⚠️18+⚠️ Felix tahu orang yang ia suka terlibat kasus pembunuhan berantai. Namun alih-alih melapor pada pihak berwenang, Felix justru memilih caranya sendiri yang mengejutkan.
Chapt akhir nih yuhuu~ Jangan lupa playlist di atass 😂👆. Happy reading
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Felix menjalani hidup baru yang sungguh berbeda dari biasanya. Berhimpitan di tempat sempit dengan orang asing yang bau apek dan pesing, makan sangat seadanya yang tiada rasa, dan tanpa ada hal lain yang dapat ditonton kecuali sesama tahanan yang bergelud entah bercanda atau sungguhan. Dunia Felix diputar balikkan.
Sidang pertamanya... mungkin beberapa hari lagi, atau masih agak lama atau kapanpun itu Felix tidak peduli. Di depan matanya sudah ada masa depan suram yang akan membungkus Felix yang malang. Akan menyelimuti Felix dengan rasa sakit dan kecewa. Ia tahu bahwa penjara dan gelar pembunuh berantai akan menjadi akhir hidupnya.
"Saudara Felix?" seorang sipir mendekat pada Felix. Ekspresinya lempeng, wajah bulat berisi yang tanpa ekspresi, tidak menunjukkan apapun yang sepertinya penting. Namun perkataannya... telak membuat Felix tercengang tidak percaya.
"Anda dibebaskan."
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Hal pertama yang menyambut Felix di luar penjara adalah mobil yang tiba-tiba terparkir di depannya. Begitu kaca diturunkan, ada figur Yeji dengan kacamata hitamnya yang bergaya.
"Masuklah Felix. Aku tahu ada banyak pertanyaan di pikiranmu, dan tentu hanya aku yang tahu jawabannya. Masuklah."
Felix merasa dunianya kembali dipermainkan atau mungkin dunialah yang dengan konyol mempermainkannya. Apa ia begitu istimewa hingga harus diperlakukan begini. Duduk semobil dengan gadis edan yang menjebak hingga membuat ia berakhir di penjara(meskipun hanya beberapa hari sebenarnya).
Yeji membuka percakapan di antara keduanya dengan santai. "Asal kau tahu, kau berhutang banyak padaku."
Felix menoleh pada gadis itu dengan segera, "Heh? Bagaimana bisa?!" ia meresponnya dengan cepat dan jengkel.
