Chapter VI

16 17 42
                                    

Assalamu'alaikum wr.wb. para readers. Selamat membaca dan semoga suka.

Sahabat itu seperti mata dan tangan. Saat mata menangis tangan mengusap, saat tangan terluka mata menangis.

Salma___

Happy reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Pada saat ini Tanjung dkk sedang berkumpul di mansion milik Ipank, mereka sudah berencana untuk berangkat bersama saat ingin kesekolah. Menggunakan dua mobil milik Tanjung dan Ipank, sebelum berangkat mereka akan ter lebih dahulu untuk menjemput Salma.

Tanjung lah yang memberitahukan letak alamat kontrakan Salma, karena Tanjung baru mengetahui rupanya, pemilik kontrakan itu adalah Ayah dari Tanjung dan Vira. Maka dari itu dengan mudah Tanjung mengetahuinya.

"Kita nih jadi ke rumah Salma gak sih? kok pada nongkrong," kesal Mawar. Berdiri di tengah - tengah para teman - temannya, sambil bersedekap dada.

"Jadi kok, bentaran napa buru - buru amat. Masih jam segini juga," sahut Rahid. Sambil memperlihatkan Jam tangan yang bertengger manis di pergelangan tangan Rahid.

Tanjung yang baru saja selesai menyeruput kopi nya, ikut menyahuti perkataan Mawar.

"Sekarang aja yok, biar gak kesiangan," celetuk Tanjung. Bangkit dari sofa dan berlalu pergi keluar mansion.

"Sejak kapan seorang Tanjung berangkat pagi?" tanya Rahid. Dengan nada mengejek sambil menunjuk Tanjung dengan dagu nya. Teman - temannya hanya mengakgukkan kepala pertanda mereka mengiyakan ucapan Rahid.

Kontrakan Salma.

"Akhirnya nyampe juga," tutur Safar. Telah keluar dari mobil Tanjung.

"Emang lo pikil kita gak akan nyampe?" sela Alba. Berdiri di samping Safar.

"Bisa gak sih lo? gak usah main nyaut aja?" tanya Safar kesal.

"Lo mlintah ato nanya Fal?" tanya kembali Alba dengan polosnya.

"Nanya," ketus Safar. Sambil memalingkan wajah nya dari Alba.

"Oh ... Gak biss__"

"Halo Salma ... Cantik jelita, menawan dan mempesona. Pangeran datang untuk menjemputmu." Teriak Tanjung tepat di depan pintu kontrakan Salma.

"Gak usah teliak juga tolol," tegur Alba. Sambil menjitak kening Tanjung.

"Sshh ... Kasar amet lo ama gue." Ringis Tanjung. Sambil mengelus perutnya.

"Yang sakit tuh perut lo ato kening lo?" heran Safar. Sudah ber ada di balik punggung Alba.

"Eh, iya. Salah alamat nih tangan," tukas Tanjung. Menepuk tangannya dan ber alih mengelus keningnya. Mereka menggelengkan kepalanya, karena tidak percaya dengan tingkah konyol Tanjung.

Ceklek ...

Nampaklah salah satu gadis anggun menggunakan cadar, sambil menatap teman - temannya. Siapa lagi jika bukan Salma, dia yang ditunggu untuk keluar dari kontrakannya.

"Kamu ngapain kesini Njung," tanya Salma.

"Aku rindu pada seseorang yang telah memikat hatiku. Yaitu kamu," tutur Tanjung. Memasukkan tangannya kedalam saku celana, dengan gaya coll nya.

Berbeda Keyakinan (on Going) Where stories live. Discover now