Bagian 2

17 4 0
                                    

REGINA

Aku baru saja membersihkan diri dengan mandi dan masih menggosokkan handuk di kepala karena rambutku basah.

Drrtt.. Drrtt..

Panggilan di ponsel membuat aku mendekat ke arah meja belajar. Tia yang melakukan panggilan tadi. Tetapi dia langsung memutuskan sambungan telepon sebelum aku mengangkatnya.

Artinya aku harus membuat ponselku terhubung ke jaringan internet.

Aku adalah tipe orang yang kalau dichat lebih sering centang satu, karena lebih sering off. Orang-orang yang mengirimkanku pesan akan mendapatkan balasan dalam waktu berjam-jam. Aku bukan orang yang maniak ponsel.

Aku hanya akan on jika aku perlu.

Aku menarik layar atas dan mengetuk ikon data di sana. Butuh waktu beberapa saat agar semua notifikasi yang membutuhkan jaringan internet masuk ke hapeku. Sesekali aku menggosok rambutku.

Bentar. Apa aku salah liat? Gerakan tanganku berhenti. Ada telepon dari nomor baru, tetapi display picture itu foto Kak Gavin.

Aku langsung mengirimkan pesan padanya.

Ada apa?

Sengaja aku tidak mengakhiri dengan 'Kak'. Menghormatinya membuatku muak. Biar dia juga tau, bahwa aku marah padanya. Dan demi diriku sendiri, aku memutuskan untuk tidak menganggap dia sebagai kakak tingkatku.

Kenapa, Re?

Balasan dari Kak Gavin membuat aku mengerjap. Apa-apaan ini. Kan dia yang nelpon duluan. Dan, oh, ya ampun?! Kenapa aku tidak melihat kalau dia menelpon aku sore tadi. Maksudku bisa saja kan, kalau itu bukan dia yang melakukannya. Mungkin Kak Ansel, karena jam menelponnya dilakukan sebelum aku datang ke sekret.

Aku tidak membalas pesannya lagi, membiarkan begitu saja. Beralih membuka pesan dari Tia yang mengingatkan aku untuk membawa buku agar bisa masuk di kuliah dasar-dasar ekonomi besok.

Demi apa, aku lupa!

Padahal kami tadi kerja kelompok di perpustakaan. Kenapa tidak terpikir olehku untuk meminjamnya tadi.

Ada pesan masuk dari Kak Ansel yang mengirimkan aku format tulisan dan caption yang dijanjikannya sore tadi. Kenapa aku tidak meminjam buku Kak Ansel saja, iyakan?

Kak, boleh pinjam buku dasar-dasar ekonomi? Aku butuh besok untuk kelas pagi.

***

GAVIN

Gue baru saja sampai dengan mengendarai mobil Ansel ke kosan, karena Ansel ogah mengantarkan gue. Dia lebih memilih mobilnya gue bawa. Padahal, nih, ya, kosan gue searah dengan Rere. Ansel bisa nganterin gue langsung begitu nganterin Rere tadi.

"Beliin gue makan dulu sebelum lo pulang, gak lucu gue kelaperan tengah malam karena lo," ujarnya yang malah gue turutin. Sebelum pulang, gue menyempatkan diri untuk membeli makan malamnya. Dan, kenapa gue gak sekalian beli juga ya tadi?

Gue berniat untuk mandi terlebih dahulu sebelum keluar untuk makan malam. Tetapi getar ponsel di saku celana menandakan ada pesan masuk membuat gerakan gue terhenti.

Ada apa?

Siapa? Gue mengernyit. Nomor baru tanpa display picture. Mendapatkan pesan dari orang-orang yang gak gue kenal memang sering, tetapi biasanya isi pesan yang bisa dibilang basa-basi, modus lebih tepatnya.

Gue mengklik ikon profil dan menemukan nama default Regina di sana. Ah, Rere. Ternyata dia gak ngeblokir gue ya? Dan dia gak manggil gue 'Kak'?

COMETHRU | Jungwoo & TzuyuWhere stories live. Discover now