Part 10

34.5K 4.5K 121
                                    

Ibu dan saudara-saudari tirinya memperlakukannya seperti pelayan. Ayahnya bahkan tidak peduli dengannya. Ia bisa bertahan di rumah itu karena sedikit peninggalan dari ibunya. Untuk itu saja, gadis itu sudah sangat senang.

Pada akhirnya, adik tirinya merebut tunangannya. Gadis itu tidak bisa dan tidak berani memprotes. Ia hanya bisa bersembunyi di dalam kamarnya dan menangis tanpa suara. Bahkan sudah seperti itu, ia masih dipaksa datang ke pesta pertunangan adik tirinya dengan mantan tunangannya.

Saat semua orang fokus pada bintang acara itu, gadis yang berdiri jauh di pojokan ditarik oleh seorang pria tak dikenal ke sisi lain kapal. Di sana, ibu tirinya sudah berdiri menunggu dengan ekspresi tidak sabar. Belum sempat gadis itu membuka mulutnya untuk bertanya, dia sudah di dorong dari atas kapal.

"Kau adalah hambatan terbesar putriku. Akan lebih baik kau mati di sini!"

Gambaran mimpi ketiga adalah seorang putri berambut putih keperakan. Aku mengenalinya sebagai Veronica, tokoh antagonis novel Everlasting Sweet Love. Seperti dalam cerita, ia adalah putri yang terlupakan, perlahan berubah menjadi egois, dan akhirnya mati dibunuh saat berjalan melewati hutan.

"Tuan itu harus sangat senang dengan pekerjaan kita kali ini."  

"Ada kata-kata seperti ini di novel? Aku tidak memiliki kesan sedikitpun tentang kata-kata ini," gumamku bertanya-tanya.

Gambaran mimpi keempat adalah gambaran singkat tentang diriku di kehidupanku sebelumnya sebagai Venus Chantreya. Semuanya masih sama dengan yang kuingat. Bagaimana aku diadopsi, lalu dikirim ke sekolah asrama, dan kecelakaan dalam perjalanan pergi ke tempat perayaan ulang tahunku.

Selanjutnya ada seorang gadis berambut merah. Latar tempat mimpi ini adalah sebuah dunia fantasi yang sangat indah. Gadis itu adalah seorang nona muda sekaligus penyihir yang sangat hebat. Ia dikagumi oleh banyak orang bahkan keluarga kerajaan sekaligus.

Namun, kehidupannya di keluarganya tidak bagus. Karena rambut merahnya, ia dianggap sebagai anak terkutuk dan pembawa sial. Alasan ia begitu dikagumi di luar sana adalah karena tidak ada yang tahu bahwa gadis itu memiliki rambut berwarna merah.

Kekuatan sihir dan mental gadis itu sangat kuat. Itu setara dengan seribu orang penyihir tinggi lainnya. Ia bahkan bisa mengontrol kekuatannya dengan mudah dan belum pernah lepas kendali sejak kekuatan sihirnya terbangun.

Gadis itu mengalami dua kehidupan berbeda bagai siang dan malam. Di luar ia sangat dihormati dan di keluarganya ia diperlakukan sebagai pelayan. Walau begitu, gadis itu hanya diam tutup mulut dan bahkan tidak ada sedikitpun kebencian yang terasa dari dalam dirinya.

Sampai suatu ketika, jubah bertudung yang selalu menutup rambutnya terbuka akibat perilaku saudarinya yang disengaja. Orang-orang yang menghormatinya beralih jadi takut dan benci padanya. Keluarga kerajaan langsung menangkapnya dan mengumumkan akan menjatuhinya hukuman mati.

Orang-orang di dunia itu percaya bahwa penyihir berambut merah yang terkutuk harus di bakar. Jadi rakyat berteriak-teriak agar raja membakar penyihir itu. Gadis berambut merah hanya diam tanpa ekspresi namun di dalam hatinya ia sangat sedih dan kecewa. Sebelum keluarga kerajaan bisa menangkap gadis itu, ia sudah menghancurkan dirinya sendiri.

"Di kehidupanku selanjutnya, aku tidak akan takut seperti ini lagi."  

Gambaran mimpi keenam adalah kehidupanku yang sekarang. Kehidupanku sebagai Veronica, putri yang 'terabaikan'. Hanya ada gambaran singkat tentang hidupku dalam tiga tahun ini. Bagaimana aku menjalaninya dan bagaimana orang-orang di sekitarku.

Aku tidak masalah jika itu hanya mimpi biasa. Tapi anehnya, kenapa aku merasa keenam gambaran mimpi ini saling terhubung? Seolah banyak sekali benang kusut di kepalaku yang mendesak untuk segera disatukan.

Aku menghela napas panjang. Tiga gambaran mimpi itu aku bisa mengenalinya, namun tiga lainnya tidak. Namun, aku bisa merasakan dengan jelas perasaan gadis di mimpi itu. Bagaimana ia merasa kesepian, ketakutan, sedih, kecewa, dan perasaan lainnya.

Seolah akulah yang mengalami hal itu.

Parahnya lagi, semua gadis di mimpi itu memiliki nama yang sama. Kalau bukan Veronica, maka namanya adalah Venus!

Tolong katakan padaku kalau ini hanya kebetulan saja!

Akibat mimpi aneh ini, aku tidak bisa tertidur lagi. Aku baru bisa tidur kembali sekitar jam setengah lima pagi. Lupakan saja. Toh kehidupanku sebagai seorang putri kecil ini tidak menuntut aku untuk bangun pagi. Setidaknya tidak dengan tubuh kecil yang terlalu lemah ini.

#Veronica pov's end



.

.

.



Raizel akhirnya kembali dari peperangan. Ia berjalan masuk ke kediamannya diikuti oleh seorang bocah lelaki yang kira-kira berusia enam tahun. Bocah itu memiliki rambut coklat dan mata kuning, dengan ekspresi cuek dan agak kaku di wajahnya.

Di tengah jalan, Raizel berhenti dan berbalik untuk menatap bocah itu. Sebuah pemikiran terlintas di benaknya saat melihat bocah yang berdiri diam sambil menundukkan kepalanya itu. Dengan begitu, Raizel bukannya berjalan ke kamarnya namun berbalik pergi ke menara sihir kerajaan. Bocah lelaki itu agak heran namun tetap mengikuti dengan patuh.

Begitu tiba di menara sihir, Raizel langsung masuk menuju pusat menara sihir. Di sepanjang jalan, penyihir yang bertemu dengannya langsung membungkuk dan memberi hormat. Sampai ia tiba di menara pusat, Raizel baru bertemu dengan orang yang ia cari.

"Apa yang membawa Anda ke tempat ini, Yang Mulia?"

Raizel menatap penyihir di depannya tanpa ekspresi. Di sana berdiri seorang pria yang tengah tersenyum dengan tampang berusia 30 tahunan dan menggunakan jubah penyihir resmi. Ia adalah Harold Seymour, salah satu penyihir tinggi di menara sihir ini dan dia juga adalah teman Raizel.

"Aku ingin kau melakukan tes pada bocah ini," jawab Raizel sambil melirik bocah laki-laki berambut cokelat di sisinya.

"Ini...?" Harold menatap bocah laki-laki itu dengan tatapan terkejut saat ia merasakan samar-samar kekuatan yang ia kenal menguar dari sekitar bocah itu.

"Ini anak dari bajingan Esther itu," jawab Raizel.

???

Harold menatap bocah itu dengan tatapan tidak yakin. Jika dia adalah putra dari bangsawan Esther, bagaimana ceritanya Raizel jadi membawanya ke sini?

Walau begitu, Harold tidak menyuarakan pertanyaannya saat ini. Ia masih punya waktu nanti untuk mengambil penjelasan lengkap dari raja yang biasanya malas memberi penjelasan apapun.

"Baiklah," ucap Harold mengangguk.

Harold membawa bocah laki-laki itu masuk ke ruangan kecil dan Raizel menunggu di luar. Setelah menunggu sekian lama, Harold akhirnya keluar, sendirian tanpa bocah laki-laki itu membuat Raizel mengerutkan keningnya samar.

"Yang Mulia, kita perlu berbicara serius," ucapnya.



*



Tekan bintangnya~ 😉

Next =>

I Became a Princess in Another WorldWhere stories live. Discover now