[18] Azka vs Sean

4.3K 906 386
                                    

Azka memakaikan baju piyama berbulu warna pink ukuran oversized ke tubuh Ara.

Azka sengaja melakukan itu agar Sean tidak bisa melihat bekas tanda kepemilikannya di tubuh Ara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Azka sengaja melakukan itu agar Sean tidak bisa melihat bekas tanda kepemilikannya di tubuh Ara. Dan juga, meminimalisir adanya intip-mengintip.

"Gak kelihatan..." cicit Ara. Baju itu benar-benar kebesaran sampai penutup kepalanya terus-menerus merosot turun menutupi wajah Ara.

Azka menepuk-nepuk pelan puncak kepala Ara. "Gapapa, bentar doang."

Azka pun menarik Ara keluar dari kamar. Nampak Sean masih duduk anteng di sofa sambil memainkan HP. Sean menoleh penasaran begitu sebuah bayangan besar menutupi pandangannya.

Sean mendongak, lalu terdiam cengo memandang Ara.

"Lo..." Sean menatap intens tubuh Ara dari atas sampai bawah. "Mau ikut sirkus apa gimana nih ceritanya?"

Azka menuntun Ara duduk di sofa. Azka menempatkan Ara duduk di ujung, biar gak deket-deket sama Sean.

"Mana sini skripsi lo, gue kerjain," ujar Azka acuh tak acuh. Tangannya hendak meraih dokumen itu, namun dengan cepat Sean menepisnya keras.

"Enak aja lo! Siniin dulu pasien gue."

"Gue wakilin."

Sean sedikit membanting pulpennya. "Gue lihat-lihat lo ternyata gaada hormat-hormatnya sama sekali ke kakak tingkat ya? Gue lebih tua dari lo, tau nggak!"

"Bacot." Azka malah melempar pulpen itu jauh-jauh.

Sean langsung mengepalkan tangannya kesal. Tangannya terangkat, hampir membogem Azka, namun Ara dengan sigap melerai dengan duduk diantara mereka berdua.

"STOP!!"

Ara merentangkan kedua tangannya. Pakaiannya jadi makin kelihatan lebar dan menggembung seperti balon.

Ara menoleh menatap Azka dan Sean bergantian.

"Gak boleh bertengkar. Harus baikan. Kayak gini,"

Kedua tangan Ara tiba-tiba menarik kuat kerah baju Sean dan Azka hingga kedua lelaki itu terdorong ke depan dan berpelukan.

Sean mendelik setengah mati, dengan cepat dia mendorong tubuh Azka hingga mereka sama-sama terjungkal ke belakang.

"Anjir!! Najis, bangsat!" Sean berulang kali mengelap pipinya yang tadi sempat bersentuhan dengan pipi Azka.

Sementara Azka terlihat mengerutkan kedua alisnya, merasa jijik. Berkali-kali dia menyemprotkan handsanitizer di pipinya. "Ih, kuman."

Ara tersenyum lebar, kemudian merangkul erat bahu Sean dan Azka ke dalam pelukannya.

"Kita sahabat. Sehidup semati. Hehehe." Ara tertawa riang.

Sean dan Azka malah beradu tatap sengit.

Kakak Tingkat ✔ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang