Part 78 - Dejà Vu

343 47 0
                                    

Ambrosè.

Sudah lama Liv tidak mengunjungi tempat itu. Terakhir kali wanita itu menginjakkan kakinya di loungè mewah dan klub malam ternama di New York itu adalah ketika kali pertama ia bertemu dengan Sergio. Ya, sudah sangat lama.

Memori mengenai pertemuan untuk pertama kalinya dengan Sergio di malam itu tak pernah bisa dilupakan oleh Liv. Pandangan pertama itu, tarian itu, dan momen-momen setelahnya, yang begitu indah untuk dilupakan oleh wanita itu, selalu terpatri dengan indah di benaknya. Namun, Liv harus bisa berjalan maju, melupakan semuanya, dan bertahan menghadapi semua ini. Hanya demi keselamatan Sergio.

Saat ini, Liv tampak berjalan menuju Ambrosè bersama Ashley. Jam sudah menunjukkan hampir pukul sepuluh malam. Waktu yang tepat untuk kedua wanita itu untuk menghabiskan malamnya.

Selang beberapa menit kemudian, Liv dan Ashley tiba di Ambrosè. Keduanya tampak berjalan masuk ke dalam loungè itu dengan mudah. Tidak semua orang bisa masuk ke dalam loungè mewah itu dan hanya orang-orang tertentu yang memiliki undangan yang bisa masuk. Tentu saja, dengan koneksi orang dalam yang dimiliki oleh Ashley, keduanya bisa mendapatkan jalur khusus untuk masuk ke dalam Ambrosè.

Suasana di dalam Ambrosè terlihat sangat ramai seperti biasanya. Ruangan besar dengan penerangan yang cukup minim itu dihiasi dengan alunan musik yang begitu kencang.

Liv dan Ashley pun berjalan menuju bar untuk membeli segelas minuman. Keduanya terlihat begitu  menikmati alunan musik yang dimainkan oleh seorang DJ di atas panggung.

Liv benar-benar membiarkan tubuhnya bergerak dengan bebas. Wanita itu berusaha untuk melepaskan seluruh beban, pikiran, dan kegundahannya yang dirasakan olehnya selama ini. Dentuman musik yang begitu keras dan memekakkan telinga itu memacu detak jantung Liv. Sedikit tidak nyaman, namun Liv dapat merasakan adrenalin dalam dirinya yang semakin meningkat.

Braaaak!

"Ah, sialan! Maafkan aku!" ujar Liv. "Maafkan aku!"

Liv tampak meraih segelas tisu dan membersihkan tumpahan Margarita yang membasahi sebagian gaunnya. Tampaknya wanita itu terlalu asik dengan tariannya dan begitu terhanyut dalam suasana Ambrosè yang luar biasa. Hingga tanpa sadar ia pun menabrak seseorang dan menumpahkan hampir separuh Margarita di atas gaunnya.

"Wow! Kau terlihat begitu....seksi."

Liv tampak terdiam. Siapa yang berani-berani menggodanya di saat seperti ini? Liv menoleh ke arah sumber suara dan betapa terkejutnya wanita itu ketika mendapati sosok yang tengah menggodanya itu adalah sosok yang sangat familiar baginya.

"Kau?" ujar Liv. "Apa yang kau lakukan di sini?"

"Apa hanya kau yang boleh masuk ke tempat ini, huh?"  ujar Adrian.

Liv dan Adrian terlihat saling menatap satu sama lain. Liv terlihat cukup terkejut ketika mendapati kakak Sergio itu berada di hadapannya. Adrian terlihat bukan tipikal seorang pria yang akan menghabiskan waktunya di loungè atau klub malam macam Ambrosè. Pria itu terlihat seperti sosok anak band yang lebih suka menghabiskan waktunya di bar pinggir jalan atau ruang bawah tanah tempat para band indie menampilkan aksi panggungnya.

"Aku tak menyangka kau...menyukai tempat seperti ini." ujar Liv.

"Seperti ini?" ujar Adrian. "Maksudmu, tempat mewah dengan harga minuman selangit ini tidak cocok untukku?"

"Aku tidak mengatakan hal itu." ujar Liv. "Kukira kau lebih menyukai tempat dimana...band-mu itu bisa tampil."

Adrian tampak menatap Liv dengan intens. Tatapan pria itu begitu terpaku kepada Liv karena wanita terlihat sangat seksi malam ini. Dengan dibalut gaun berwarna abu-abu muda yang cukup minim sehingga memperlihatkan beberapa bagian tubuh Liv. Dipadukan pula dengan sepatu hak tinggi berwarna senada, sehingga membuat kaki wanita itu terlihat semakin jenjang.

Suddenly YouWhere stories live. Discover now