Left behind-2

166 25 16
                                    

Setelah insiden tertinggal bus, Alisha pun di antarkan dengan selamat oleh lelaki itu.

Mereka berpamitan dan Lisha segera masuk ke dalam rumah milik neneknya.

Gadis tersebut menarik nafasnya sebentar, menyemangati diri sendiri untuk membereskan barang-barang dan juga membersihkan debu yang menempel hampir di setiap sudut ruangan. Tidak heran, karena memang sudah lama tidak di tinggali.

23.00

Akhirnya Alisha selesai membereskan semuanya, ia berjalan ke arah kulkas yang masih bisa di pakai itu, dia masukkan beberapa botol air ke dalam sana.

Semua barangnya lengkap tidak ada yang tertinggal seingatnya, karena pada awalnya dia hanya di usir secara halus, barulah ibunya datang dan emosi. Tidak berhenti memaki dan mengatainya tidak berguna.

Awalnya..

"Apa?" Lisha tidak percaya, dia ingin dengar sekali lagi.

"Iya nak, papa udah gak sanggup rawat kamu. Perusahaan papa akhir-akhir ini penghasilannya menurun drastis. Sementara kamu, belum bisa kerja dan mungkin selamanya udah gak bisa kerja karena penyakit itu. Bagaimana kalau kamu tinggal menjauh dari kami dulu? Tunggu membaik baru papa pikirkan lagi ke depannya."

Lisha, gadis remaja yang baru berusia 16 tahun itu menggeleng, menangis sesegukan.

Selama ini ia sudah terbiasa tinggal bersama orangtuanya, walau jarang di anggap ada. Setidaknya Alisha merasa aman. Tapi, sekarang ayahnya mengusir dia begitu saja.

Rasanya sangat menyakitkan, ayahnya pintar berbicara halus agar Lisha tidak berani membantah perintahnya itu.

"Iya! Sana, pergi yang jauh. Mama udah capekk banget ngurusin anak penyakitan kayak kamu." sahut mama Lisha tiba-tiba yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Pergi!"

"Urus diri kamu sendiri, mama capek."

Alisha semakin tidak berdaya, sementara diam-diam ayahnya berdecak sebal takut rencananya mengusir Alisha gagal karena bentakan istrinya.

Ia sudah merancang serapi mungkin agar kelihatannya anaknya itu sedang ingin pergi tanpa paksaan dengan begitu tidak akan ada gosip aneh yang beredar di perusahaannya.

Dalam hati, ia terus memohon agar Lisha, anak gadisnya menuruti perkataan mereka saja dan berhenti bersikap merepotkan.

Alisha tersenyum tipis, hatinya pasti sedang perih sekarang. Yang ia bisa lakukan hanyalah tersenyum, air matanya sudah lama tidak bisa keluar.

Memilih menepis ingatan buruk itu, Alisha duduk di salah satu sofa dan memegang ponselnya.

Alisha
Deka, ini Lisha udah
Sampai. Jaga diri baik-baik ya.

Deka
Kita kn udh putus.

Alisha
Oh iya, maaf lupa. Udah terbiasa kasih kabar soalnya. Maaf.

"Chat siapa tuh?"

Deka menggeserkan ponselnya ke arah lain "si penyakitan." jawabnya.

"Oo, masih lo ladenin.."

"Ck, tenang aja. Lo kan udah berhasil rebut gue dari teman lo sendiri"

"Haha, sialan lo."

"Gak nyangka gue ada orang yang dengan santai rebut cowok temannya sendiri"

"Gue juga gak nyangka bakal berakhir sama orang yang tega ninggalin ceweknya yang udah sekarat."

"Haha, Ashy..Ashy. Dia kan udah jadi mantan gue."

Gadis yang kini bersama Deka, ialah Ashy. Orang yang sempat menjadi teman dekat Lisha.

Sebenarnya pertemanan macam apa yang Lisha jalin dengan perempuan itu?

Padahal sudah jelas Ashy terus memanfaatkannya, kemudian merebut kekasihnya begitu saja.

Lisha pun tidak ikut campur lagi, katanya ia bahagia jika kedua orang terdekatnya bahagia. Meskipun itu Deka dan Ashy yang akhirnya meninggalkan dia.

Keduanya juga langsung menjalin hubungan lebih dari teman ketika mengetahui Alisha akan pergi jauh.

Deka membuat-buat alasan dengan mengatai Lisha selingkuh, sementara Ashy menjauh karena Lisha berpenyakitan.

Ia tidak apa-apa.

Mungkin memang ini yang terbaik. Karena dia merasa tidak pantas mendapatkan yang baik, jika ia sendiri saja sudah jauh dari kata baik.

Ia sedang sakit.

Saat ini yang bisa mengobati rasa sedihnya, hanyalah memandangi foto pemandangan taman bunga matahari lewat layar hpnya.

Dia sangat menyukai bunga itu sejak kecil. Dulu, sering menemani sang nenek di pedesaan ini menyirami dan merawat bunga tersebut.

Tetapi, begitu sang nenek meninggal, bunga matahari itu pun layu tak bersisa.

"Lisha kangen nenek" gumamnya lirih.

A Heart of Sunflower [END]Where stories live. Discover now