Part 50

1.9K 151 18
                                    

Elisha mengelus ujung sikunya yang terkena dinginnya lantai. Berbagai macam umpatan serta nama hewan di kebun binatang semua ia sebutkan sambil memandangi pintu yang terkunci dari luar.

Mengunci gadis licin seperti dirinya? Tentu tidak semudah itu ferguso. Elisha bangkit dari duduknya sambil mengamati sekitar. Seingatnya ada kunci cadangan di dalam kamar tapi ia lupa dimana tempatnya.

Sedangkan dibawah Aldric tengah berdebat kecil dengan William. "Tuan apakah anda yakin mengenai hal ini?" Tanya William yang masih tidak percaya bahwa Aldric tidak ingin melibatkan diri dengan masalah ini.

Aldric hanya membalas pertanyaan William dengan tatapan tajam membuat William hanya bisa menundukkan wajahnya tanpa bisa membalas lagi. Ia tidak tau apa yang dipikirkan tuanya sampai tega membiarkan Jimy berada dalam bahaya. Apa mungkin penyakitnya kambuh?

Aldric sendiri hanya tak acuh sambil membuka laptopnya untuk memeriksa beberapa pekerjaan yang tertunda akibat ia hilang ingatan. Sudah banyak yang berubah dan ia harus berhadap tasi dari awal lagi.

Elisha yang baru menemukan kunci cadangan dan mengendap-endap dari balik tangga benar-benar tidak percaya dengan kelakuan Aldric. Ya ia akui pria itu sudah tidak waras tapi ini adalah Jimy seseorang yang berjasa padanya dan juga pernah menolong Elisha.

setidaknya kan Aldric bisa menyuruh anak buahnya untuk mencari Jimy bukannya malah dibiarkan saja. Bagaimana kalau dokter gadungan tu mokad kan ga lucu. Elisha mencoba memutar otak untuk menyelamatkan orang itu.

Kalau orang yang menculiknya adalah Dimas ia cemas kalau Jimy akan terkuliti, bila dibiarkan terlalu lama berada ditangan Dimas. Apa harus ia sendiri yang turun tangan. Tapi ia hanya sendirian melawan psikopat gila, yang benar saja.

Elisha dengan perlahan kembali ke atas untuk memikirkan sesuatu. Kini ia berada dipilihan yang sulit. Apa ia harus pergi menyelamatkan Jimy sendirian atau memaksa Aldric untuk melakukan sesuatu. Tapi pilihan yang kedua tampaknya tidak mungkin, apalagi setelah ia mendengar nya langsung dari Aldric saat berbicara dengan kakak.

Elisha mengacak-acak rambut nya pening memikirkan hal ini. Ia melihat pantulan wajahnya di cermin yang tampak seperti orang gila dengan rambut layaknya singa. Sekarang ia sudah memantapkan keyakinan.

Dengan cepat Elisha mendekati cermin. Ia mulai menyisir rambutnya dan mengikatnya ala kuncir kuda, mengambil sepasang sepatu dan jaket dari dalam lemari dan segera memakainya ditempat. Menyiapkan alat pertahanan diri berupa beberapa pisau yang diselipkan di saku jaket celana bahkan di dalam sepatu. Ia tidak pernah tau apa yang akan terjadi jadi lebih baik bersiap-siap.

Elisha memandangi dirinya dari pantulan cermin. Ia mengangguk puas dengan penampilannya yang seperti dulu, terlihat galak dan sangar. Seperti bernostalgia dengan masa lalu. Badannya boleh kecil kerempeng tapi jangan salah ada macan didalamnya.

Dengan perlahan Elisha membuka pintu kamarnya sambil mengamati sekitar, ia mencoba mendengarkan suara-suara dimana keberadaan dari Aldric dan kak William. Sepertinya kedua manusia itu masih mencoba untuk bernegosiasi.

Samar-samar Elisha mendengar Aldric membentak William entah apa penyebabnya. Namun ia harus tetap fokus menuju dapur untuk ke pintu belakang. Untung hanya lampu ruang tengah yang menyala jadi ia lebih leluasa melewati area dapur.

Ia pernah mengalami yang lebih menegangkan dari ini rasanya seperti baru pemanasan. Setelah berhasil keluar dari kamar, Elisha memandangi langit yang mulai mendung. Mengapa tiap ada kejadian kaya gini, langit selalu mendung seh heran!!

Untuk menghindari Aldric yang curiga ia memasuki hutan di belakang villa agar tidak terlihat oleh siapapun. Mungkin ini saatnya menggunakan pengalaman pramuka, meski ia sering bolos.

He's a Psychopath ✓Where stories live. Discover now