33. Berkumpul

55 38 0
                                    

You bro, we come back again

Jangan lupa voment

Happy Reading!!

"Astagfirullah, kamu ini berdosa banget"~Angga, Farhan, Gerrel.

***

"ASSALAMUALAIKUM, YA AHLI KUBUR!" teriak Angga memasuki rumah Farhan yang di ikuti Gerrel yang sudah berdecak keras─menutup telinganya.

"WOI, SETAN! LO DIMANA?!" teriak Angga lagi.

"FARHAN!!! YUHUUUU!"

"FARHAN PACARNYA NENG JESS─AWS ANJING!"

"Apa lo?!" Gerrel melotot tajam pada Angga setelah memukul keras punggung cowok tersebut.

"Ya apa, njir?"

"Asal lo tau ya, Ladisya itu milik gue!" hardik Gerrel lebih tajam lagi.

Angga menaikkan satu alisnya─menatap remeh Gerrel. "Cemburu lo?"

"Iya lah! Orang cewek gue!"

"Dih cakep lo?" Farhan datang dari arah belakang Gerrel, menatap bengis cowok yang menjadi musuu bebuyutannya.

"Cakep lah, masa gak cakep," ucap Gerrel membalas ucapan Farhan tadi.

"Cocokan juga gue yang jadi pacarnya Ladisya dari pada elo," lanjut Gerrel lagi seraya melangkah ke ruang tamu dan duduk di sofa milik Farhan.

***

"Mau apa lo kesini?" tanya Farhan masih dengan wajah tidak sukanya.

"Silaturahmi," jawab Gerrel santai, bahkan dia mengangkat satu kakinya ke pahanya sendiri. Hal yang sudah lumrah bagi Farhan dan Angga.

"Gak usah banyak bacot deh lo, Paijo!"

"Paijo, Paijo, ditinggal ke bojone~" nyanyi Gerrel dengan santai. Angga hanya terkekeh mendengarnya. Gerrel memang salah satu cowok yang tempramental tapi dia juga memiliki humor yang anjlok pake banget.

"Paijo loro ati~" lanjutnya menyanyi.

"Ditinggal bojo ne~"

"Paijo─"

"Bismillah, headsot!" Satu bantal mendarat di wajah Gerrel karena ulah Farhan. Angga semakin tertawa karena ulah keduanya.

"Gak usah cari masalah lo, pebinor!" ucap Gerrel lantang.

"Lo belum nikah sama Jessly gue dan gak akan pernah!"

"Aku jijik, jijik, jijik, jijik sama kamu~" ucap Gerrel bernada lagi.

Gerrel menatap ke arah Angga seolah memberi kode pada cowok tersebut.

"Aku Jik, Jik, Jik, Jik"~" sambung Angga dengan menggerakkan tangannya membentuk ular. Gerrel yang mendapat pergerakan Angga pun membentuk tangannya seperti suling dan mengarahkannya pada Angga. Alhasil sudah menjadi pawang dan ularnya.

Farhan mengerut kening dengan keras melihat keduanya. Kepalanya pusing, sangat-sangat pusing karena ulah Angga dan Gerrel.

Farhan mengusap kasar rambut serta wajahnya dengan kasar. Dia melirik ke sekitarnya lalu mengambil dua bantal sofa──alat untuk menyerang si pawang ular dan ularnya tersebut.

"BISMILLAH, HEADSOT!" Damnt, tepat sekali! Lemparan Farhan memang tidak pernah meleset.

Angga dan Gerrel terdiam membisu mendapat serangan mendadak sedangkan Farhan sudah tergelak puas melihat wajah cengo keduanya.

"ANJING, SIA GOBLOK!" hardik Angga pada Farhan.

"TANGAN KOSONG KALAU BERANI!" ucap Gerrel tak kalah keras seraya menggulung lengan tangannya yang di ikuti oleh Farhan juga.

"AYO SINI LO!" tantang Farhan. Gerrel melangkah maju dengan bringas, menginjak bantal sofa yang berceceran di lantai.

Setelah sampai di hadapan Farhan bukannya saling membogem keduanya malah suit gunting, kertas, batu.

Kali ini Angga yang menepuk jidatnya. Heran dengan keduanya.

Farhan kertas, Gerrel batu.

"Ets... gue menang," ucap Farhan gembira.

"Eh?! Nggak bisa gitu!" bantah Gerrel cepat.

"Kenapa gak bisa?"

"Ya, seharusnya gue lah yang menang, kan Gek?" tanya Gerrel pada Angga, bahkan cowok sampai mengerlingkan matanya pada Angga agar Angga mau membelanya.

"Dih mata lo, jijik anjir." Angga bergidik ngeri melihatnya.

"Yeu, kalau kalah mah kalah aja," ejek Farhan yang mendudukkan dirinya di sofa dengan mengangkat satu kakinya ke pahanya dan melipat kedua tangannya di belakang kepalanya.

"Nggak seru banget lo anjing!" Gerrel melangkah ke arah Farhan dan duduk di sebelah Farhan juga.

Angga menghela nafas rendah. Mereka sudah berteman sejak kecil dan bertengkar? Itu sudah hal biasa bagi ketiganya. Hanya saja memang membutuhkan waktu untuk ketiganya dan akan berteman dengan sendirinya.

***

"Yee... malah tidur ni anak." Farhan mendengus kasar saat menoleh ke arah Gerrel yang masih senantiasa duduk di sampingnya.

Farhan terus menatap Gerrel tanpa henti. Ada rasa ingin kembali berteman seperti dulu. Dulu bahkan mereka bertiga sering berbonceng tiga menaiki motor Angga. Tapi sekarang, udah beda.

"Gue normal ya, lo kalau mau belok mah belok aja, gak usah ngajak-ngajak gue." Gerrek tiba-tiba bersuara membuat Farhan langsung terperanjat kaget dan mengalihkan pandangannya.

"Dih gue mah laki sejati!"

Gerrel hanya berdecak malas menanggapinya.

"Lo mau ngapain sih kesini?" tanya Farhan pada Gerrel. Sejak tadi Gerrel belum mengatakan apa tujuannya datang ke rumah Farhan.

"Ya mana gue tau, noh Angga yang ngajak gue ke sini." Farhan melihat ke arah Angga untuk meminta penjelasan tapi cowok tersebut malah mengedikkan bahunya.

"Eh iya, sekalian aja deh gue bilang sama lo." Gerrel beringsut membenarkan duduknya dan menatap Farhan dengan serius.

"Gue tantang lo balapan," ucap Gerrel santai.

Farhan hanya menanggapinya dengan tatapan remeh. "Kapan?"

"Gak tau, tapi yang jelas dalam waktu dekat ini sih."

"Oke gue terima."

"Oke lah kalau begitu," jawab Gerrel kembali absurd.

"Lo sakit?" Farhan mentap heran pada Gerrel.

"Sehat wal afiat gue," sahut Gerrel santai.

"Gerrel anak cantik sayang mamak," panggil Angga bernada.

"Dih lo kata, gue Roki!"

"Iya deh iya," ucap Angga. Baru saja ikut nimbrung langsung kena kick aja, pikir Angga.

"Iya apa?" tanya Farhan pada Angga.

"Iya bapak kau!" jawab Angga tidak santai.

***

Udah gitu aja..

Gak usah banyak-banyak, ku mengcapek dan tetep aja gak ada yang vomen.

See you next part👋👋

Salam sayang ❤️❤️


AFARGI [ END ]Where stories live. Discover now