Bab 5

20 0 0
                                    

Jam dinding menunjukkan pukul 3 pagi, Amirah bangun dari tidurnya untuk menunaikan sholat malam, kebiasaan yang selalu Amirah kerjakan, meskipun tadi Amirah tidur hanya sebentar, tidak lebih dari setengah jam, matanya masih terlihat sembab akibat menangis semalaman.

Sebelum menuju kamar mandi dia melihat Abizar sedang terlelap di ranjang king sizenya.

Amirah mengerjakan sholat malam dengan khusyuk, hanya kepada Allah Amirah menumpah ruahkan keluh kesahnya, tangisan yang berupa isakan supaya tidak membangunkan makhluk tampan nan sombong yang sedang terlelap di ranjang sebelahnya mengerjakan sholat.

"Aku harus kuat, aku harus bisa bertahan, aku harus menjalankan tugasku sebagai seorang istri dengan baik, meskipun Pak dokter tidak pernah menganggapku," tekadnya dalam hati.

***

Mentari pagi mulai beranjak dari peraduannya, menyambut manusia yang mulai melakukan aktivitasnya.

Setelah sholat Subuh Amirah turun ke bawah menuju dapur membantu bik Na yang sedang menyiapkan sarapan pagi.

"Boleh saya bantu, Bik?" tanyanya masih canggung.

"Eh Non Amirah, mangga atu kalau tidak merepotkan Non Amirah."

"Tentu tidak merepotkan atu, Bik, malahan saya senang bisa bantu-bantu Bibik di dapur," jawabnya sambil tersenyum tulus.

"Hari ini masak apa, Bik?" tanyanya.

"Ini masak nasi goreng udang kesukaannya Den Abizar."

"Saya bantu ngurus udangnya ya, Bik."

"Terima kasih, Non."

"Iya, Bik, saya senang kok bisa membantu Bibik."

Setelah selesai membantu bik Na memasak, Amirah menyiapkan sarapan pagi tersebut di meja makan.

"Itu minuman apa, Bik??" tanyanya saat melihat cangkir yang akan dibawa bik Na.

"Ini minuman teh herbal buat Nyonya, juga kopi buat Den Abizar."

"Boleh saya bantu yang mengantarkannya, Bik?"

"Tentu boleh atu, Non, sekalian bilang sarapan sudah siap ya, Non."

"Iya, Bik," ucap Amirah. Segera ia mengambil alih nampan berisi minuman itu.

Tok ... tok ... tok ....

Amirah mengetuk pintu kamar mama mertuanya.

"Masuk, Bik! Pintunya ndak dikunci,"

Amirah masuk sambil membawa nampan berisi teh herbal untuk mama mertuanya, dan meletakkannya di atas nakas.

"Lho, Mama pikir tadi bik Na, ternyata kamu, Sayang," ucap Ambar senang.

"Ini diminum tehnya, Ma, sarapan juga sudah siap," ucapnya sopan.

"Maaf, Ma, saya antar kopinya pak dokter dulu, nanti Amirah kembali ke sini lagi untuk menjemput mama ke ruang makan," ucapnya lagi, sebelum meninggalkan mama mertuanya untuk mengantar kopi Abizar.

"Kok manggilnya Abizar pak dokter sih?" tanya Ambar heran.

"Panggil Mas atau Aa' kan lebih pantas dan bagus, Nak."

"Maaf, Ma, tapi manggilnya pak dokter juga sudah buat Mira nyaman kok."

"Owalah gitu ya, terserah kamu aja senyamannya kamu, Nak."

"Saya permisi dulu, Ma."

"Iya, Nak, terima kasih ya!!!"

Amirah membalasnya dengan anggukan dan tersenyum tulus.

KETULUSAN HATI AMIRAHWhere stories live. Discover now