34

11.9K 1.2K 37
                                    

Saat orang tua Bin dan Vidra tengah asik mengobrol, pintu rumah keluarga Bin tiba-tiba di ketok.

"Biar ku cek" ibu Bin pergi untuk membuka pintu, saat pintu terbuka dia bisa melihat Vidra.

"Nak Vidra"

"Maaf tante, apa benar orang tua ku ada disini ?" Tanya Vidra.

"Iya, mereka ada disini"

Tanpa bicara lagi, Vidra langsung masuk menemui kedua orang tuanya.

"Vidra" ibu dan ayah Vidra terkejut melihat putra mereka datang.

"Bin menelpon ku dan aku ingin semua ini jelas!"

"Apa maksudnya itu ?" Tanya ibu Vidra.

"Mama.. papa.. aku mau menikah!"

Semua orang terdiam termasuk Bin yang baru turun dari lantai dua rumahnya saat mendengar suara Vidra.

Blush!
Wajah Bin memerah.

"Aku juga sudah membeli cincin.." Vidra mengeluarkan satu kotak berisi dua cincin dengan bentuk yang sama.

".. aku tidak tau ukuran jari Bin, tapi untuk sementara kalau kalian merestui aku ingin kalian jadi saksi ikatan kami!"

Ayah Vidra tersenyum kecil.
"Lakukan saja, ayo.. papa ambil foto kalian" ayah Vidra mengeluarkan ponselnya.

Vidra menoleh kearah Bin.
"Bin.."

'Hah.. eh! Sekarang ?!' Bin panik sendiri saat Vidra berjalan kearahnya.

Vidra berjongkok di hadapan Bin dengan kotak cincin tadi.
".. kamu mau menikah dengan ku ?"

Bin melihat Vidra, dia juga melihat orang tua mereka.

"Ap-apa kita harus menikah sekarang ? Di usia semuda ini ?"

"Huh ?" Vidra mengerjapkan matanya beberapa kali.
"Kamu tidak mau ?" Tanya Vidra.

"Um,. Aku tidak meminta kamu datang.. " Bin mengusap pelan lehernya.
".. bisa beri aku waktu untuk berpikir ?"

"Hah! Kamu mau berpikir ?!"

Adik Bin mengelengkan kepalanya.
'Heh.. drama apa lagi ini ?'

.
.

Bin dan Vidra memutuskan bicara di luar, Vidra membawa Bin ke apartemennya tentu dengan ijin kedua orang tua Bin.

"Kenapa kamu bicara seperti itu Bin ? Aku membeli cincin ini menggunakan uang tabungan ku"

"Tapi aku tidak meminta kamu melamar ku sekarang, kita baru masuk kuliah dan belum setahun kita bersama" jelas Bin.

"Apa kamu takut ?"

Bin menatap Vidra.
"Takut untuk apa ?" Tanya Bin balik.

"Kamu masih ragu untuk menikah dengan ku jadi kamu masih bisa berhubungan dengan dia"

Bin membulatkan matanya mendengar apa yang Vidra katakan.
"Hei.. kita tidak membahas masalah itu lagi kan ? Semua sudah selesai"

Vidra meremas kotak cincin di tangannya.
"Kita sudah menjadi mate, restu kedua pihak sudah dapat.. lalu apa lagi ?"

"Vidra, aku hanya merasa usia kita masih muda dan pikiran kita tidak stabil untuk berumah tangga"

"Lalu kenapa sejak awal kamu mengikat ku ?"

Deg!
Mulut Bin langsung bungkam.

"Kalau kamu tidak siap untuk hal seperti ini, kenapa malah mengikat dan mempermainkan perasaan ku ?"

"Vidra.." Bin menyentuh lengan Vidra.
"Bukan begitu.. maksud ku mari menikah saat usia kita sudah matang, kita masih 20 tahun"

Vidra semakin erat mengenggam kotak cincin tadi.
"Apa hanya itu alasan mu ?" Vidra menatap Bin tajam.

Deg!
Bin bisa merasakan feromon dari Vidra.

"He-hei.. jangan seperti ini, kamu membuat ku takut" saat Bin melepas tangan Vidra, Vidra dengan cepat menahan kedua tangan Bin.

Vidra menatap mata Bin tajam.
"Mari lakukan knotting.."

Deg! Deg! Deg!
Jantung Bin berdebar kencang.

".. tak akan ku biarkan alpha lain mengambil mu, karena sejak awal kamu yang memulai semua ini dan kamu mengatakan akan melakukan apapun agar aku tetap bersama mu, kamu lupa ?"

"Vidra aku-Ah!" Kaki Bin tiba-tiba melemah, feromon Vidra terlalu kuat.

Vidra dengan sigap menahan tubuh Bin.
"Dengar.. aku akan jadi ayah dari anak mu" bisik Vidra.

Bin meremas baju Vidra.
"To-tolong pelan-pelan" gumam Bin, dia seolah sudah pasrah kalau benar Vidra akan melakukan knotting nantinya.

.
.

Bersambung ...

(Tamat) Alpha in the trap (Omegaverse 18+)Where stories live. Discover now