08. Dendamnya Mati

401 69 9
                                    


Awas chapter panjangg hihi


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Felix berusaha mengontrol sikap agar tidak nampak excited dan bungah saat Yeji hampir meneguk minuman buatannya yang hanya menyisakan setengah. Dalam hati Felix puas sekali.

Gadis itu... pembunuh itu... akan mati di tangannya.

Perasaan yang sudah Felix tahan cukup lama. Akting yang Felix mainkan tiap hari, akan terbayar saat melihat Yeji kesakitan menunggu ajal di depannya nanti. Rupa gadis ini akan seperti apa. Ngomong-ngomong... ia tentu saja bohong tentang ibu nya yang akan datang berkunjung.

Felix kemudian bertanya-tanya.... apakah dalam masa sekaratnya nanti Yeji akan mencoba menyerangnya? HAHAHAH. Felix tidak sabar, hatinya berdebar karena terlalu gembira.


"Ehm"

Respon kecil Yeji membuat Felix tersentak. Yeji memegangi perutnya, nampak tidak nyaman dan seperti ingin merintih.

"Aku ke toilet dulu." Yeji mengatakannya dengan sedikit terburu dan kemudian pergi. Membuat Felix ingin menyemburkan tawanya dengan gamblang.

Beberapa saat kemudian Yeji keluar dari kamar mandi. Namun raut mukanya tidak nampak lega. Justru semakin menjadi dan kesakitan.

"Pencernaanku... rasanya sakit. --hoek! Dan tidak nyaman."

Tidak butuh waktu lama bagi Yeji untuk merintih. Ia terduduk di lantai yang dingin. Memegangi perutnya dengan tidak nyaman dan gelisah. Terbatuk, ingin muntah, ingin muntah, dan terbatuk-batu lagi hingga Felix tak kuasa menahan tawanya yang dari lama.


"WUAHAHAH!" memenuhi seisi ruangan dengan mengerikan.

Yeji yang mengernyit, membuat Felix tambah puas. Ia berjongkok, menyamakan posisinya dengan pembunuh berantai yang sekarang menggelinjang dipenuhi rasa sakit tak karuan.

"Felix.. tolong aku..." Yeji merintih, mencengkram lengan Felix dengan sisa tenaganya yang makin melemah.

Namun sekali lagi, Felix hanya tertawa dengan cara yang aneh. Ia kelewat senang sebenarnya. Dilingkupi perasaan penuh dendam yang akhirnya terbalaskan. Emosi terjerat yang akhirnya ia lepas.

"Kau akan mati, Yeji! Kau akan mati! Pembunuh berantai sepertimu... akan mati di tanganku. Kau akan mati, mati!" Felix berkata tepat di depan muka si perempuan. Mengucapkan seluruh katanya yang selama ini terbendung. Kemudian cepat mencekik leher si perempuan dengan kuat.

"Kau-hok! ... apa---apa maksudmu Felix?"

Felix menyeringai. "Kau pikir aku tidak tahu? Kau pembunuh berantai itu! Kau pelakunya." Felix terus mencekiknya. Meskipun sudah diberi racun, Felix tiba-tiba ingin membunuh gadis itu benar-benar dengan tangan kosong dan tanpa akal sehat. 

"Selama ini aku tahu ulahmu Yeji! Aku tahu kau si penghancur kepala itu. Namun aku bungkam. Aku bersikap tak tahu apapun hingga akhirnya kau menyentuh Hyunjin. Kau menghabisinya! Dan aku tak akan membiarkanmu!

"Sekarang kau akan mati! HAHAHAH!"


"MUAHAHAHAH!"

Felix terkesiap. Ia tidak tertawa sendiri.



 Ia tidak tertawa sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Felix terkesiap. Ia tidak tertawa sendiri. Yeji, di bawahnya yang ia cekik dan keracunan benar-benar tertawa dengan lepas. Melebihi tawa Felix sendiri.

Saat Felix sedikit lengah itulah Yeji menendangnya kuat-kuat. Membuat Felix terpelanting membentur kaki meja.


"HAHAHAH! Kau pikir garam dalam jus jeruk akan membuatku mati keasinan?" Nada suara yang penuh sindir dan kemenangan. Dilontarkan oleh Yeji yang nampak sehat walafiyat.

Sial! Gadis ini menukar arsenik milikku saat tadi aku keluar membeli kue?!

-Sudah kubilang Felix... pelupa kadang merugikan dirimu sendiri. Seperti sekarang contohnya.


"Aku memang keasinan, tapi tidak akan mati tentu saja." Yeji selangkah lebih maju. Maju dalam artian yang sebenarnya dan cara berpikirnya.

Psikopat tidak akan kalah dengan mudah. Apalagi yang sudah banyak pengalaman dalam kurun waktu yang lama. Seharusnya Felix tahu itu sebelum bertindak. Seharusnya pun jika Felix memang sudah sangat tidak sabar, ia menyusun rencana cadangan juga. Yang tentu saja tidak akan membuatnya goyah begini karena ada pembunuh berantai yang melepas topeng di hadapannya.


"O-ow.. tenanglah... aku tidak akan membunuhmu Felix. Jangan tegang begitu. Sekarang ada banyak hal yang akan kukatakan padamu..."

"Katakan saja, dan kemudian aku tetap akan membunuhmu."

"Membunuhku? Dengan apa? Garam dapur? Atau arsenik yang sudah kubuang ke lubang wc mu? Hahahah! Yang benar saja!"


Brak!

Felix kembali menyerbu, menerjang Yeji dan menekan lehernya kuat-kuat. Emosinya, amarahnya, segalanya, ia sengatkan. Namun Yeji adalah pembunuh yang lebih lihai. Tendangan pada area sensitif berhasil membuat Felix meringis menjauh.

"Sudah kukatakan aku tak akan membunuhmu.. jadi mengapa kau berusaha keras membunuhku, hah?"

"Karena kau membunuh Hyunjin!"

Felix berujar kuat-kuat




"Membunuh cinta pertamamu, Felix?"


Deg. Bungkamnya Felix berarti ia terkesiap telak.

Terkejut Felix bukan main. Ada perasaan mual dan sakit hati yang tercampur.



Felix tahu psikopat tentu saja ahli dalam membunuh, namun sekarang ia baru tahu bahwa psikopat mungkin juga mahir mengetahui isi hati yang disimpan rapat-rapat untuk diri sendiri.



To be continued

To be continued

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Yeayy update!! Maafkeun kemarin kelupaan hehe.



HIDDEN SOUL •hyunlix || yeji•✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang