That day-1

203 31 13
                                    

"Pergi!"

"Urus diri kamu sendiri, mama capek."

"Papa banyak kerjaan, jangan manja. Ke rumah sakit sendiri aja sana"

"Gak sempat, Ashy minta temanin ke toko buku tadi"

"Jangan manja, masih bisa jalan kaki sendiri kan?"

Lisha lagi-lagi teringat hari kemarin, ketika ia meminta pacarnya Deka Lusio untuk mengantarnya ke rumah sakit. Namun, pacarnya itu menolak dengan alasan mengantar Ashy, teman dekat Lisha ke toko buku.

Kemudian ia berniat meminta tolong pada ayahnya, tapi sama saja hasilnya.

Akhirnya dia pergi sendiri di malam hari. Jujur, Lisha paling takut dengan gelap.

Bahkan tadi pagi, ibunya sendiri mengusirnya dari rumah.

Sekarang ia tengah berada di dalam bus, menuju tempat yang jauh dari perkotaan. Ingin merehatkan mentalnya.

Untungnya, di pedesaan sang nenek meninggalkan sebuah rumah berukuran sedang untuk ia dan keluarganya tinggali. Tapi tidak mungkin kedua orangtua Lisha mau tinggal serumah lagi dengannya.

Alisha mengeluarkan sebungkus roti dari dalam tasnya. Sudah 4 jam ia tidak makan selama perjalanan.

"Ma, mau itu.." rengek anak kecil pada ibunya.

"Eh?"

Alisha terkejut, roti yang baru saja ingin ia lahap di rebut paksa oleh seorang wanita dan ia berikan pada anaknya.

Alisha hanya menghembuskan nafas, kemudian tidak jadi makan karena stoknya menipis, juga supermarket masih jauh dari sini.

Yang ia lakukan sekarang hanyalah memandang pemandangan lewat jendela. Menikmati semilir angin yang menyapa wajah dan rambutnya.

Karena hanya sendirian, tidak ada yang bisa dia ajak ngobrol jadi dalam perjalanan lebih banyak ia habiskan untuk tidur.

Lagi-lagi hal sial menimpanya, karena baru bangun dan masih setengah sadar, begitu orang-orang keluar dari bus, dia pun ikut turun.

15 menit setelah memberanikan diri bertanya di pemberhentian, barulah ia menyadari bahwa ia telah turun sebelum tujuan.

Sekarang bagaimana? Tujuannya masih 2 jam lagi.

Mau tidak mau ia jalan kaki dulu, sambil mencari tumpangan.

Ppiitt pitt

"Hey, butuh tumpangan?"

Bagaikan keajaiban, Lisha yang sudah kepalang capek berjalan tiba-tiba di datangkan seseorang untuk membantunya.

Terimakasih Tuhan, kelihatannya dia baik jadi aku terima tawarannya ya -batin Lisha.

Ia tersenyum dan kemudian masuk ke dalam mobil mewah itu, tak lupa mengucap terimakasih karena sudah di beri tumpangan.

"Kebetulan sekali, aku juga ingin ke sana."

"Oh ya? Menemui siapa?"

"Someone i love"

Alisha manggut-manggut saja.

"Eh, nanti emangnya orang itu gak cemburu melihat kau mengantar orang asing?"

Lelaki itu terlihat diam hingga beberapa saat.

"Nggak" jawabnya.

Setelah itu, tidak ada lagi yang mereka bicarakan. Keduanya asik menikmati lagu yang di putar di mobil lelaki tersebut.

Sebentar lagi hari akan malam dan semakin gelap, sekali lagi Alisha berterimakasih kepada Tuhan.

Pada hari pertama yang kacau ini, ia di pertemukan satu orang baik.

Dan itu sudah lebih dari cukup baginya.

Diberi tumpangan saja Lisha sudah sangat senang.

Ditambah lagi orangnya sangat baik dan ramah padanya.

Alisha merasa Tuhan seperti sengaja mengirimkan bantuan lewat orang ini padanya.

A Heart of Sunflower [END]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin