Chapter VII

6 5 18
                                    

Assalamu'alaikum WR. WB. Semoga suka para teman - teman. Ada yang nunggu gak, Up nya cerita ini?

Aku meyakini
Bahwa pertemuan adalah takdir
Dan perpisahan adalah nasib

Salma__

Happy reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Ketika Mawar telah selesai keluar dari toilet, dia berniat membasuh wajahnya terlebih dahulu. Pada saat Mawar ingin melangkah pergi menuju gudang kembali, ada seseorang yang membekap mulutnya dan setelah itu gelap yang ada pada pengelihatannya.

"Bawa kemana nih? " tanya Sang pembekap Mawar sambil mengalungkan tangan kiri Mawar pada pundaknya.

"Tempat biasa aja, " jawab teman Sang pembekap, sambil mengalungkan tangan kanan Mawar, guna meringankan beban Sang pembekap Mawar.

"Emang gak akan dimarahin? " tanya kembali Sang pembekap Mawar.

"Gak akan, kita kan cuman bawa mangsa. Udah buruan deh, ntar keburu ada yang liat." Intruksi teman Sang pembekap, sambil berjalan cepat menuju tempat tujuan.


++++++++++++++++

Pada saat ini, Salma berada pada sebuah ruangan yang tersembunyi dan tidak dapat ditemui satu orang pun. Kecuali orang - orang penting. Berdasarkan hal tersebut, Salma sebagai anggota inti, tentu saja tahu ada tempat tersembunyi di sekolahnya.

Dalam ruangan sebesar ini, hanya hening yang mengisi, Salma tentu saja tidak sendiri. Ada seorang lelaki bersamanya dalam ruangan tersembunyi ini. Akan tetapi, rasa canggung yang mengelilingi mereka. Karena kejadian masa lalu yang membuat mereka merasa canggung.

Sampai pada akhirnya Sang lelaki itu jengah dalam keadaan canggung. "Kenapa diam? " tanya lelaki itu yang masih memasang wajah angkuhnya.

'Dasar Kakek, dia yang ngajak ke sini, masak Salma yang harus mulai duluan,' gerutu Salma dalam hati.

"Kabar Kakek gimana?" tanya Salma dengan nada ketus, tanpa memandang kearah lelaki itu.

"Gue bukan Kakek lo kali, bengek ya lo, " kesal lelaki itu, sambil mengerucutkan bibirnya dan wajah angkuh yang sejak tadi, ia pasang. Seketika hilang begitu saja, digantikan semburan merah di pipinya, karena terlalu senang.

"Lo kan gak suka dipanggil Abang, maunya dipanggil Kak. Pas gue panggil Kak salah juga, mau lo apa sih? " seloroh Salma, sambil menyetel TV, karena bosan dengan keadaan senyap.

"Iya, gue emang nyuruh lo buat manggil gue Kak, tapi bukan jadi Kakek juga kali." Cerocos lelaki itu, dengan tangan bersedekap, sesekali menyeruput kopinya.

"Eh, tapi lo, walaupun dah berubah. Masih pake bahasa lo, gue juga ya," sambung lelaki itu.

Sambil menoleh kearah lelaki itu, Salma berkata. "Gue ngomong kek gini juga cuman sama lo doang kali Kek, " ucap Salma dengan menggunakan nada mengejek.

"Gue kan dah bilang, jangan panggil gue Kakek. Jadi pengen nyleding lo ke planet pluto deh, " canda Sang lelaki itu sambil mengerucutkan bibirnya.

Berbeda Keyakinan (on Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang