Part 6

2K 419 57
                                    

Esoknya, Kaysha tersentak bangun oleh suara alarm yang mengusik kesunyian pagi, lalu di raihnya alarm itu namun matanya membola di detik berikutnya ketika layarnya menunjukkan pukul 8. Buru-buru ia berlari untuk membangunkan Raffael agar ia tidak terlambat pergi ke kantor. Tapi kemudian ia terkejut saat mendapati sang kakak mengalami demam hingga melindur dalam tidurnya.

Kaysha panik bukan main, ia lalu menelepon dokter keluarga untuk memeriksa kondisi Raffael. Sang kakak memang mempunyai riwayat sakit magh yang cukup kronis, dan Raffael sudah di larang untuk meminum-minuman keras lantaran alcohol dapat memperburuk kondisi lambungnya. Tapi seakan tidak peduli dengan kesehatannya, Raffael mabuk-mabukan hampir setiap hari.

Dokter mengatakan, Raffael harus segera di larikan ke rumah sakit mengingat parahnya kondisi Raffael saat ini. Jadi hari itu, Kaysha fokus menemani sang kakak yang kini tengah di rawat di rumah sakit. Ia memilih merahasiakan hal ini dari kedua orang tuanya, karena tidak ingin semakin membebani pikiran keduanya disana.

Di ruang perawatan ia menggenggam jemari Raffael sambil menahan tangis, kilas balik ketika seluruh keluarganya berkumpul dan saling berbagi kebahagiaan di masa lalu membuat air mata Kaysha menetes untuk kesekian kalinya.

"Mau sampe kapan sih Kak, kamu begini terus? Apa kamu pikir dengan kamu menyiksa diri seperti ini, Kak Naya mau kembali lagi sama kamu? Kamu hanya menyakiti diri kamu sendiri kak."

Kaysha sadar, Raffael tidak mungkin bisa mendengar ucapannya mengingat kondisinya yang masih belum sadarkan diri. Kaysha bahkan tidak ingat sudah berapa kali ia berkata keras kepada Raffael soal ini. Tapi tetap saja Raffael tidak pernah berubah, pria itu kian menghancurkan dirinya sendiri dari hari ke hari.

Pukul 8 malam, Raffael tersadar. Dia merintih mengatakan lapar dan haus, Kaysha menyuapinya dengan telaten sembari tak hentinya mulutnya berbicara menasehati sang kakak untuk tidak lagi melakukan hal-hal yang membahayakan nyawanya seperti mabuk-mabukkan.

Seperti biasa, Raffael hanya mengiyakan dan juga berjanji tidak mengulanginya lagi hanya untuk meyakinkan sang adik seperti kebiasaannya selama ini. Tapi karena sudah kelewat sering, Kaysha terpaksa mengancam akan adukan soal ini kepada sang papa agar Papa mereka kembali menugaskan ajudannya untuk menjaga Raffael kemana-mana.

"Janji kak, ini yang terakhir. Kay nggak bisa lihat Kak Raffa terus seperti ini. Kasihan Mama dan Papa, mereka disana sedang pusing memikirkan kondisi Kaivan yang belum juga siuman sampai sekarang. Apakah Kakak sedikit pun nggak ada rasa kasihan kepada mereka? Dengan kakak seperti ini hanya akan menambah masalah yang sedang keluarga kita alami, Kak."

Raffael terdiam, matanya menerawang ke langit-langit kamar. Ada kesedihan mendalam yang nampak pada wajah tampannya.

"Kakak janji akan berusaha lebih keras lagi untuk menerima keadaan ini." Ia menyentuh lembut tangan Kaysha, mencari kekuatan dari satu-satunya keluarga yang ada di sampingnya saat ini.

Lantaran sudah kelewat panik dan kesal kepada sang Kakak, Kaysha pun akhirnya terisak di hadapan kakaknya itu. "Kamu jahat Kak. Tega banget kamu bikin aku panik kayak tadi."

Raffael tersenyum lembut. "Jangan nangis, sini Kakak peluk." Ia merentangkan tangan sebelum Kaysha menghambur, memeluknya.

"Mau Kakak belikan es krim?"

Kaysha menggeplak dada Raffael kesal. "Rese'."

***

Usai di suntik obat, Raffael akhirnya tertidur dari seperempat jam yang lalu. Sementara Kaysha berbaring di atas sofa panjang di dalam ruangan itu. Ia berharap kali ini Raffael benar-benar menepati janjinya untuk tidak lagi menyentuh minuman haram itu. Kadang Kaysha berpikir untuk langsung memberitahu Papanya saja soal Raffael, mengingat semua anak buah papanya yang ada disini sudah banyak yang di sogok oleh Raffael untuk tidak mengatakan macam-macam soal dirinya kepada sang Papa.

Kaysha (ONLY YOU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang