lamat dengan penuh putus asa. Ga suka, ga usah menatap dengan perasaan apapun. Aku ga mau tau soal isi hatimu.

Jangan tau juga isi hatiku. Kita sudah. Kita selesai. Aku maunya begitu, kenapa kamu masih keras kepala mau sama-sama Soonyoung?

Memang nya ga lelah kalau aku buat kamu sakit kepala dengan egoisnya aku? Ga lelah dengar amarah ku yang selalu tiba-tiba? Ga lelah aku suruh jadi pengasuh ku? Ga lelah? Ga lelah bertahan ga pakai rasa? Kamu ga punya rasakan?

Sama aku Juga. Iyakan? Aku juga?

"Jihoon tetap mau membatalkan"

"Pembatalan ga bisa sepihak Ji, kenapa kamu ga mau dengar bicara ku?" Soonyoung. Sudah. Aku takut. Tolong sudah.

"Dengar, aku ga mau berurusan denganmu"

"Jihoon, ini ga tanggung ja–"

"Diam, Kwon Soonyoung" aku marah. Aku takut. Jangan bicara, diam Soonyoung. Aku lagi takut, lagi kalut. Diam. Aku mohon. Tolong.

"Jihoon"

"Diam, aku ga mau dengar"

Soonyoung pov

Tubuhnya bergetar, Jihoon kamu baik? Jihoon aku ga tau, aku ga paham. Kasih paham baik-baik. Jangan begitu, jangan diam dan simpan sendiri begitu.

Marah Jihoon, marah dengan ku sambil pukul. Ga masalah aku terima, kamu belum marah beberapa waktu ini. Jangan begitu, jangan dingin sambil putus asa matamu.

"Ji, ayo bicara..batu lanjutkan semuanya.."Jihoon diam, aku ga ditanggapi. Meja makan sunyi, kedua keluarga ga sepenuhnya mengerti dua remaja ini kenapa.

Jihoon diam. Jihoon dingin. Aku ga bisa, aku ga suka. Ayo marah. Aku rela kamu pukul di wajah. Jihoon yang begitu aku suka. Iya, aku suka?

"Oke"

"Hah?" Jihoon tajam menatap, aku gelagapan tiba-tiba. Dia berdiri dari meja makan, satu langkah sambil lirik mataku.

"Kamu mau bicara, ayo..aku ajak bicara.."

"Kali mau dengarkan?"

"Aku dengarkan..asal kamu ga hancur kan ego ku" Jihoon, aku ga akan begitu lagi. Bisa pegang janji? Semoga ga begitu lagi mulut ini.

Melangkah pergi, Jihoon langkahnya pelan ga tergesa.

"Jih–"

"Nanti"

LAKUNA RIOTERS ✓Where stories live. Discover now