Part 45

10K 1.3K 13
                                    

"Baiklah, ini waktunya tidur," ucap Raizel.

Ia menepuk pelan punggung Veronica sambil berdiri di depan jendela kaca besar yang terhubung ke balkon. Raizel benar-benar sudah menerima takdirnya sebagai seorang ayah sejak lama. Jadi, tidak sulit baginya untuk mengurus putrinya itu.

"Tidak bisakah kita jalan-jalan di luar sebentar, Papa?" tanya Veronica penuh harap.

"Tidak," Raizel menolak dengan kejam detik itu juga.

"Caca mohon~" ucap Veronica lagi.

Raizel menatap tatapan Veronica yang penuh harap dan ekspresi mukanya yang penuh permohonan sebelum mengalihkan tatapannya ke luar jendela.

"Apa yang ingin kamu lihat di luar? Hari sudah malam," ucap Raizel datar.

"Caca hanya ingin melihat langit yang lebih luas," jawab Veronica.

"Ya? Ya? Hanya sebentaaar saja," lanjutnya membujuk.

Raizel menghela napas. Kalau putrinya sudah memohon seperti ini, bagaimana caranya ia menolak? Raizel mendapati dirinya tidak bisa menolak permohonan Veronica. Sepertinya putrinya ini adalah malaikat kematiannya, aih.

"Hanya sebentar," ucapnya pasrah.

"Yey! Papa baik! Caca sayang Papa!" seru Veronica.

Gadis kecil itu memberikan ciuman singkat pada papanya sebelum tersenyum manis. Seluruh tubuhnya memancarkan semangat dan aura senang. Raizel bahkan curiga kalau putrinya tidak akan tertidur malam ini begitu keduanya pergi ke taman untuk melihat langit malam.

Setelah memakaikan jubah hangat pada putrinya, Raizel berjalan menyusuri lorong istana dan pergi ke taman. Veronica sendiri menyandarkan tubuhnya seluruhnya pada ayahnya saat matanya terlihat sangat mengantisipasi pemandangan langit malam. Senyum senang tidak hilang dari bibirnya sejak mereka keluar dari kamar Veronica.

"Wow! Sangat cantik!"

Veronica berdecak kagum dengan mata berbinar begitu mereka tiba di taman. Raizel yang awalnya setengah hati untuk membawa Veronica keluar malam-malam juga mau tak mau mengatakan bahwa pemandangan itu memang indah. Walau dilihat setiap malam pun, tetap saja kata-kata indah tidak bisa dihilangkan dari mereka.

"Sudah puas?" tanya Raizel.

"Belum," Veronica menjawab lalu menyengir ria.

"Pembohong kecil," Raizel mendengus sambil mengetuk pelan kepala Veronica.

"Hehe~"

Pada akhirnya, Raizel memenuhi keinginan putrinya untuk melihat langit malam hingga Veronica tertidur. Setelah mengembalikan Veronica ke kamarnya dan memeriksa keamanan di sekitar istana putrinya, Raizel juga kembali ke istananya sendiri. Sebenarnya, pria itu ingin menjaga putrinya agar tidur dengan nyenyak, namun ia masih punya setumpuk pekerjaan yang perlu ia selesaikan di ruang kerjanya.

Bryan bisa melakukannya. Namun mengingat komandan pasukan kerajaan yang terkenal kejam dan berdarah dingin di medan perang itu hampir menangis karena selalu diberi pekerjaan tambahan, Raizel sebagai atasan mau tak mau merasa sedikit bersalah. Hanya sedikit sih. Bagaimanapun, sejak awal itu adalah pekerjaannya. Merupakan suatu keajaiban Bryan belum gila setelah sekian tahun bekerja bersamanya.

***

Hari-hari berikutnya dihabiskan Veronica dalam ketenangan. Ia tidak bisa mengunjungi Raizel lantaran sang ayah sibuk dengan tugasnya sebagai seorang raja. Gadis kecil itu akhirnya berkeliaran lagi di sekitar istana, mengunjungi tempat-tempat yang jarang ia kunjungi, dan terutama mengunjungi menara penyihir.

I Became a Princess in Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang