35 - Penyesalan

237 43 0
                                    

Sorry for typo(s)!

---

Setelah makan siang, Son Naeun ingin menunjukkan Choi Minho bagaimana kampus mereka. Bae Sooji undur diri dengan mengatakan bahwa dia perlu melapor untuk bekerja di gelanggang es dan melambaikan tangan kepada mereka.

Kelompok itu berpisah di pintu masuk Sky Yard. Myungsoo menuju ke arah yang sama dengan Sooji karena dia juga perlu melaporkan latihannya di gelanggang es. Dia meletakkan tangan kanannya di atas kepala Sooji. Karena mereka berdua memiliki perbedaan ketinggian yang lumayan besar, itu adalah tindakan yang bisa pria itu lakukan dengan mudah.

Sedikit kesal, Sooji menggelengkan kepalanya, tapi tidak bisa melepaskan dirinya dari pria itu.

Myungsoo menggunakan tangan kirinya untuk melambai pada Minho. "Kami pergi. Sampai jumpa."

Setelah berkata demikian, dia kembali menarik kepala Sooji sedikit seolah-olah pria itu sedang mengendarai sebuah kendaraan.

Minho tiba-tiba berteriak,"Bae Sooji."

Baik Myungsoo dan Sooji sontak berhenti. Sooji merasakan cengkeraman jahat di kepalanya mengendur. Dia berbalik untuk melihat Minho. "Ada yang ingin kau katakan?"

"Aku akan bertanding besok. Apa kau akan hadir?"

Sooji menarik ujung bibirnya, membentuk sebuah senyuman. "Kau tahu, aku paling benci Bahasa Inggris."

Setelah Sooji berkata demikian, Myungsoo kembali memutar kepala Sooji. Setelah mereka berdua berjalan agak jauh, Sooji menunjuk,"Hei, kau bisa melepaskanku sekarang."

Kim Myungsoo tidak melepaskannya. Sebaliknya, pria itu mulai menggerakkan kepala Sooji lebih kuat lagi. Ketika Myungsoo melakukan itu, pria itu memerintahkan,"Anjing, belok kiri, belok kanan." Dia tertawa kecil.

"Gila!"

Sooji meledak. Dia menyisingkan lengan bajunya, siap untuk memukuli pria itu. Sayangnya, Myungsoo dengan kuat menahan kepala Sooji dengan telapak tangannya. Karena panjang lengan pria itu, Sooji secara tragis berada pada jarak dimana dia tidak bisa menghindar atau memukul Myungsoo.

Sooji berbalik dan berlari, berusaha melepaskan diri dari cengkeraman pria itu.

Myungsoo bisa mengikuti langkahnya dengan mudah. Jadi, dia membayangi gadis itu dengan tangan masih di atas kepalanya. Keduanya berlari dengan cukup cepat. Mereka bahkan tidak peduli kalau kini mereka menarik perhatian orang yang lewat.

Di persimpangan, Sooji hampir menabrak mobil patroli. Untungnya, Myungsoo bereaksi dengan cepat dan menariknya tepat waktu.

Dia meraih bahu Sooji dan menariknya dengan paksa. Keduanya bertabrakan dan punggung Sooji menempel di dada Myungsoo. Mungkin karena berlari, dada Myungsoo naik turun dan memancarkan gelombang yang panas. Sooji merasa canggung dan dengan cepat melompat ke samping.

Sooji memelototinya.

Karena perbedaan tinggi mereka, Myungsoo memandang Sooji dari samping. Wajah gadis itu tampak lebih kecil sementara matanya tampak lebih besar. Dia bisa melihat dengan jelas pupil Sooji yang gelap. Menatap gadis itu seperti ini, Sooji benar-benar terlihat seperti anak kucing yang sedang marah.

"Kim Myungsoo, aku dalam suasana hati yang buruk hari ini. Jangan memprovokasiku."

Myungsoo membenarkan posisi tas yang jatuh di lengannya. "Bahkan tidak ada ucapan terima kasih setelah bantuanku? Kau tidak memiliki hati nurani."

"Ya. Ya. Ya. Terima kasih."

"Apa kau bisa menjadi lebih setengah hati dari ini?"

Sooji menarik rambutnya dengan frustrasi. Dia bertanya,"Apa yang kau inginkan, kalau begitu?"

LOVENEMIES [END]Where stories live. Discover now