02. Moon and Night

152 101 31
                                    

Entah berapa gelas coklat panas lagi yang akan Syaza habiskan malam ini. Dia tidak bisa tidur karena pikirannya penuh dengan Reyvan. Malam ini sangat sunyi, dia memandangi bulan lawat jendela kamarnya. Bulan itu seakan tersenyum ingin menghibur hari Syaza.

Drrttt drrrttt drrtttt.....
Suara dering telephone menyadarkan lamunan Syaza. Dia mengangkat benda berbentuk persegi panjang itu dengan malas, ternyata panggilan masuk dari Keira.

"Haii Kei, gimana?"

"Syazaaaaaa!!!"

Syaza kaget dan menjauhkan telephone dari telinganya.

"Keii, apaan sih teriak - teriak. Ngagetin tau nggak?!"

"Hahaha, sorry Sya lagian suaramu kek orang males gitu. Semangat dikit dong,"

----

"Syaa! Kok diem aja sih? Lagi mikirin Rey yaa? Dah lah Sya, lupain dulu si Rey, kali aja nanti dapet yang lebih ganteng dari dia. Iya nggak?"

"Hmm, dah dulu ya Kei mau tidorr,"

Tutt tutt tutttt

Syaza mengabaikan omongan Keira dan mematikan telephonenya. Dia sedang tidak ingin mendengar nama Rey karena itu akan membuatnya semakin rindu.

Rindu itu berat, kaya badanmu. Eh bercanda loh.

Pikiran Syaza saat ini hanya penuh dengan Rey. Dia sudah lama memendam perasaannya. Syaza tidak mau kalau Rey tau tentang perasaannya karena takut Rey bakalan ilfeel. Namun, dia berharap suatu saat Rey mempunyai rasa yang sama. Meskipun Syaza tau kalau itu hanyalah cinta monyet, tapi dia merasa kalau Rey sangat berharga untuknya.

Entah di mana Reyvan sekarang. Syaza belum mendapatkan kabar tentang "pangerannya" itu. Sejak kelulusan, dia belum pernah bertemu dengannya lagi. Dia sangat berharap suatu saat bisa bertemu lagi dengan Rey.


•••

"Masa MOS"

"Sel, dah rapi belom?" tanya Syaza ke Selina sambil memutar badannya.

"Udah rapi dan cantik tuan putri Syaza, tapi kasian mau dandan secantik apapun pangeran Reyvan nggak bisa liat," ledek Selina sambil sedikit tertawa.

"Ihhh, Sell apaan sih," dengus Syaza kesal.

"Ayo buruan baris di lapangan. Sya, Sel ayo buruan," ajak cowok berambut cepak.

Selina, Syaza dan siswa lainnya segera menyusul ke lapangan. Mereka berbaris sesuai urutan kelas. Kelas Alpha ada di paling Pinggir dekat taman, lalu diikuti kelas Beta, Delta, dan Gamma paling kanan dekat kantin.

"Seru juga ya masa MOS," ucap Nayya.

"Ah enggak, malesin, bikin kulitku jadi gosong," timpa Resa dengan wajah sedihnya.

"Yaampun Res, nanti juga balik lagi warna kulitnya," balas Zura.

Resa memang memiliki kulit yang putih, makanya dia nggak rela kalau kena sinar matahari.

Apa sebenernya Resa itu Vampir?

"Gais gesss," sapa Syaza ke teman lainnya.

"Kemana aja sih kalian, sukanya ngilanggg muluuu," ucap Nayya heran.

"Biasalah, tau sendiri kan Syaza gimana," jawab Selina sambil melirik Syaza yang hanya cengengesan.

Ya begitulah mereka, selalu ramai di manapun mereka berada.

Keira yang sedang asyik melihat gerombolan cogan, tiba - tiba matanya terbelalak dan mulutnya menganga dengan sempurna. Dia mengucek matanya berulang kali, memastikan bahwa dia tidak salah lihat.

"Sya sya syaaaa!!" Keira menepuk pundak Syaza tanpa memalingkan pandangannya sedikitpun.

"Apaan sih Kei,"

"Ituuuu Syaaaa!! Itu Reyvann!!"

"Hahh?? Serius kamu Kei!? Jangan bercanda gjtu dong! "

"Ya ampun Sya, beneran suerr! Sini cepetan"! ucap Keira sambil menarik tangan Syaza.

"Tuhh, beneran Reyvan kan!?"

"Aaaaaaa, Keiiii itu Reyvan! Ya Ampun Kei ternyata dia sekolah di sini juga?! Oh My God aku nggak nyangka bisa liat Reyvan lagi. Aku lagi mimpi nggak sih?"

Keira pun tiba - tiba mencubit pipi Syaza

"Akkhh Keii, sakit! Ngapain sih nyubit - nyubit!?

"Tuh kan nggak mimpi!"

Betapa bahagianya Syaza hari ini. Akhirnya, impiannya bertemu "sang pangeran" terwujud.

Empat jam pun berlalu. Akhirnya, masa MOS selama tiga hari telah mereka lewati dengan ending yang membahagiakan. Syaza dan teman - temannya segera kembali ke kelas mereka.

"Re, kamu pilih extracurricular apa?" tanya Syaza

"Gatau nih Sya, bingung," jawab Teresa.

"Biologi aja yukk," ajak Syaza.

"Hmmm, boleh deh," jawab Resa dengan senyum manisnya.

•••

Saat perjalanan pulang, Syaza baru menyadari kalau cowok yang bersepeda di depannya itu ternyata Alvin dan Reyvan.

Alvin adalah teman masa kecil Syaza, dia tinggal di kompleks sebelah rumah Syaza. Dia sahabat Reyvan sejak duduk di bangku SD.

Dulu Reyvan sering main ke rumah Alvin, hingga Syaza bisa selalu memandanginya walau dari jarak jauh.

"Oh My God, akhirnya aku bisa liat kamu lagi, Rey. Apalagi arah rumah kita menuju sekolah sama. Arrghh, dilihat dari belakang aja kamu sangat tampan,Rey. Gimana aku nggak tergila - gila.

~ To Be Continue ~

Hai gaissss...

Jangan lupa beri vote ya biar author semakin semangat nulisnya.. ^_^

Komen juga boleh, berikan kritik dan saran terbaik kalian. Thank you...

Semoga kalian suka...

See you in the next chapter ;)

30 Juli 2021


rlillylova











EIGHT ( Revisi ) Where stories live. Discover now