66. Please allow me..

1.9K 177 52
                                    

Xavier natap lurus ke luar jendela. Pikirannya terus dipenuhin sama Zora. Cuma Zora yang dia pikirin akhir-akhir ini. Semenjak kecelakaan itu, Xavier belum ketemu Zora lagi di kamar inapnya. Xavier mau jenguk Zora walaupun hanya sekedar ngeliat keadaannya, tapi nggak bisa ngobrol kayak biasanya. Zora masih dalam masa komanya. Dan dokter belum ngasih tau lebih lanjut soal kondisi Zora. Yang mereka dapat cuma kondisi Zora yang nggak nunjukin perkembangan apapun.

Xavier bisa aja pergi ke kamar inap Zora sendirian, karena ruangannya juga nggak terlalu jauh. Persis di samping ruangannya. Tapi Xavier nggak bisa tahan sama rasa sakit di kepalanya yang selalu tiba-tiba kambuh.

Xavier yang sekarang bukan lagi Xavier yang dulu. Yang selalu kuat buat ngelakuin ini itu. Sekarang, Xavier yang kuat itu selalu teriak nahan sakit di kepalanya. Dan itu yang bikin dia masih dirawat di rumah sakit sampai sekarang. Xavier masih butuh pengawasan dari dokter secara langsung.

Xavier natap ruangannya, bau obat. Sepi. Teman-temannya belum lama pulang karena harus ambil baju ganti buat jaga dia di rumah sakit. Rizky sama Leon nggak pernah absen kalau soal jaga dia. Bikin Xavier ngerasa nggak enak, ngerasa ngerepotin mereka semua. Padahal bukan depan mereka udah disibukin sama ujian kelulusan, tapi mereka masih sempet buat jaga dia setiap hari.

Xavier udah bilang kalau jangan terlalu sering datang juga nggak masalah. Xavier bisa sendirian, katanya. Tapi temannya selalu nolak pakai alasan, 'Gapapa, soal ujian mah masih bisa belajar di sini'.

Apalagi Leon. Dia sayang banget sama Xavier. Sampai dia rela nginep setiap hari di rumah sakit supaya nggak disuruh belajar sama orang tuanya kalau di rumah.

Xavier senyum tipis. Dia beruntung bisa kenal mereka.

Xavier bosen. Dia selalu mau ngelakuin hal kayak biasanya dibanding kayak sekarang. Yang setiap hari cuma baringan atau duduk doang di ranjang. Pelan-pelan dia turunin kakinya ke lantai, Xavier berdoa semoga kali ini dia nggak lagi ngerasain sakit itu lagi.

Xavier narik kursi yang ada di samping ranjangnya sampai ke dekat jendela. Tangan kirinya sibuk dorong tiang infus. Xavier duduk di kursi, natap luar jendela. Banyak orang lalu lalang di sekitar rumah sakit.

"Leci, apa kabar?" tanya Xavier.

Xavier ngitung hari pakai jarinya. Ini udah hampir satu bulan tapi Zora masih belum sadar dari komanya.

"Maaf, Ra. Lo jadi begini gara-gara gue," kata Xavier.

Xavier beranjak lagi, kali ini dia bener-bener nekat buat pergi sendiri ke ruangan Zora. Xavier ngelirik jam dinding, sebentar lagi perawat datang buat ngasih makan siang sama obat.

Xavier sampai di depan pintu, dia ngedadak diam. Xavier berusaha ngelawan rasa sakitnya kali ini. Dia berpikir nggak mau kalah kayak sebelumnya. Tapi nggak bisa. Dia selalu kalah sama penyakitnya.

Bruk.

Xavier jatuh ke lantai. Megangin kepalanya yang rasanya sakit banget. Tiang infus yang dari tadi dia pegangin juga ikut jatuh ke lantai.

Xavier coba merangkak, deketin ranjangnya buat mencet nurse call. Bahkan dia nggak peduli sama tiang infusnya. Xavier teriak, karena nggak bisa gapai ranjang buat bantu dia berdiri.

Ruangan yang tadinya sepi, sekarang penuh sama diara Xavier yang teriak sakit.

"Nyusahin!! Lo nyusahin!!!!" Xavier mukul kepalanya berkali-kali.

Prang!

"Astaga!"

Salah satu perawat yang biasanya anterin makan buat Xavier langsung nyamperin Xavier setelah mencet nurse call berkali-kali. Bahkan wadah makanan yang dia bawa sekarang udah jatuh ke lantai, bikin lantai jadi kotor sama makanan yang tumpah.

[I] 𝐎𝐙𝐎𝐑𝐄𝐈 [ ✓ ]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant