06 | ʙᴏꜱᴏᴍ ʙᴜᴅᴅʏ

1.4K 305 137
                                    

ʙᴇꜱᴛ ʀᴇᴀᴅ ɪɴ ᴅᴀʀᴋ ᴍᴏᴅᴇ!
ᴘʟᴇᴀꜱᴇ ᴛᴜʀɴ ᴏɴ ᴅᴀʀᴋ ᴍᴏᴅᴇ ᴏɴ ʏᴏᴜʀ ᴀᴘᴘꜱ!

•────⋅☾ 🐺 ☽⋅─────•

Hiroto melepaskan pijakannya dari atap sekolah. Matanya tertutup rileks, membiarkan tubuhnya jatuh tertarik gravitasi bumi. "Sayonara," bisikan lembut itu adalah salam perpisahannya pada dunia.

Ōkami Hiroto telah menyerah.

Kini Hiroto hanya tinggal menunggu waktu sampai dirinya sampai di lantai dasar. Begitu menyentuh tanah, ajal akan menemuinya. Akhirnya, semua rasa sakit yang selama ini dia rasakan akan hilang.

Setidaknya begitulah yang Hiroto pikirkan.

"ŌKAMI!"

Teriakan itu menyadarkan Hiroto. Seketika matanya terbuka syok, mendapati Chifuyu yang meraih tangannya. Tubuh Hiroto pun tertahan di udara, bergelantung di ketinggian lebih dari 50 meter.

Hiroto terbelalak. "A-Apa yang kau lakukan, Matsuno?!"

"Aku takkan membiarkanmu berakhir di sini begitu saja!" seru Chifuyu yang menggenggam lengan Hiroto.

"Lepaskan!" Hiroto berteriak frustrasi. "Kenapa kau menghalangiku?! Aku hanya ingin menghentikan semua rasa sakit ini! Aku––"

"Kau sudah tidak punya alasan untuk hidup, 'kan?! Aku tahu itu!" Chifuyu memotong cepat, membuat Hiroto tertegun. "Kalau begitu, kuberitahu tiga dari sekian banyak alasan hidup untukmu. Seberat apapun masalah yang kau hadapi, kau harus mengingatnya!"

Chifuyu tersenyum sendu, "Pertama, ibumu pasti tidak senang jika kau menemuinya secepat ini."

"?!" Hiroto tersentak, ucapan itu benar-benar mengena di hati. Mata emasnya yang kosong mulai berkaca-kaca. Dia telah dibutakan oleh rasa sakit hingga melupakan hal sesederhana itu. Sesuatu yang penting baginya.

"Kedua, kau punya impian! Bukankah selalu belajar mati-matian dan berjuang untuk itu?!" tanya Chifuyu. Sebuah pertanyaan retorik.

Pegangan Chifuyu perlahan merosot, tertahan di telapak tangan Hiroto yang enggan menjabatnya. Jika Chifuyu melepaskannya, Hiroto akan tamat saat itu juga.

"K-Ketiga, kau adalah orang baik..." Chifuyu berusaha menguatkan pegangannya meski rasanya seperti akan terlepas sebentar lagi. Dia juga bisa ikut jatuh bersama Hiroto jika terlalu lama memeganginya.

"Kau tidak ingin merepotkan orang lain dan selalu menyelesaikan semuanya sendiri. Karena itu––"

Chifuyu mengulurkan tangan satunya kepada Hiroto. Iris biru pirusnya bertemu kuning emas Hiroto yang menatap penuh harap. Air matanya menitik jatuh mengenai pipi Hiroto.

"Jika kau butuh bantuan, katakan saja. Dengan senang hati, aku akan datang membantumu," Chifuyu tersenyum simpul, penuh ketulusan. "Kali ini, pasti."

"Matsuno... Kenapa––?"

Menolak percaya, Hiroto tidak menyangka ada orang yang menangis untuknya. Terlebih lagi, orang itu adalah furyou yang dia takuti sejak awal. Dalam hati Hiroto berharap, bolehkah dia menganggap Chifuyu sebagai temannya?

"Karena kau adalah temanku, Ōkami Hiroto!"

Harapan Hiroto yang tak terucap itu dijawab Chifuyu dengan tegas. Tangisnya pun pecah, Hiroto sudah tak sanggup menahannya. Dengan cepat dia menerima uluran tangan Chifuyu yang terjulur di atas.

"Tolong selamatkan aku..." Hiroto tersenyum meski berlinangan air mata. "Matsuno Chifuyu."

Senyuman puas terlukis di wajah imut Chifuyu. Tanpa membuang waktu, dia langsung menarik Hiroto kembali ke atap. Walau tampak kesusahan mengangkat berat tubuh Hiroto, akhirnya Chifuyu berhasil menyelamatkannya. Keduanya jatuh bersamaan, saling menimpa di lantai atap.

ᴡᴏʟᴠᴇꜱTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang