4. Kokom

130 6 32
                                    

Part 1 Ada Tambahan Cerita
Dari 1054 kata menjadi 1946 kata

Part 2 Ada tambahan juga.

Silahkan baca ulang jika ingin mengenal tokoh lebih dalam!!!

VOTE SAMA KOMENTAR ITU GRATIS LOH🤧

Sudah pada follow kah?

-------------------

Di ruang tamu, Gweni dan Arsen duduk berhadapan di satu sofa.

Arsen mendekatkan duduknya pada Gweni. Kemudian cowok itu sedikit membungkuk hingga wajah mereka sangat dekat.

Gweni sedikit memerhatikan cowok berwajah batu itu. Perlakuannya hangat, iya hangat jika kita rasakan. Tapi, saat mata kita sudah terbuka, kita akan melihat betapa dinginnya dirinya.

Perlahan cowok itu melepas perban yang menutupi hidung Gweni. Hidung cewek itu mulus tak ada komedo. Eh maaf, maksudnya tak ada luka sedikit pun. Tapi benar juga, hidung cewek itu tampak tak ada komedonya, seakan tak ada pori-porinya.

Perban yang menutupi hidungnya itu guna menahan kapas yang menyumbat hidungnya karena darahnya masih suka kekuar.

Arsen mengambil kompres, lalu mengarahkan kompres itu ke hidung Gweni.

Sekali lagi Gweni memerhatikan pahatan wajah cowok itu. Tampaknya Tuhan sedang dalam mood baik saat menciptakannya.

"Lo gak ada niat buat minta maaf gitu sama gue?"

Yang diajak bicara tidak menunjukkan respon apa-apa. Tetap sosok spesies berwajah batu yang tercetak dari sudut mata Gweni.

Gweni berdecak kesal.

Arsen menatap matanya sebentar, "Gue minta maaf."

Gweni membalas tatapan itu, mata mereka bertemu, satu detik kemudian Arsen berhenti mengompres hidungnya, "Gue kira lo gak bisa ngomong."

Arsen tidak menjawab. Cowok itu meletakkan kompresnya. Beralih pada kapas.

"Itu mau dipakein kapas lagi?"

"Kayanya gak usah aja." Jawab Gweni sambil menyentuh hidungnya yang sudah tak berdarah lagi.

Arsen meletakkan kembali kapas yang sudah ia ambil beralih meraih tasnya, merogoh plastik yang terselip di resleting kecil. Arsen meletakkan bungkusan plastik itu di atas meja.

"Apaan?" Gweni mengambil bungkusan itu. Ternyata obat.

"Buat ngurangin nyeri sama memarnya."

Gweni tersenyum kecil, walau pun wajahnya batu, tapi hatinya gak sedingin salju.

"Besok gue jemput!"

Gweni membuyarkan pikirannya. Tetap saja ia kesal melihat spesies satu ini. Baru kali ini ia bertemu dengan spesies jantan yang tidak tertarik untuk menatapnya, menatap body-nya mungkin seperti spesies jantan pada umumnya.

Benar-benar spesies langka.

-oOo-

Arsen melajukan motor sport hitamnya menuju jalan pulang. Cowok itu sempat melirik ke arah spion. Ia sedikit terkejut karena di belakangnya ada segerombol geng motor yang sepertinya tengah mengikutinya.

Arsen sengaja memelankan motornya sehingga dua dari pengendara itu bisa menyamainnya dengan posisi Arsen diapit oleh mereka.

ARSENIOWhere stories live. Discover now