Part 75 - Is It Real?

367 53 0
                                    

Sudah cukup lama Liv berada di apartemen Sergio, mungkin sejak pria itu kembali dari rumah sakit. Pria itu tidak mengizinkan Liv untuk meninggalkannya dan dengan terpaksa, wanita itu pun menuruti keinginan kekasihnya itu.

Di satu sisi, Liv tidak tega meninggalkan Sergio dalam keadaan seperti ini. Namun, di sisi lain, wanita itu harus melakukan pekerjaannya dan sudah berjanji di dalam dirinya sendiri bahwa ia tidak akan tinggal di apartemen mewah itu lagi, untuk menghindari pandangan negatif dari orang lain.

Selama berada di apartemen mewah itu, Liv benar-benar melakukan perannya sebagai kekasih sekaligus sebagai seorang perawat. Wanita itu dengan telaten mengganti perban-perban yang membalut luka di tubuh kekasihnya itu setiap harinya. Liv bahkan membantu Sergio untuk berlatih berjalan sesuai dengan saran terapis yang datang setiap waktu ke apartemen mewah itu.

Hampir dua puluh empat jam dan tujuh hari, Liv dan Sergio menghabiskan waktu bersama di apartemen itu. Keduanya melakukan banyak hal bersama-sama, mulai dari memasak, bermain game konsol, hingga melanjutkan pekerjaan di tempat itu. Keduanya terlihat begitu bahagia. Canda serta gelak tawa selalu menghiasi ruang apartemen mewah itu, yang biasanya selalu sepi dan hening.

Mary yang hampir setiap waktu berada di apartemen Sergio itu pun turut bahagia ketika melihat kedekatan di antara pasangan yang tengah dimabuk asmara itu. Sudah lama sekali, wanita paruh baya itu tidak melihat Sergio tersenyum bahkan tertawa. Semua itu karena Liv. Wanita itulah yang berhasil memberikan warna di kehidupan Sergio.

Waktu berlalu dengan begitu cepat, hingga tanpa terasa Sergio sudah dapat berjalan kembali. Hampir semua luka-luka di tubuh pria itu sudah kembali pulih. Gips yang membalut tangan dan kakinya pun sudah dilepas.

Liv terlihat sangat lega dan bahagia tatkala dokter melepaskan benda-benda medis itu dari tubuh Sergio. Apalagi, melihat kesehatan pria itu yang berangsur-angsur kembali normal. Rasanya tak henti-hentinya Liv mengucapkan syukur yang begitu besar.

Kini, keduanya terlihat tengah menyantap makan siang bersama yang telah disiapkan oleh Mary sebelumnya. Tiba-tiba, Sergio menatap Liv dengan intens lalu memegang tangan wanita itu dengan erat.

"Bagaimana jika malam ini kita mengulang kembali momen makan malam romantis di Masa Adresè?" ujar Sergio.

"Malam ini?" ujar Liv. "Bukankah nanti sore kau akan melakukan pertemuan bisnis dengan pengusaha asal Perancis?"

Sergio terlihat tidak henti-hentinya menatap wajah cantik Liv. Bahkan tanpa riasan yang melekat, wajah wanita itu pun terlihat sangat cantik.

"Tenang saja. Aku akan menyelesaikan pertemuan itu dengan cepat." ujar Sergio.

"Sergio, apa kau sudah lupa mengenai kesepakatan kita?" ujar Liv. "Agar hubungan ini tidak mengganggu pekerjaanmu sedikit pun?"

Dengan sigap, Sergio mengacungkan jari telunjuknya tepat di depan bibir Liv. Pria itu tampak menyentuh bibir merah Liv dengan perlahan.

"Ssshh!" ujar Sergio. "Hubungan ini tidak pernah mengganggu pekerjaanku sama sekali, Liv."

"Justru, kau lah membuatku bersemangat." tambah Sergio.

Sergio terlihat mengusap wajah Liv dan mendaratkan sebuah ciuman mesra di bibir wanita itu. Keduanya pun tampak tidak menyia-nyiakan momen romantis itu. Liv tampak mengalungkan lengannya di leher Sergio sambil membalas ciuman pria itu.

"Kalau begitu, aku harus kembali ke apartemenku untuk bersiap." ujar Liv.

"Kurasa kau tidak perlu melakukan itu, Liv." ujar Sergio. "Aku akan meminta Jeff untuk..."

Kini, giliran Liv yang membungkam bibir Sergio dengan jari telunjuknya. Wanita itu tampak menyentuh wajah pria itu dengan lembut dan penuh kasih sayang.

Suddenly YouWhere stories live. Discover now