Chapter 2 - A Night to Remember

1.7K 191 0
                                    

Situasi itu terasa sangat canggung dan Liv tidak menyukai momen ini. Ingin rasanya Liv segera mengangkat kakinya dari hadapan pria itu namun tubuhnya terasa berat untuk digerakkan. Pria itu pasti menganggapnya sebagai wanita aneh, atau yang paling parah, murahan.

"Jadi, bagaimana menurutmu?" ujar Liv memastikannya sekali lagi. “Jika kau keberatan, aku akan pergi sekarang juga."

Pria itu masih menatap kedua mata Liv dengan lekat. Dan pada waktu yang sama, wanita itu sangat yakin bahwa pria tampan yang ada di hadapannya itu akan menolak ajakannya untuk menari bersama, atau yang lebih parahnya lagi, pria itu akan menertawakannya.

Liv tampaknya sudah bersiap-siap untuk lari sekencang mungkin jika hal itu terjadi. Namun, tiba-tiba saja, pria itu melepaskan rokok yang menempel di bibirnya sambil mengangkat kedua bahunya.

"Tentu saja. Kenapa tidak?" ujar pria itu.

Pria itu pun segera mematikan rokok yang sedang dipegangnya itu dan meletakkan gelas kaca yang sedang digenggamnya di atas meja. Liv tampak cukup terkejut dengan jawaban pria tampan itu. Kedua mata wanita itu pun membulat dan mulutnya menganga cukup lebar. Liv seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya bahwa pria itu menyetujui ajakannya untuk menari bersama.

“Sekarang?” ujar pria itu ketika melihat Liv tercengang.

Liv menjawab dengan sebuah anggukan kecil. Pria itu pun lantas menggenggam lengan Liv dan menariknya ke lantai dansa. Dari kejauhan, Kate dan Ashley pun terlihat terkejut dengan apa yang mereka lihat. Keduanya menutup mulut dengan tangan sebagai  isyarat jika keduanya tak percaya dengan apa yang sedang terjadi. Sejujurnya, kedua sahabat Liv itu bahkan tidak menyangka jika pria tampan itu akan menerima ajakan Liv untuk menari.

"Jadi, apakah aku harus berdiri di belakang atau di hadapanmu?" ujar pria itu dengan wajah datar.

"Hah? Apa kau bilang?" ujar Liv sambil mengerutkan dahinya.

"Bukankah kau mengajakku untuk menari bersama?" ujar pria itu dengan tatapan heran.

Oh, benar. Kini, Liv merasa seperti orang bodoh. Wanita itu lantas hanya mempersilakan pria tampan itu untuk berdiri di hadapannya. Tak lama kemudian, keduanya pun terlihat menari bersama. Liv tampak begitu kikuk dengan situasi ini. Keringatnya mulai bercucuran dengan deras di wajahnya. Sedangkan pria itu tampak menari dengan santai, mengikuti alunan lagu yang mengalun dengan keras.

"Tarianmu sangat payah, kau tahu." bisik pria itu di telinga Liv.

Suara pria itu terdengar cukup berat sehingga membuat bulu kuduk Liv merinding. Wanita itu hanya memandang wajah tampan pria itu sambil menghela nafas panjang.

"Benarkah?" ujar Liv.

"Jadi, apakah kau kalah dalam sebuah taruhan atau kau diharuskan melakukan sebuah tantangan?" ujar pria itu.

Deg!

Liv pun segera  menghentikan gerakannya. Rasanya seperti seorang anak kecil yang ketahuan mencuri. Pria di hadapannya itu dapat menebak jika Liv sedang melakukan sebuah tantangan yang diberikan oleh kedua sahabatnya itu. Apa ini terlihat begitu jelas? Ah, Liv mengakui memang aktingnya sangat buruk. 

"Apakah...terlihat begitu jelas?" tanya Liv sambil menyunggingkan senyum kecutnya. 

Pria itu tertawa dengan lebar. Ekspresi datarnya tampak menghilang dalam sekejap. Liv menatap pria itu dalam-dalam. Pria ini bahkan semakin terlihat tampan ketika tersenyum.

"Di mana teman-temanmu berada?" ujar pria itu sambil melihat sekeliling kerumunan.

Liv hanya menunjuk kecil ke arah Kate dan Ashley  yang sedang menatap mereka dengan intens. Kedua wanita itu pun pura-pura sibuk tatkala pria tampan itu menangkap basah Kate dan Ashley yang sedang menatapnya dari kejauhan. 

Suddenly YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang