Part 82

1.5K 119 32
                                    

..........

Tepat dihari itu juga Zea dibawa ke rumah sakit yang ada di Jakarta. Kini mereka telah sampai disalah satu rumah sakit. Beryl dan Jordan tetap setia menemani Zea. Sesekali menghibur Zea dengan perdebatan konyol mereka.

Beryl meminta seseorang untuk mengamankan motor Vito yang tadi ia bawa. Dengan begitu ia bisa satu mobil dengan Zea. Sedangkan Jordan berangkat ke Bogor bersama Zio menaiki mobil,dan saat membawa Zea ke rumah sakit menggunakan ambulan yang ia telfon. Karena itu ia tak perlu repot-repot mengurus kendaraan.

"Mending kalian pulang dulu."tutur Zea saat dia baru saja masuk kamar rawat inap.

"Kalau gue pulang nanti lo jadi berduaan sama Beryl." Jordan melayangkan tatapan sinis seraya menunjuk Beryl dengan dagunya.

"Kalau aku yang pulang,nanti kamu juga sama dia."balas Beryl tak kalah sinis.

Zea menghela nafasnya panjang. Dari Bogor sampai Jakarta telinganya hanya mendengar perdebatan mereka. "Ya udah dua-duanya pulang!"finalnya.

"Udah malam."sahut mereka kompak. Ingin sekali rasanya Zea tertawa,tapi ia harus menahannya.

"Jangan ketawa!"tegur mereka juga kompak. Lantas dua cowok itu saling tatap.

"Jangan ngikutin gue anjir! Plagiat lo!"ujar Jordan kesal.

"Lo yang ngikutin gue!"balas Beryl.

"SSTT! Diem bisa gak sih?peringat Zea sedikit membentak. Padahal dari dalam hatinya ia tertawa sekencang-kencangnya, karena menurutnya itu lucu.

Tiba-tiba suara pintu terbuka membuat ketiganya mengalihkan pandangan. Yang terlihat pertama masuk adalah Eric disusul Lintang,Ryan,Vito,Jesy,dan Fay di belakangnya.

"Zea..gimana keadaan lo?"pekik Ryan heboh. "Astagaa perbannya dimana-mana."

"Heboh amat lo jadi orang!"cibir Lintang sinis.

"Kasu-kasu gue lah! Ngatur lo!"balas Ryan.

"Apaan tuh kasu?"tanya Vito.

"Suka-suka!"jawab Ryan dan Lintang kompak.

"Lo kok gampang banget ngerti omongan dia." Eric menunjuk Ryan dengan dagu.

"Iyalah gue pinter. Olimpiade mana yang belum pernah gue ikutin."sombong Lintang semakin memuncak.

"Mentang-mentang pinter!"sahut Ryan.

"Nyataa." Lintang menjukurkan lidahnya mengejek.

"Dih!"

"HEH! Kalian lihat ada orang sakit nggak sih? Kalau mau berantem keluar!"tegur Beryl membentak,membuat nyali mereka menciut.

"Iya maaf."

"Ini Ze,ada buah tangan dari kita." Fay meletakkan sekantong plastik ke nakas samping ranjang.

"Harusnya gak usah bawa apa-apa."jawab Zea. Matanya beralih pada Jesy yang dari sejak datang menunduk entah kenapa. Zea dibuat bingung olehnya.

Jesy menunduk bukan tanpa alasan. Ia ikut menjenguk Zea antara iya dan tidak. Sebenarnya ia ingin menyampaikan sesuatu yang menjadi beban pikirannya sekarang,tapi Jesy takut jika setelahnya ia tak mempunyai teman. Namun juga,jika Jesy tak mengutarakan hal ini,ia akan terus merasa bersalah dan terbebani.

Jesy mendongak ragu. "Zea."panggil Jesy memecah keheningan.

Zea menautkan alisnya. "Iya?"

"G-gue mau ngomong."ujar Jesy takut.

"Ya udah ngomong aja."titah Zea.

"T-tapi gue takut."cicit Jesy mengulum bibirnya.

"Takut apa sih Jes,kayak apa aja." Fay terkekeh pelan.

LIZEA (END)Where stories live. Discover now