BAGIAN 3

509 99 114
                                    

'Enjoy readingggg!

'🌍

"Tawuran lagi?" Bariton suara dingin dan menyeramkan itu seketika membuat Bumi yang tengah berjalan santai menaiki tangga yang menuju kamarnya, terhenti. Bumi menoleh kearah sumber suara sambil menunjukan cengiran khasnya, terlihat Ayahnya tengah duduk diruang keluarga tengah menatapnya tajam sambil berdecak pinggang.

"Ayah! Kok Ayah gak bilang dulu sama Bumi kalo hari ini Ayah pulang?" tanyanya, berlarian kecil menghampiri Ayahnya sambil merentangkan tangannya akan memeluk Ayahnya.

Aryaka menyambut pelukan anaknya itu sambil memutar bola matanya malas, seolah ia sudah tau cara kerja licik anaknya itu. "Tidak usah mengalihkan pembicaraan, Bumi." sinis laki-laki paruh baya berkacamata itu sambil melepaskan pelukannya pada sang anak. Ia menatap wajah anak sulungnya yang penuh dengan luka itu sambil berdecak pinggang.

Aryaka lagi lagi menatap wajah anak sulungnya, terlihat banyak sekali luka lebam dengan beberapa luka berdarah yang sudah mulai mengering. Walau dalam keadaan seperti itu ia akui bahwa hal itu sama sekali tidak mengurangi ketampanan anaknya.

"Lawan sekolah mana kali ini?" tanya Aryaka dingin.

Bumi terkekeh, ia mencoba mencairkan suasana yang menurut Bumi sedikit menegangkan ini. "SMA Nelard, Yah." balasnya.

Yap! SMA Nelard, SMA yang sering sekali memancing keributan dengan sekolahnya. Meskipun Bumi sebetulnya tidak tau alasan mengapa SMA Nelard sering sekali berbuat ulah entah dengan mengajak SMA-nya untuk tawuran tanpa masalah, balapan liar tanpa alasan. Dan hal itu benar-benar mengundang tanda tanya besar untuk seluruh anak Cendrawasih terutama Bumi dan teman-temannya.

"Siapa yang menang?" tanya Aryaka.

Bumi mengusap dagunya, lalu ia mengangkat bahunya acuh. "Masih seri, belum tau siapa pemenangnya. Paling besok tawuran lagi buat nentuin siapa yang menang, Yah." jawab Bumi santai.

Aryaka bertepuk tangan menanggapi jawaban tak terduga anaknya itu, "Bagus! Anak Ayah memang tidak ada duanya." puji Aryaka sambil berusaha menahan emosinya.

"Ih ayah, bisa aja deh. Hasil sperma siapa dulu dong? " goda Bumi sambil menaik turunkan alisnya, meledek sang Ayah.

Aryaka diam, ia tidak menanggapi ucapan menyeleneh anak sulungnya itu, "Tapi kayaknya akan jauh lebih bagus lagi jika anak Ayah yang tiada duanya ini masuk pesantren. Yakan, ganteng?" Aryaka menatap Bumi dengan senyuman manis khasnya.

"Istigfar, Yah. Masa iya Bumi masuk pesantren. Bumi masih pengen berbuat dosa, lagian kalo nanti Bumi masuk pesantren siapa yang bakal pacarin cewek-cewek cantik Cendrawasih, Yah?"

Aryaka memutar bola matanya malas, "Kamu lupa, Bumi? Keempat temanmu itu juga tampan, Ayah yakin mereka bisa gantiin posisi kamu itu." Jelas Aryaka membuat Bumi menatap Ayahnya sinis.

"Ck! Ayah apa apa sih?! kok Ayah puji temen-temen Bumi sih!" ucap Bumi kesal, sambil memasang muka cemberutnya.

Aryaka menggelengkan kepalanya sambil menatap anak sulungnya sedikit tak menyangka, ternyata sifat cemburuan anak laki-laki di depannya ini belum hilang juga.
Bumi ternyata cemburuan ygy haha

Melihat tidak ada respon apapun dari Ayahnya, membuat Bumi semakin kesal. "Ck, Ayah kok diem. Udahlah pokoknya Bumi marah sama Ayah." sinisnya.

"Astagfirullahalazim, Bumi Bratadikara Nayaka. Kamu ini seperti anak kecil saja." Balas Aryaka tak habis piker.

"Ayah, pokoknya Bumi tetep gamau dimasukin pesantren yaa. Lagian pasti Bunda sama Kala juga gak bakal izinin Bumi masuk pesantren." Aryaka terdiam. Yang dikatakan Bumi memang ada benar juga, Istri dan juga anak Bungsunya itu pasti tidak akan mengizinkannya untuk memasukan Bumi ke dalam pesantren.

BUMI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang