Bab 4

25 1 0
                                    

Setelah operasi sang abah berjalan lancar. Amirah kembali lagi ke Jakarta, sesuai janjinya, hari ini Amirah pergi bersama Abizar untuk bertemu dengan sang mama.

Hati Amirah sempat deg-degan karena sebenarnya belum siap untuk bertemu Mama Abizar.

Sampailah mereka berdua di rumah mewah milik keluarga Abizar, Amirah sempat terpukau dengan rumah mewah tersebut.

"Baru kali ini aku melihat rumah semewah ini! seperti di film-film yang pernah aku lihat di televisi," batinnya.

"Ayo masuk ...." Suara dingin Abizar membuyarkan lamunan Amirah seketika.

"Assalamualaikum, Ma," sapa Abizar ketika mendapati mamanya berada di ruang tengah melihat televisi.

"Wa'alaikumussalam, lho kamu bawa siapa ini? Cantik sekali!" sambut mama Abizar sambil memutar kursi rodanya.

"Kenalkan ini Amirah, Ma," ucap Abizar memperkenalkan Amirah.

"Saya Amirah, Tante," Sembari mencium punggung tangan mamanya Abizar dengan takzim.

"Saya Ambar, Mamanya Abizar," ucap Ambar.

Mama Abizar tersenyum sambil melirik putranya.

"Sepertinya mama minta penjelasan dari lirikan matanya itu," batinnya.

"O iya, Ma, Amirah ini calon istriku, aku akan menikahinya," ucap Abizar mantap.

"Calon istri! beneran sayang?" tanya Ambar sedikit meragukan, kaget namun juga senang.

"Iya, Ma, dan kami akan menikah lusa,"

"Secepat itu kah, Nak???"

"Iya, lebih cepat lebih baik," ucap Abizar.

"Baiklah mama sangat setuju, sepertinya Amirah gadis yang baik dan cantik juga sholihah pastinya, iya kan, Nak?"

"Insya Allah, Tante," Jawab Amirah sambil menundukkan kepalanya.

"Kalau begitu mama akan menelepon WO langganan mama dan juga sewa tempat resepsi sekarang ya, Nak," ucap Ambar antusias.

"Tidak usah, Ma, karena Abi maunya pernikahan sederhana, mengundang tetangga komplek dan juga kerabat dekat aja," uap Abizar.

"Enggak bisa gitu, Sayang. Ini pernikahan putra satu-satunya mama, mama ingin pesta pernikahan yang mewah," tolak Ambar.

"Kalau mama masih ingin aku menikah, mama harus setuju kalau aku maunya pernikahan sederhana gak ada pesta," ucapnya tidak mau dibantah.

"Ya sudah kalau itu maumu, yang penting kamu segera menikah dari pada pernikahan ini batal," kesal mamanya.

"Oke, makasih ya mamaku yang cantik dan pengertian."

****

Hari pernikahan itu pun tiba, dengan bantuan MUA langganan Ambar, Amirah di make up. Amirah memakai kebaya putih dan hijab senada dengan aksesoris di kepalanya menambahkan kesan yang elegan, dengan riasan wajah yang natural, tapi tidak mengurangi kecantikannya.

Hari ini keluarga Amirah datang meskipun abahnya tidak bisa hadir karena masih dirawat di rumah sakit. Namun, Ummi, Paman dan juga sang bibi datang. Apalagi sang paman harus menggantikan abahnya sebagai wali.

Prosesi ijab qobul pun terdengar menggema dengan iringan sah dari para tamu undangan

Hati Amirah berdesir tak terasa air mata jatuh membasahi wajah cantiknya, entah itu air mata bahagia atau air mata kesedihan, karena babak baru dalam hidupnya akan segera dimulai, dengan menyandang status baru sebagai istri.

Pintu kamar pun dibuka oleh ummi dan bibinya, membawa Amirah turun ke bawah menemui sang suami.

Berdebar jantung Amirah saat turun dari tangga berpasang-pasang mata melihat ke arahnya, banyak yang memuji kecantikannya, hal itu tak luput dari penglihatan Abizar yg terlihat speechless.

"Masya Allah cantik sekali," batin Abizar mengakui kecantikan Amirah. Namun, seketika Abizar menundukkan kepala, karena gengsinya dia menutupi kekaguman pada Amirah.

Pak penghulu menyuruh pasangan pengantin baru itu untuk menanda tangani buku nikah dan bertukar cincin, setelah itu Amirah dengan tangan bergetar menyalami punggung tangan Abizar, dan Abizar mencium kening Amirah, moment itu tidak luput dari jepretan kamera dari para tamu yang hadir untuk mengabadikannya, pasangan pengantin yang sempurna, yang laki-laki tampan dan yang perempuan cantik

***

Tak terasa acara sudah selesai, ummi dan paman Amirah izin pulang karena kasihan abahnya di rumah sakit hanya ditunggui Aisyah adik Amirah yang masih SMP.

Ketika masuk kamar Amirah segera masuk kamar mandi dan berganti pakaian, baru keluar dari kamar mandi Amirah sempat kaget karena di dalam sudah ada Abizar dengan wajah dingin dan tatapan tajam.

"Ini kasur lantai dan juga bantal untukmu," ucapnya sambil melempar ke depan Amirah. Amirah sempat kaget dengan perilaku Abizar.

"Jangan harap kamu tidur di ranjangku, di sini juga hanya ada sofa tunggal, dan satu lagi jangan pernah nyentuh barang-barangku aku tidak mau tangan kotormu menyentuhnya,"

"Letakkan barang-barangmu yang ada di tas di lemari kecil samping kamar mandi dan ingat jangan nyentuh lemariku, KAU HANYA ISTRI BAYARAN, kau harus ingat itu," ucap Abizar menekankan kalimat terakhirnya.

"Kita hanya cukup berpura-pura di depan mamaku untuk menjadi sepasang suami istri yang romantis, tapi di belakangnya jangan berharap lebih," ucapnya sinis.

"Aku menikahimu hanya ingin mamaku mau terapy untuk kesembuhan kakinya, tugasmu adalah meyakinkan untuk mau tetapi, jangan pernah mengharap cinta dariku karena cintaku hanya untuk Amanda, meskipun mama tidak pernah setuju aku menikahinya."

"Jadi, kamu harus tau batasan-batasanmu, ingat itu," ucapnya lagi.

Setelah ngomong panjang kali lebar Abizar pun keluar, entah kemana?

Sementara itu Amirah hanya mampu terisak

"Pernikahan macam apa ini ya Allah, apakah aku akan kuat menjalaninya?" lirihnya.

Babak baru hidup Amirah pun datang, ia harus menjadi pribadi yang sangat kuat untuk menjalankannya, entah sampai kapan hal ini akan terjadi dalam hidupnya. 

KETULUSAN HATI AMIRAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang