04 | ʟᴏꜱᴛ

1.3K 310 153
                                    

ʙᴇꜱᴛ ʀᴇᴀᴅ ɪɴ ᴅᴀʀᴋ ᴍᴏᴅᴇ!
ᴘʟᴇᴀꜱᴇ ᴛᴜʀɴ ᴏɴ ᴅᴀʀᴋ ᴍᴏᴅᴇ ᴏɴ ʏᴏᴜʀ ᴀᴘᴘꜱ!

•────⋅☾ 🐺 ☽⋅─────•

Koridor lantai teratas SMP Amanogawa dipenuhi oleh para siswa yang mengenakan name tag bernomor di seragam masing-masing. Sekarang pukul 7.45 pagi, masih ada waktu 15 menit sebelum ujian seleksi lomba siswa berprestasi dilaksanakan.

Peserta ujian terlihat serius belajar di sepanjang koridor. Ada yang duduk lesehan, ada yang berdiri bersandar tembok, bahkan ada yang ritual dengan jimat kalimasada agar bisa mengerjakan soal. Semuanya se-pw (posisi wenak) pribadi masing-masing. Ini adalah pemandangan sekolah yang biasa dilihat sebelum ujian. Semua siswa mendadak rajin padahal biasanya mukbang di kantin.

Suara yang terdengar hanyalah gumaman para peserta yang menghafalkan materi layaknya merapal mantra. Berdengung dengan kecepatan Eminem – Rap God. Namun, kegiatan belajar mereka terhenti tatkala seseorang berjalan ke lantai atas.

Orang yang menaiki tangga dengan penuh percaya diri itu adalah Ōkami Hiroto. Berbeda dengan siswa lainnya yang membawa kertas hafalan untuk belajar, Hiroto tidak membawa apa pun kecuali kotak pensil dan name tag peserta. Itu karena semua yang dia butuhkan sudah di kepala.

"Itu Ōkami Hiroto," bisik salah satu peserta kepada temannya. "Lihatlah, dia tidak bahkan mengulang kembali sebelum ujian."

"Enaknya jadi orang genius," timpal yang lain. "Tidak belajar pun pasti bisa."

'Mana ada orang seperti itu,' balas Hiroto, setidaknya dalam hatinya. Dia menopang tangannya pada dinding railing lantai teratas sembari menonton lapangan sekolah yang ramai oleh aktivitas class meeting. Di bawah sana juga sedang berlangsung lomba antarkelas, saking meriahnya hingga seperti festival olahraga saja.

'Bahkan orang secerdas Albert Einstein menyatakan bahwa genius itu 1% bakat dan 99% kerja keras.'

Mata Hiroto melihat Chifuyu yang mewakili kelas 1-1 dalam lari estafet. Chifuyu sebagai anchor tengah berdiri di belakang garis putih, menunggu baton dari pelari sebelumnya yang tertinggal jauh karena sempat tersandung ketika berlari. Begitu baton diserahkan pada Chifuyu, anchor itu langsung berlari dan menyalip semua lawannya. Pada akhirnya, kelas 1-1 berhasil comeback berkat kecepatan Chifuyu yang menakjubkan.

'Karena itulah, melabeli seseorang dengan kata 'genius' tanpa tahu perjuangannya di balik itu semua—' Hiroto menatap telapak tangannya yang kapalan, '-adalah tindakan yang tidak sopan sekaligus menyakitkan.'

"Jadi, kau yang namanya Ōkami Hiroto-kun?"

Panggilan tersebut membuat Hiroto menoleh. Tampak seorang gadis yang bersedekap angkuh dengan tatapan merendahkan. Rambut pirangnya diikat dua bersanggul oleh pita dan menyisakan helaian panjang yang tergerai. Dia sangat cantik, lebih cantik dari kebanyakan perempuan.

"Kukira peraih ranking satu sekolah ini adalah orang yang luar biasa," Gadis itu menghela napas panjang. Mata birunya menatap tajam iris emas Hiroto yang berkedip bingung. "Tapi ternyata hanya rakyat jelata."

Semua orang di sepanjang koridor menganga lebar. Mata mereka terfokus pada gadis cantik yang mengajak Hiroto bicara. Dilihat dari seluruh pandangan yang tertuju padanya, sudah dapat ditebak bahwa gadis angkuh itu adalah orang penting di sekolah ini.

Himemiya Yoshie, perwakilan kelas 1-5 sekaligus wakil ketua OSIS SMP Amanogawa. Dia adalah peraih ranking dua paralel dengan jumlah nilai 499/500, selisih satu poin di bawah Hiroto.

ᴡᴏʟᴠᴇꜱTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang