'Ego dan harga diri, dua hal yang menjadi penghalang bagi banyak orang'
****
Suasana dalam ruangan rapat cukup ramai, kehadiran para Dewan sekolah membuat banyak pihak terkejut.
Ini hari ketiga Zahra di sekolah itu, tentu saja ia meyakini, hari ini terakhir kalinya ia menginjakkan kaki di sekolah yang membuatnya muak.
Zahra duduk di samping Darren yang menjadi walinya. Seharunya, Brata yang hadir. Namun, pria itu memiliki urusan lain di luar kota dan baru kembali beberapa jam lagi, Brata menyerahkan kasus Zahwa pada Darren sepenuhnya.
Video kekerasan yang dilakukan beberapa pihak di putar, membuat beberapa Dewan sekolah berdecak tak habis pikir. Suasana dipenuhi dengan bisik-bisik tak terima dan meminta pelaku diberikan sangsi yang berat.
Yang paling banyak melakukan perundungan adalah Sonya, dan yang menjadi korban sasarannya adalah Zahwa.
Melihat putrinya berbuat diluar batas, Arnold—papa dari Sonya naik pitam kepada perlakuan putrinya. Ia terlalu memanjakan Sonya, membuat gadis itu tumbuh menjadi pribadi yang berbuat seenaknya sendiri.
Kepala sekolah memijit pangkal hidungnya pelan, pusing tiba-tiba menyerang. Ia merasa gagal menjadi pemimpin, bahkan kelakuan beberapa oknum yang menjadi tanggung jawabnya sudah diluar kendali, apalagi sampai menerima suap dan membebaskan para pelaku begitu saja.
"Bagaimana semua ini terjadi? Bahkan anda sendiri tidak tau?" tanya Rudiansyah Aldevaro—kakek dari Bastian.
"Masalah ini diluar kendali saya, Pak. Kedepannya, saya akan lebih perketat keamanan untuk menghindari masalah seperti ini," kepala sekolah menunduk menyesal, ia terlalu mempercayakan bawahannya sampai lalai dalam masalah seperti ini.
"Harus! Saya tidak ingin nama sekolah ini menjadi buruk, tentu anda tidak ingin jika saya menarik kembali donasi yang saya berikan,"
Kepala sekolah langsung mengambil tindakan, memecat para oknum yang bersangkutan. Untuk masalah Sonya, ia menyerahkan pada pihak Darren untuk menindaklanjuti.
"Jadi, nak Zahwa ingin bagaimana? Masalah ini diselesaikan secara kekeluargaan atau lanjut ke jalur hukum?"
"Saya hanya ingin dia berlutut, minta maaf kepada semua murid yang pernah dirundung," jawab Zahra santai, tersenyum mengejek pada Sonya.
Zahra tau benar, manusia jenis Sonya itu sangat angkuh, menjunjung tinggi egonya. Memberikan tekanan ringan bukan masalah sulit.
"Apa? Gue nggak mau!" sahut Sonya.
"Sonya, jangan membantah. Kamu harus bertanggung jawab," kata Arnold.
"Papa, Sonya nggak mau."
"Jangan membantah,"
"Tapi, Sonya nggak sudi minta maaf sama dia!"
"Sonya, seharusnya kamu bersyukur, pihak Zahwa hanya menyuruhmu meminta maaf," kata Rudiansyah.
Sonya terdiam, wajah gadis itu menjadi merah padam karena menahan amarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Double Z [TERBIT]
Teen FictionZahra Almahera Mahardika dan Zahwa Almeera Mahardika, dua saudara kembar identik yang memiliki watak dan sifat yang jauh berbeda. 'Terlahir dengan wajah yang serupa, bukan berarti memiliki jalan takdir yang serupa pula' penasaran? langsung baca:) N...