Part 54

1.3K 115 6
                                    

"hei ngapain disitu." Tanya seseorang yang tanpa dosa duduk santai menonton kejadian tadi di jendela lantai dua sebuah gudang kosong.

"Lagi mancing!" Sarkas Elisha belum menyadari siapa pemilik suara tersebut.

Ia segera turun dari cap mobil. Rasanya benar-benar memalukan ada seseorang yang melihat kejadian tadi. Dengan agak canggung Elisha membersihkan bajunya yang tak kotor berusaha menetralkan rasa ingin menghilang nya.

Satu detik....dua detik sampai beberapa detik kemudian baru terlintas dipikirannya. Kok kaya kenal.

Dengan mulut terbuka Elisha segera mengalihkan pandangannya pada sang pemilik suara. Ya Dimas, pria berwajah manis itu dengan santainya melambaikan tangan kearahnya. Ditambah dengan cengiran menyebalkan itu hampir saja ia berteriak memakinya.

Dimas masih setia ditempat nya, memandangi Elisha dengan gemas. Kasian juga kalau harus menabrak mobil begitu. Tapi, wajah yang menahan amarahnya itu membuat Dimas tersenyum cekikikan.

Melihat keadaan sekitar yang sepi tanpa penjagaan dapat Elisha simpulkan bahwa semua temannya Dimas sedang berkumpul di satu titik. Mungkin di tempat suara ledakkan tadi berada.

Meski tatapan nyalang terus dilontarkan Elisha pada Dimas hal itu tak membuat perbedaan yang berarti. Malah kelihatannya Dimas menikmati wajah kesalnya.

Tidak mau berlama-lama Elisha mulai memasuki gedung tua itu. Terlihat masih layak namun debu dan tanaman liar di luarnya mulai merambat ke dinding rumah kosong ini. Meski berlantai dua namun tak terlalu tinggi seperti model bangunan lama pada umumnya.

Dimas berada di lantai dua masih diposisi nya. Duduk di jendela dengan laptop dipangkuan dan jangan lupa tampangnya yang ngajak gelut saat melihatnya menabrakkan diri pada sebuah mobil yang terparkir di depan tempat ini.

Elisha harus menaiki beberapa anak tangga untuk menuju lantai tempat Dimas menontonnya. Tangga yang masih setengah jadi itu bahkan sudah menampakkan besi kerangkanya yang mulai berkarat. Untungnya tempat ini masih kuat untuk menopang beberapa orang.

Dimas menyambut Elisha yang berada di ambang ruangan. Seperti biasa senyuman hangat yang dimas tujukan untuk gadisnya, kali ini pria itu bersandar di jendela tadi dengan tangan bersedekap.

Elisha mulai waspada, ia teringat kalau Dimas mungkin audah menyiapkan rencana dibalik tempat ini. Dibalik tangan kirinya yang masih terhalang dinding, diam-diam gadis itu menyembunyikan sebuah pisau kecil.

"Dimana Jimy?" Tanya Elisha to the poin.

Mendengar kalimat pertama setelah lama tak berjumpanya adalah nama laki-laki lain seketika wajah Dimas berubah menjadi dingin. Pria itu memasukan kedua tangannya ke saku celana dan hanya mengedik tanda tak tahu.

Elisha berdecak. Ia sudah lelah bermain-main dengan apapun yang sedang Dimas rencanakan. Ini sangat menguras tenaga ditambah sikap kasar Aldric yang kembali.

"Ga usah main-main Dim."

Dimas berjalan mendekati Elisha yang masih tidak bergerak dari tempatnya. Pasti gadis itu tengah waspada. "Temen-temen yang urus masalah orang itu, aku samasekali ga ikut campur."

Elisha mendengus tidak percaya. "ga mungkin."

Dengan cepat Dimas meraih pinggang Elisha yang entah sejak kapan pria itu sudah ada di hadapannya. Membuat tubuh mereka sangat dekat. Merasa ada alarm bahaya Elisha langsung mengarahkan tangan kirinya kebelakang tengkuk Dimas. Mengarahkan ujung pisau yang terasa dingin itu untuk menggores kulit Dimas sewaktu-waktu.

Panik atau terkejut tidak keduanya. Dimas malah senang diwaspadai oleh gadis itu. Dari belakang tubuh Elisha orang lain tengah mengacungkan sebuah pistol tepat di belakang kepalanya.

He's a Psychopath ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang