Part 9

34.3K 4.9K 38
                                    

Mulai sekarang, Venus adalah Veronica.

Sekian, terima kasih~



***



Alvin dan Grio dengan cepat berjalan menghampiri Veronica. Veronica yang pada dasarnya sedang asik dengan dunia sendiri tentu saja tidak menyadari kedatangan dua orang itu sampai ia dipanggil.

"Tuan Putri!" panggil Alvin dan Grio serentak.

Veronica berhenti dan nyaris terjatuh karena terkejut. Untunglah Grio dan Alvin dengan cepat menjaganya sehingga ia tidak perlu berpelukan dengan lantai.

"Maafkan kami, Tuan Putri," ucap keduanya menyesal.

"Ti-tidak apa-apa," jawab Veronica terlihat malu.

Lihat? Tuan Putri mereka memang yang paling imut di dunia!

"Tuan Putri, apa yang sedang Anda lakukan di tempat ini sendiri?" tanya Alvin.

"Veronica mau ke taman, di kamar tidak asik," jawab Veronica dengan suara kecilnya sambil sedikit cemberut.

"Apakah Anda tidak bersama dengan nona Leana?" tanya Grio.

Veronica menggelengkan kepalanya sedikit. "Veronica tidak menemukan Leana," ucapnya.

"Apa Tuan Putri masih ingin bermain ke taman?" tanya Alvin.

"Ya!" angguk Veronica semangat.

"Kalau begitu, kami akan membawa Tuan Putri ke taman," ucap Alvin lalu berdiri dan menggendong Veronica.

"Ya," angguk Veronica.

Alvin berjalan ke arah taman dan dengan senyum senang tersungging di bibirnya. Terakhir kali Grio yang berhasil menggendong Tuan Putri, kali ini dia yang menang. Hahaha, senang sekali rasanya. Walaupun punggungnya sedikit kedinginan dan mati rasa akibat tatapan kesal Grio, sih.

Grio mendengus kesal namun masih berjalan menyusul Alvin. Bagaimanapun juga, rekannya saat ini bersama Tuan Putri. Jika sesuatu terjadi dan Tuan Putri sampai terluka, ia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri.

Semua orang di istana Mawar sudah tahu perihal tubuh Tuan Putri mereka yang lemah. Ksatria dan pelayan yang dikirim oleh Raizel awalnya terkejut saat mendapati fakta ini. Mereka mengetahuinya hanya setelah tinggal dua Minggu di istana Mawar.

Tuan Putri tidak bisa terkena udara dingin atau panas berlebihan, tidak boleh melompat dan berlari terlalu sering, tidak boleh makan sesuatu berlebihan, dan banyak lagi. Memikirkannya, semua orang di istana Mawar jadi merasa tertekan.

Tuan Putri mereka yang masih kecil sudah memiliki terlalu banyak larangan.

Mereka selalu ingin memberitahu Raja mereka, namun Raizel saat ini sedang sibuk berperang. Dengan begitu, mereka semua mencapai satu kesimpulan bersama. Begitu Raja mereka pulang, masalah kesehatan Tuan Putri harus segera dilaporkan!

Setelah tiba di taman, Alvin menurunkan Veronica. Begitu menginjak tanah, Veronica berlari ke arah sekumpulan bunga berwarna-warni yang sedang mekar dengan indahnya. Ia memetik banyak bunga dibantu Alvin dan Grio lalu duduk di ayunan dan merangkai bunga-bunga itu.

Saat langit sudah menunjukkan warna oren keemasan di awannya, Leana datang dengan ekspresi cemas. Ia baru lega setelah melihat Veronica bersama Grio dan Alvin.

"Tuan Putri, Anda pergi lagi tanpa mengatakan apapun pada saya," ucapnya khawatir sambil berlutut dan memeriksa Veronica.

"Veronica minta maaf," balas Veronica sambil berkedip polos setelah dikonfirmasi tidak ada luka apapun di tubuhnya.

"Ini untuk Leana," ucapnya kemudian sambil menyodorkan rangkaian bunga.

"Tuan Putri, terima kasih," ucap Leana terharu sambil menerima rangkaian bunga itu. "Ayo kembali sekarang, Tuan Putri," lanjutnya lalu berdiri.

"Um!" angguk Veronica lalu turun dari ayunan.

Mengingat sesuatu, Veronica berbalik dan mengambil dua rangkaian bunga lainnya lalu menyerahkannya kepada Alvin dan Grio.

"Ini untuk Alvin, dan ini untuk Grio," ucapnya tersenyum manis.

"Terima kasih, Tuan Putri," ucap kedua ksatria itu senang.

"Veronica mau kembali," ucapnya kemudian lalu berjalan ke arah Leana.

Leana tersenyum lembut lalu menggendong Veronica. Setelahnya, mereka berempat kembali ke pekerjaan masing-masing. Leana yang membawa Veronica ke dalam untuk mandi, makan, lalu istirahat. Sementara Alvin dan Grio kembali ke rekan-rekan mereka lalu melanjutkan patroli.



.

.

.



"Selamat malam, Tuan Putri," ucap Leana sambil menyelimuti Veronica.

"Hoam..., selamat malam juga," ucap Veronica mengantuk.

Leana tersenyum lalu keluar setelah mematikan lampu dan menyalakan lampu tidur kecil. Kamar tempat Veronica berada pun jatuh dalam kegelapan. Hanya ada sinar oren samar dari api lilin dan sinar bulan yang samar-samar menembus kaca jendela.

Langit malam di luar sana membawa ketidaknyamanan bagi beberapa orang, termasuk Veronica. Empat jam setelah ia tertidur lelap, ia mengalami mimpi yang entah kenapa membuat perasaannya tidak enak. Ia bergerak gelisah dengan keringat dingin perlahan muncul di tubuhnya. Seolah mengalami kejutan hebat, Veronica bangun tiba-tiba dengan napas tersengal-sengal.



*



Veronica pov's

"Apa itu tadi?" tanyaku berbisik pada diri sendiri.

Dikatakan mimpi tapi itu tidak terlihat seperti mimpi sama sekali. Perutnya merasa mual saat mengingat mimpi itu.

Gambaran mimpi pertama adalah seorang gadis berambut merah dan bermata ungu. Dia juga seorang putri kerajaan, namun aku tidak tahu kerajaan mana itu. Dia berusia sekitar enam belas tahun. Berdiri di hamparan bunga sambil tersenyum sedih.

Setelahnya, beberapa prajurit datang menangkapnya. Ia dibawa ke hadapan seorang pria yang diduga adalah raja kerajaan itu. Pria itu menatapnya dengan tatapan dingin dan tidak berperasaan. Dengan mulutnya sendiri, ia seperti memerintahkan putri berambut merah itu dimasukkan ke dalam penjara lalu dihukum eksekusi mati.

Gambar beralih ke saat di mana putri itu terkurung di dalam penjara. Ia mengenakan pakaian lusuh dan rambutnya tidak lagi Serapi dulu. Walau begitu, ia masih terlihat cantik. Kemudian, seseorang mengunjunginya bersama pelayan yang membawa nampan berisi minuman.

Orang itu menatapnya dengan tatapan tidak suka. Ia menjambak rambut putri itu dam tertawa sinis seolah mendeklarasikan kemenangannya. Setelahnya, ia mempengaruhi putri itu untuk meminum minuman yang ia bawa, yang tidak lain adalah anggur beracun.

Putri itu akhirnya mati dan orang itu melemparkannya ke sembarang arah. Ia mengibaskan tangannya dengan jijik lalu berbalik dan berjalan meninggalkan penjara dengan cepat. Samar-samar, aku bisa mendengar kata-kata orang itu.

"Hanya aku satu-satunya yang bisa menjadi putrinya."

Gambaran mimpi kedua adalah seorang gadis berambut pirang di sebuah kediaman besar. Kali ini bukan seorang putri, melainkan seorang nona muda. Usianya juga enam belas tahun. Ia bersembunyi di balik bayang-bayang, menyaksikan perayaan ulang tahun adik tirinya.

Padahal, dia adalah putri pertama yang sah dari keluarga itu. Namun tidak ada yang menganggapnya serius. Bahkan para pelayan memiliki kedudukan yang lebih tinggi darinya. Apapun yang ia alami, gadis itu tidak berani menyebutkannya pada siapapun.



*



Mohon tinggalkan jejak~❤️

Next =>

I Became a Princess in Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang