Bagian 4

10 3 0
                                    

REGINA

Sore ini, belum terlalu sore juga, masih pukul tiga, aku mengikuti rapat dengan BEM tingkat fakultas, membahas tentang Dies Natalis fakultas. Awalnya hanya Kak Galen sendiri, sebelum akhirnya aku datang bersama Kak Gavin menyusul ke tempat rapat. Kak Ansel dan Kak Ravindra masih ada kelas sore katanya.

Aku sempat menolak permintaan Kak Ansel untuk ini, tetapi Kak Ravindra membuat aku tidak bisa menolak. "Re, lumayan ini nambah poin di buku magang kamu," begitu kata Kak Ansel yang aku sempat berpikir tanpa ini aku bisa mengikuti agenda lain untuk meningkatkan poinku. "Urusan pribadi jangan dibawa ke organisasi. Kalau gak bisa profesional yaudah, mundur aja dari sekarang," perkataan Kak Ravindra membuat aku berjalan mengikuti Kak Gavin.

"Kamu lihat situasi aja dulu, pahami keadaannya. Gausah kasih komentar juga gak apa-apa. Hitung-hitung belajar," kata Kak Gavin tadi di sela-sela perjalan kami.

Dan benar saja, rapat sudah berjalan selama setengah jam. Yang kulakukan hanya duduk, menikmati jalannya rapat yang dipimpin oleh ketua BEM. Sesekali menatap takjub dengan orang-orang yang berada dalam lingkaran rapat itu.

Berbeda dengan Kak Gavin dan Kak Galen, sesekali mereka berkomentar, memberikan pendapat, dan juga saran. Kadang juga mereka menuliskan beberapa poin yang dirasa penting di buku catatan yang mereka bawa. Mereka terlihat keren. Mendadak aku lupa kalau aku membenci Kak Gavin.

"Diminum," ujar Kak Gavin tanpa suara, hanya gerak bibir, seraya memberiku air minum kemasan yang diberikan ditengah-tengah rapat.

Kak Gavin mendekat ke arahku-telingaku-membuat gerak refleks padaku untuk menghindar.

"Kenapa, Re?" tanya Kak Galen berbisik karena tidak sengaja aku menyenggol lengannya.

Aku menggeleng. "Enggak, Kak," aku berujar pelan.

Aku duduk diantara Kak Gavin dan Kak Galen. "Sini," panggil Kak Galen tadi sewaktu kami datang. Dan Kak Gavin mempersilahkan aku duduk terlebih dahulu di sebelah Kak Galen sebelum akhirnya dia ikut duduk di sebelahku.

Kak Gavin memperhatikanku saat aku tidak sengaja menoleh padanya. "Diminum, bukan dari aku, kok. Mereka yang kasih," ujarnya pelan.

Aku mengangguk pelan. Dia tadi ingin membisikkan itu padaku, ya?

***

GAVIN

Rapat sudah selesai beberapa waktu lalu, tetapi gue masih tertahan di sini. Berbincang dengan beberapa kenalan yang juga turut serta dalam rapat tadi. Sementara Galen sudah pergi duluan dengan Rere.

"Jangan lupa sampein salam gue," begitu pesan Erik sebelum gue meninggalkan tempat rapat menuju sekret himpunan. Dia salah satu anak BEM yang gue kenal karena sering bertemu di agenda-agenda gabungan. Sempat memperhatikan Rere katanya tadi, dan meminta nomor Rere melalui gue. Tenang, gue tau, gue gak berhak kasih nomornya gitu aja.

Begitu sampai di sekret, gue mendapati Ravindra, Galen, Ansel, dan Rere masih di sana.

"Salah gue, sih, gak ngasih tau. Cuma nyuruh ikut rapat aja," ujar Ansel. "Lain kali di foto, ya, Re,"

"Iya, Kak,"

"Memang itu gak dipost, tapi buat arsip aja," jelas Ravindra yang tertuju untuk Rere.

Gue mendekat dan meraih tas yang sengaja gue tinggal di sekret tadi sebelum rapat. "Minta ke anak BEM aja, Re. Mereka punya pasti,"

"Gak balik?" tanya gue yang masih memperhatikan mereka belum beranjak, padahalkan gue udah kasih solusi. "Gue duluan,"

"Gak ngajak balik Rere? Kan searah, paling dekat sama lo kosannya,"

COMETHRU | Jungwoo & TzuyuWo Geschichten leben. Entdecke jetzt